Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tingkat pendidikan lanjut usia akan mempengaruhi status kesehatan.
Kemandirian dalam merawat diri berkaitan erat dengan keadaan kesehatan dan perilaku
Iansia tersebut. Judul penelitian dalam laporan ini adalah Pengaruh Tingkat Pendidikan
Lanjut Usia Terhadap Keemandirian Dalam Merawat Diri. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya pengaruh tingkat pendidikan lanjut usia terhadap
kemandirian dalam merawat diri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
deskripsi sederhana dengan responden lanjut usia di Sasana Tresna Werda Yayasan
Karya Bakti RIA Pembangunan Jakarta. Kuisioner yang digunakan meliputi data
demografi yang memuat tingkat pendidikan dan Barthel ADL lndeks Makin tinggi
tingkat Pendidikan tidak menunjukkan makin tingginya tingkat kemandirian. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada pengaruh tingkat pendidikan lanjut usia terhadap kemandirian dalam merawat diri."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5218
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Khofifah
"Wilayah Kecamatan Candi memiliki jumlah usia lanjut terbanyak se-Kabupaten Sidoarjo-Jatim. Sebagian besar tinggal bersama keluarga. Belum diketahui bagayma-na kemampuan keluarga merawat usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik usia lanjut dengan kemampuan keluarga merawat usia lanjut.
Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan pendekatan crosssectional study. Populasi penelitian adalah keluarga dengan usia lanjut berjumlah 1020 keluarga. Jumlah sampeI sebanyak 319 keluarga yang ditentukan dengan two stage cluster sampling. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel adalah uji kai kuadrat, sedangkan untuk mengetahui subvaraibel yang paling dominan berhubungan dengan variabel dependen menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan 48,3% keluarga mampu merawat usia lanjut di rumah. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bey atara status ekonomi, pendidikan, pekerjaan istri, pengetahuan, sikap, umur usia lanjut dan status kesehatan usia lanjut dengan kemampuan keluarga merawat usia lanjut di rumah.
Hasil analisis multivariat mendapatkan sub variabel yang paling dominan berhubungan dengan kemampuan keluarga yaitu sikap keluarga terhadap perawatan usia lanjut setelah dikontrol dengan subvariabel status ekonomi, pendidikan dan sikap keluarga serta umur usia lanjut.
Saran untuk keluarga, hendaknya berpartisipasi aktif terbadap semua kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk perawatan usia lanjut. Bagi pelayanan keperawan komunitas, perlu dilakukan pengembangan Posyandu Usia Lanjut dengan meiibatkan keluarga dan pembentukan paguyuban keluarga dengan usia lanjut. Melalui wadah tersebut perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan dan memberdayakan keluarga secara optimal.
Perlu penelitian lanjutan untuk factor reinforcing dan action research terkait dengan model perawatan usia lanjut di rumah yang dapat dipraktikkan keluarga sesuai dengan kapasitas yang dimiliki dengan mengaplikasikan transkultural nursing sebagai kerangka konsep penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan G. Agung
"Lansia mempunyai tugas perkembangan yang meliputi penyesuaian diri terhadap ketahanan fisik yang berkurang, pension, kurangnya pendapatan, kemungkinan ditinggal pasangan hidup karena kematian, menjaga hubungan dengan anak serta membina hubungan dengan teman sebaya (Sahar, 1994). Kematian pasangan hidup adalah suatu proses kehilangan orang yang bermakna /orang yang dicintai, dan merupakan suatu pencetus timbulnya kecemasan. Berat ringannya kecemasan yang dialami individual sangat dipengaruhi oleh usia, keluarga, sosio ekonomi, budaya agama, dan penyebab kematian (Stuart & Sundeen, 1998).
