Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rhiza Caesari Kristata
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Roida Eka
"Urbanisasi perkotaan menimbulkan berbagai masalah kesehatan diberbagai aggregat usia. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia enam tahun dan diakhiri ketika anak mengalami pubertas yaitu usia 12 tahun. Salah satu risiko masalah kesehatan yang yang terjadi pada anak usia sekolah di perkotaan adalah masalah nutrisi. Faktor yang mempengaruhi nutrisi kurang diantaranya jenis makanan, aktivitas, dan pola asuh orangtua. Karya ilmiah ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah nutrisi kurang. Anak. K (7 tahun) di Kelurahan Cisalak mengalami gizi kurang. Evaluasi dari implementasi keperawatan menyusun triguna makanan dan jadwal kegiatan harian menunjukkan bahwa aktivitas dan pola makan anak mengalami perubahan.

Urban urbanization lead to various health problems in various age aggregate. School age children are children aged six years and ended when the child reached puberty are 12 years old. One of the risks of health problems that occur in school- age children in urban areas is a nutritional problem. Factors affecting less nutrients including foods, activities, and parenting parenting. The aim of this paper was tu describe the family nursing care with malnutrition. Child. K (7 years old) in the Kelurahan Cisalak experiencing malnutrition. Evaluation of the implementation of nursing preparing “triguna makanan” and daily activity living indicates that the child's diet and activity changes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmani Fitri
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor terkait dan dominan faktor dalam kejadian stunting pada anak-anak antara 24-30 bulan dalam dua yang dipilih desa-desa di Kecamatan Cakung pada tahun 2019. Metode penelitian ini adalah cross sectional Desain. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 221 anak-anak dan mereka diperoleh oleh pengambilan sampel cluster. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2019 di Jatinegara dan Pulogebang Kecamatan. Database dikumpulkan dengan mengukur tinggi badan, wawancara pada kuesioner, dan penarikan makanan 2x24 jam. Hasil analisis menunjukkan Proporsi anak usia 24-30 bulan yang mengalami stunting adalah 20,4%. Mann Whitneys Tes menunjukkan bahwa asupan makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin C dan seng menunjukkan hubungan yang signifikan dengan stunting. Uji chi square menunjukkan hal itu makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin A, usia minum susu, frekuensi konsumsi susu, pendidikan ibu, dan pengetahuan ibu tentang gizi menunjukkan a hubungan yang signifikan dengan stunting. Hasil analisis multivariat diperoleh usia minum susu sebagai faktor dominan dalam kejadian stunting pada anak usia 24- 30 bulan di dua kecamatan terpilih di Kecamatan Cakung.

The purpose of this study was to determine the related factors and dominant factors in the incidence of stunting in children between 24-30 months in the two selected villages in Cakung District in 2019. The method of this study was cross sectional design. The number of samples in this study were 221 children and they were obtained by cluster sampling. This research was conducted in May 2019 in Jatinegara and Pulogebang Districts. The database was collected by measuring height, interview on
questionnaire, and 2x24 hour food withdrawal. The analysis showed that the proportion of children aged 24-30 months who experienced stunting was 20.4%. The Mann Whitney Test shows that macronutrient intake, micronutrient intake such as vitamin C and zinc
show a significant relationship with stunting. Chi square test showed that macronutrients, micronutrient intake such as vitamin A, age of drinking milk, frequency of milk consumption, mothers education, and mothers knowledge about nutrition showed a significant relationship with stunting. Multivariate analysis results obtained by age drinking milk as a dominant factor in the incidence of stunting in children aged 24-30 months in two sub-districts selected in the District of Cakung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Vanyadhita
"Latar belakang: Defisiensi folat dapat menyebabkan anemia yang dapat menyebabkan masalah pada pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya korelasi antara asupan folat dengan indikator status nutrisi pada bayi usia 6-8 bulan.
Metode: Rancangan penelitian potong lintang ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian Ernawati et al. Lima puluh lima subjek penelitian adalah bayi usia 6-8 bulan yang direkrut dari beberapa posyandu di Kampung Melayu pada bulan November 2009 sampai Februari 2010 yang sesuai kriteria penelitian. Data yang diambil dari subjek adalah jenis kelamin, usia, panjang badan, berat badan dan asupan folat dari food-recall 24 jam.
Hasil: Hasil penelitian mendapatkan 98.2% dari subjek memiliki asupan folat yang kurang dari jumlah rekomendasi AKG 2004. Indikator status nutrisi dengan Z-score < -2 SD pada 55 subjek menemukan 9.1% kurus, 3.6% pendek dan 5.5% dalam keadaan wasted. Tidak terdapat korelasi signifikan antara asupan folat dengan indikator status nutrisi.
Diskusi: Meskipun tidak didapatkan hasil signifikan, hasil penelitian kami dapat memberikan manfaat dalam deteksi dini efek dari defisiensi mikronutrien dan kemungkinan perburukan dimasa mendatang.