Pada penellitian ini, peneliti menggunakan desain deskriptif eksploratif untuk mengidentifikasi pengaruh kehilangan pasangan hidup pada lansia. Uji statistik yang digunakan adalah distribusi frekwensi dan tendensi sentral yaitu untuk mengetahui niiai rata-rata (mean). Dari hasil penelitian diperoleh mean =14,6 (skor 14 -20 = tingkat kecemasan ringan), standart deviasi = 6,6 sehingga dapat disimpuIkan bahwa ada pengaruh kehilangan pasangan hidup lansia terhadap tingkat kecemasan di Panti Wreda Pasar Rebo Jakarta Timur (kecemasan ringan)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5232
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
J.M. Metha
"Pria dan wanita usia lanjut yang tinggal di panti wredha mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kegiatan di waktu luang sesuai fasilitas yang tersedia. Perawat dalam memberi asuhan keperawatan gerontik tidak membedakan jenis kelamin namun pelaksanaannya perawat harus mampu memahami kecenderungan minat yang berbeda antara pria dan wanita usia lanjut dalam memanfaatkan waktu luangnya agar intervensi yang diberikan lebih optimal. Desain penelitian ini jenis kuantitatif non eksperimental deskriptif perbandingan, jumlah sampel 18 pria dan 35 wanita usia lanjut sesuai dengan kriteria responden yaitu usia di atas 60 tahun dan masih mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari. Metode pengumpulan data menggunakan angket bentuk cek list berisikan delapan pernyataan kegiatan yang dapat dilakukan oleh usia lanjut di panti, tetapi hanya tujuh kegiatan yang diteliti; keterampilan, berkebun, beribadah, olah raga, mendengar radio, nonton tv, dan memainkan alat musik. Kegiatan lainnya tentang rekreasi tidak di­ teliti karena kegiatan tersebut tidak terlaksana di panti ini. Data ter-sebut diolah dengan uji statistis chi-square melalui statistical packge for social science (spss) 7,5 sehingga hasilnya diperoleh perbedaan yang bermakna antara pria dan wanita usia lanjut dalam memanfaatkan waktu luangnya, yaitu pada kegiatan olah raga dan mendengar radio. Minat olah raga pada wanita sebanyak 0,545 kali daripada pria, sedangkan mendengar radio pria lebih banyak 12,179 kali dibandingkan wanita. Sedangkan pada lima kegiat­an lainnya tidak terdapat perbedaan bermakna dimana pria dan wanita usia lanjut sama mempunyai kecenderungan untuk beribadah dan nonton tv, tetapi kurang berminat pada kegiatan keterampilan, berkebun, dan bermain musik. Harapan peneliti, penelitian ini dapat dikembangkan lebih luas, tidak hanya di panti sosial tresna wredha “Budi Mulia" saja. Khususnya bagi perawat dan pengeiola panti agar dapat memberi dorongan pada usia lanjut untuk melakukan kegiatan keterampilan dan berkebun karena kegiatan ini
produktif.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5070
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Supriatini
"Klien lansia yang dirawat di Rumah Sakit akan mengalami perubahan pada kondisi psikologisnya, yang disebut dengan anxietas atau kecemasan. Anxietas adalah ketakutan/kekhawatiran yang tidak jelas yang terjadi secara alami berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan keridakberdayaan, terisolasi, merasa asing serta tidak aman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pada klien lansia yang dirawat di Rumah Sakit. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan 30 orang responden, dengan kriteria para lansia yang telah dirawat 3 hari di rumah sakit, bisa baca dan menulis serta bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan instrument penelitian berupa kuisioner. Setelah data terkumpul, data diolah dan dianalisa dengan menggunakan statistik sederhana. Hasilnya sebagian responden: mengalami kecemasan ringan - sedang yaitu sebanyak 46,67 %, tidak ditemukan kecemasan berat - panik.
Peneliti menyimpulkan sebagian besar responden yang dirawat di rumah sakit mengalami cemas ringan sampai sedang. Peneliti juga memberikan rekomendasi pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian Iagi dengan jumlah responden yang lebih besar dan pada berbagai rumah sakit, sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan dapat digeneralisasikan. Peneliti juga menberikan saran kepada rumah sakit terkait supaya diadakan ruangan rawat khusus bagi para lansia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5395
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Zulfitri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan rnetode probability sampling method dengan teknik secara gugus bertahap (multistage sampling), yang berjumlah 82 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia hipertensi berusia di atas 55 tahun, panca indra berfungsi baik, sehat jiwa, tingga! bersama keluarga, dan anggota keluarganya yang paling dominan bersama dan merawat lansia, yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru. Uji statistik yang digunakan adalah uji Cl1i-Square.
Hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga (komposit dari dukungan emosional, dukungan fenghargaan, dukungan informasi, dukungan instrumental) dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya, didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna (p value = 0,042). Jika dilihat dari empat bentuk dukungan keluarga, hanya tiga bentuk dukungan keluarga yang mempunyai hubungan secara bermakna dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya, yaitu dukungan emosional (p value = 0,001), dukungan penghargaan (p value = 0,008), dan dukungan informasi (p value = 0,004). Dukungan keluarga yang paling dominan berhubungan dengan perilaku lansia hipertensi adalah dukungan emosional, dengan menggunakan uji regresi logistik Banda.
Dari basil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lansia dengan penyakit kronis sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, khususnya dukungan erosional, yang dapat meningkatkan semangat dan motivasi lansia untuk bersikap dan berperilaku sehat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Subekti
"ABSTRAK
Perpindahan usia lanjut ke panti werda merupakan masa transisi pengalaman
hidup, dimana pertimbangan penempatannya adalah karena alasan
terbatasnya sumber pendukung dari keluarga dan ketergantungan fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang arti dan makna
dari pengalaman tiga bulan pertama usia laujut tinggal di panti werda,
Penelitian ini menggunakan metode riset kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif terhadap tujuh orang partisipan di panti werda Griya
Asih Lawang. Metode pengumpulan data adalah wawancara secara mendalam
dan menggunakan catatan lapangan, serta menggunakan metode analisis data
studi Fenomenologi Colaizzi (1978). Hasil penelitian: peneliti dapat
mengidentifikasi sembilan tema yaitu 2 alasan tinggal di panti werda, perasaan
tinggal di panti werda, masalah yang dirasakan di panti werda, perubahan
sejak tinggal di panti werda, makna terhadap diri sendiri dan makna terhadap
keluarga, sumber dukungan, bentuk dukungan dan harapan terhadap hasil
pelayanan. Kesimpulan : arti dan makna pengalaman tiga bulan pertama usia
lanjut tinggal di panti werda yang digambarkan dalam tema-tema yang
muncul, harus dipahami secara mendalam dan dimaknai secara utuh dan
sebagai dasar untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada usia lanjut di
panti werda. Hasil penelitian ini mempakan isu penting yang dapat
teridentifikasi dan menjadi masukan bagi perawat, petugas panti, pengelola
panri untuk melaksanakan program orientasi, tindakan pencegahan primer
dan sekunder yang tepat untuk mengurangi dampak merugikan dari masa
transisi perpindahan usia lanjut ke panti werda. Perlu mengembangkan hasil
penelitian ini agar berguna untuk mengembangkan model asuhan keperawatan
komunitas pada agregat usia lanjut khususnya di area panti werda."
2007
T22881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Rianti
"Sebagai perawat profesional yang bertanggung jawab membantu klien lansia memperoleh kesehatan yang optimal dan memelihara kesehatan lansia, Salah satu Cara yang dapat dilakukan adalah dengan upaya preventif Realisasi upaya preventif tersebut salah satunya adalah dengan memberikan motivasi dan mendukung keikutsertaan lansia dalam kegiatan olah raga. Maka peneliti tertarik mengetahui tingkat motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan olah raga di panti.
Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif sederhana, sedang responden yang dipilih adalah 30 orang lansia yang berusia 60 tahun ke atas dan tinggal dipanti.
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner pada responden yang memenuhi kriteria. Setelah dilakukan analisa data diperoleh hasil sebagai berikut 1 sebagian besar lansia mempunya motivasi yang tinggi untuk melakukan kegiatan olah raga di Panti (86%), motivasi sedang 30%, dan motivasi rendah tidak ada (0%).
Hal ini kemungkinan disebabkan telah teljadi internalisasi dalam diri lansia Lmtuk memenuhi kebutnhan olah raga bagi dirinya. Internalisasi tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik yang ada terutama support system dari lingkungarl panti, dimana panti sudah mempunyai jadwal yang tetap dan teratur untuk kegiatan olah raga serta dukungan penuh dari petugas panti.
Kiranya hasil penelitian ini tidaklah berhenti sampai disini, tetapi perlu ditindak lanjuti dengan melaksanakan penelitian lebih lanjut guna mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang olah raga bagi lansia demi meningkatkan kesejahteraan lansia pada umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Afdanty Ferkin
"Kesendirian tanpa adanya anggota keluarga yang merawat dan mendampingi menjadi ketakutan besar ketika menghadapi masa tua nanti. Akan tetapi, kondisi ini yang harus dirasakan oleh banyaknya lansia di Desa Tengku Lese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sosok anak-anak yang idealnya memiliki kapabilitas sebagai pendamping terdekat lansia tidak ada di sisi mereka karena bermigrasi ke kota dan bahkan ke luar pulau akibat terhimpit kondisi perekonomian. Kondisi ini mendorong lansia dalam kondisi kian rentan, yang sejatinya memerlukan pendamping, harus juga berperan menjadi pendamping untuk merawat cucu yang ditinggalkan oleh anak-anak mereka. Di sisi lain, fenomena migrasi membentuk sebuah relasi kepedulian antara lansia dan tenaga kesehatan utama di desa, yaitu perawat dan bidan, sebagai pihak yang bertanggung jawab demi keberlangsungan kesehatan masyarakat Desa Tengku Lese, termasuk lansia. Walaupun dilihat sebagai sosok yang memiliki tanggung jawab atas kesehatan lansia, perawat dan bidan juga berada dalam kondisi rentan dengan kesulitan-kesulitan yang dirasakan ketika mengemban tugasnya. Penelitian ini dilakukan dengan observasi partisipan dan wawancara para lansia serta perawat dan bidan. Tulisan ini mencoba menganalisis relasi kepedulian yang terbentuk dari sebuah rasa kerentanan, dengan melihat contoh kasus lansia yang tidak memiliki pendamping dan harus menjadi pendamping bagi cucunya, serta tenaga kesehatan yang berperan dalam merawat lansia.