Background: Folate deficiency can cause megaloblastic anemia, a condition that may lead to growth impairments. This study was aimed to assess the correlation between folate intake among infants aged 6–8 months and the relation to infants’ nutritional indicators.
Methods: This was a cross-sectional study using the secondary data from a larger study conducted by Ernawati et al. Fifty five subjects of the study were infants aged 6–8 months recruited from several selected community health center in Kampung Melayu during November 2009 to February 2010 who met the study criteria. Data collected among the infants included sex, age, length, weight, and intake of folate based on a 24–hour food recall.
Results: This study documented 98.2% of the subjects have intake lower than the amount recommended in AKG 2004. Nutritional status indicators with Z-score < -2 SD, showed amongst 55 subjects, 9.1% were underweight, 3.6% were stunted and 5.5% were wasted. No significant correlation between folate intake and nutritional status indicators.
Discussion: Despite the insignificant correlation, our findings might be beneficial in describing the early recognition of the effect of a micronutrient intake insuffiency and its potential adverse effect in later life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ismail Sampurna Putra
"Malnutrisi merupakan masalah besar yang harus dievaluasi lebih lanjut. Tingginya angka malnutrisi di Indonesia mengindikasikan bahwa Pengetahuan, Sikap dan Perilaku/PSP (Knowledge, Attitude and Practice) Ibu terhadap pertumbuhan bayi masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi korelasi antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ibu terhadap bayi nya yang berumur 6-8 bulan, serta meningkatkan kualitas hidup bayi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya, yang berjudul "Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur" oleh Ernawati et al. PSP ibu diperoleh dari sebaran kuesioner dengan menggunakan linkert scale dan status gizi (Tinggi/Umur, Berat/Umur dan Berati/Tinggi) didapatkan dengan dilakukan pengukuran menggunakan alat. Subjek total yang berpartisipasi pada penilitian ini sebanyak 56 bayi. Jumlah bayi laki-laki lebih banyak (63.6%), daibandingkan dengan perempuan (36.4%). Median umur bayi adalah 6.84, yang tertua 8.84 dan termuda 6.08. Dihasilkan data bahwa kebanyakan ibu memiliki skor yang kurang untuk pengetahuan (47.3%) dan perilaku (45.5%). Tetapi, kebanyakan skor sedang untuk sikap (54.5%). Hanya korelasi antara Z-score Tinggi/Umur dengan Perilaku yang menunjukan hasil signifikan dengan korelasi positif (p<0.005; r = 0.261). Hal ini didasarkan bahwa perilaku merupakan bentuk tindakan langsung terhadap pengetahuan dan sikap, yang sangat berdampak baik terhadap pertumbuhan bayi. Penelitian ini menunjukan bahwa pengertian ibu terhadap asuhan bayi pada komunitas target masih rendah. Oleh karena itu, edukasi lebih lanjut dibutuh demi meningkatkan kualitas hidup bayi.