Loneliness without family members to care for and accompany them becomes a great fear when facing old age. However, this is the reality experienced by many elderly people in Desa Tengku Lese, Manggarai Regency, East Nusa Tenggara. The ideal figure of children who could serve as close companions for the elderly is absent because they have migrated to cities or even off the island due to economic pressures. This situation leaves the elderly more vulnerable, as they not only need companionship but also often find themselves taking on the role of caregivers for their grandchildren, left behind by their children. On the other hand, the phenomenon of migration has forged a relationship of care between the elderly and the primary healthcare providers in the village—nurses and midwives—who are responsible for the community's health, including that of the elderly in Desa Tengku Lese. Despite being seen as responsible for the elderly's health, nurses and midwives themselves face vulnerabilities and challenges in carrying out their duties. This research was conducted through participant observation and interviews with the elderly and healthcare workers. This paper try to analyze the caregiving relationships formed from a sense of vulnerability, examining cases where the elderly lack companionship and must care for their grandchildren, as well as the role of healthcare workers in elderly care."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Purnama Hidayat
"Latar belakang: Kematian akibat pneumonia komunitas dilaporkan paling sering pada kelompok lanjut usia. Tingginya kegagalan terapi pada kelompok ini yang berkaitan dengan keterlambatan diagnosis, keparahan penyakit, infeksi bakteri atipikal, multipatogen, multiresisten, dan kondisi multikomorbiditas. Dengan memprediksi kegagalan terapi pada kelompok ini, klinisi dapat menyusun strategi yang lebih agresif untuk mencapai keberhasilan terapi. Namun mengingat respon klinis lanjut usia yang lebih lambat, parameter pencapaian stabilitas klinis dini (<3 hari) tidak dapat digunakan pada kelompok usia ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan klinis yang dapat digunakan dalam memprediksi kegagalan terapi pada pneumonia komunitas lanjut usia.
Metode: Penelitian menggunakan desain kohort prospektif menggunakan data primer pada subjek pneumonia komunitas lanjut usia yang menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dilakukan pemeriksaan status klinis awal sebagai nilai dasar, dilanjutkan dengan pemantauan klinis hari pertama (24 jam setelah mendapatkan antibiotik) dan pemantauan klinis hari ke-tiga (72 jam setelah mendapat antibiotik). Hasil keluaran kegagalan terapi dinilai bila terdapat eskalasi antibiotik dan kematian dalam 14 hari pemantauan.
Hasil: Sebanyak 231 subjek dimasukan dalam penelitian, 21 subjek mengalami drop out. Dari 210 subjek, kegagalan terapi dijumpai pada 111 subjek (52,9%). Setelah dilakukan analisis bivariat dan multivariat ditemukan perubahan klinis yang berhubungan dengan kegagalan terapi pada pneumonia komunitas lanjut usia adalah perubahan ADL pada hari pertama dengan RO 2,213 (95% IK: 1,269-3,861, p<0,01), perubahan ADL pada hari ke- tiga dengan RO 2,966 (95% IK: 1,603-5,489, p=0,001) dan perubahan tekanan darah sistolik pada hari ke-tiga dengan RO 1,021 (95%IK 1,005-1,036, p<0,01).
Kesimpulan: Perubahan klinis dapat dijadikan parameter prognosis kegagalan terapi pada pneumonia komunitas lanjut usia.  Perburukan atau tidak perbaikan status fungsional pada hari pertama dan hari ke-tiga pasca mendapatkan terapi antibiotik berhubungan dengan kegagalan terapi. Perubahan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi juga berhubungan dengan kegagalan terapi dengan mekanisme yang belum dapat dijelaskan.

Background: The elderly with community-acquired pneumonia (CAP) had worse outcomes due to a high rate of treatment failure (TF). A more thorough clinical assessment is needed to evaluate treatment response in this population. Early detection of TF enables more aggressive management of CAP in the elderly, but the evidence is scarce.
Aim: To determine any clinical status changes that can be used to predict TF in the elderly with CAP.
Method: A cohort-prospective study with consecutive sampling methods was conducted. Included patients with CAP ≥60 years old. Clinical status, including blood pressure, pulse rate, respiratory rate, body temperature, peripheral oxygen saturation, functional status with Barthel Index, and mental status (delirium status and GCS), were recorded upon admission, 24 hours and 72 hours following the first antibiotic(s) administration. Treatment failure was determined in subjects required antibiotic escalation or died within 14 days of observation.
Results: The clinical status changes related to TF were: the change of functional status and mental status 24 hours following antibiotic(s) administration; and the changes of systolic blood pressure, pulse rate, functional status, and mental status 72 hours following antibiotic(s) administration. Multivariate analysis revealed.
Conclusion: Comprehensive clinical evaluation is required to predict TF in the elderly with CAP. Changes in functional status and mental status were recognized earlier than vital signs to predict TF in the elderly with CAP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>