Malnutrition is a huge problem that has to be further evaluated. High level of malnutrition in Indonesia may indicate that the maternal Knowledge, Attitude and Practice (KAP) is still low. This research aims to evaluate the correlation between maternal KAP to nutritional status indicator of 6-8 month infant and elevate the quality of an infant’s life. The study design used for this research is cross sectional study as a secondary research part of Medical Research Unit FMUI entitled “Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur” by Ernawati et al. The score of maternal KAP were obtained by questionnaires using Linkert-scale given to the mother and the nutritional status (Height/Age, Weight/Age and Height/Weight) was evaluated using measuring equipment. Results of the normality test of the subject using Kolmogorov-smirnov shows p value <0.001. Total subjects participated in this study were 56 infants Male babies participating are higher (63.6%), compared to female (36.4%). The median age of the respondents is 6.84, with the oldest and the youngest are 8.84 moths and 6.08 months respectively. Most of the mothers have poor knowledge (47.3%) and practice (45.5%). However, mothers have more moderate score on attitude (54.5%). The only result that has a significant with a positive correlation was between Height/Age Z-Score and Practice (p<0.005; r = 0.261). Since maternal practice is a direct application of knowledge and attitude, hence it is necessary for baby’s growth. This study showed that understanding the infant care among mothers in the target community is still low. Thus, further education to the mothers is essential to improve infants’ quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Isnaini Arifianti
"Stunting adalah kondisi kegagalan pertumbuhan disebabkan oleh kekurangan zat gizi kronik dan infeksi berulang yang memiliki dampak jangka panjang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Banten karena prevalensinya masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 1.643 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data SSGI 2021 milik BKPK Kementerian Kesehatan RI. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor anak (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, keragaman pangan), faktor ibu (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu); faktor kerawanan pangan; faktor kesehatan lingkungan (kepemilikan jamban); faktor penyakit infeksi (ISPA, diare, pneumonia, TBC) dan faktor pelayanan kesehatan (pemberian vitamin A dan pengobatan balita sakit di fasilitas kesehatan). Data dianalisis menggunakan analisis data kompleks. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita 6-59 bulan adalah 22,7%. Berdasarkan analisis multivariat, determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah jenis kelamin (p-value 0,021; AOR 1,351; CI 95% 1,047 – 1,744); pendidikan ibu (p-value 0,009; AOR 1,484; CI 95% 1,103 – 1,998); panjang badan lahir (p-value 0,001; AOR 2,094; CI 95% 1,512 – 2,899); kerawanan pangan (p-value 0,009; AOR 1,629; CI 95% 1,131 – 2,347). Faktor dominan kejadian stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah panjang badan lahir pendek (AOR 2,09). Bayi panjang lahir pendek perlu mendapatkan intervensi KIE gizi dan kesehatan untuk ibu balita; mendapat makanan tambahan balita dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas serta pemantauan rutin setiap bulan di Posyandu agar tidak tumbuh menjadi balita stunting.

Stunting is a condition of growth failure caused by chronic nutritional deficiencies and repeated infections that have long-term effects. Stunting is still a public health problem in Banten Province because the prevalence is still high. This study aims to determine the determinants of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province. The research design used was cross sectional with a total sample of 1,643 toddlers obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used is the SSGI 2021 data belonging to the Indonesian Ministry of Health's BKPK. The independent variables in this study were child factors (age, sex, birth weight, birth length, dietary diversity), maternal factors (mother's education and mother's occupation); food insecurity factor; environmental health factors (latrine ownership); infection disease factors (ARI, diarrhea, pneumonia, tuberculosis) and health service factors (giving vitamin A and treating sick toddlers in health facilities). Data were analyzed using complex data analysis. Bivariate analysis used the chi-square test and multivariate analysis used multiple logistic regression. The results showed that the proportion of stunting among toddlers aged 6-59 months was 22.7%. Based on multivariate analysis, the determinant of stunting for children aged 6-59 months in Banten Province is gender (p-value 0.021; AOR 1.351; 95% CI 1.047 – 1.744); mother's education (p-value 0.009; AOR 1.484; 95% CI 1.103 – 1.998); birth length (p-value 0.001; AOR 2.094; 95% CI 1.512 – 2.899); food insecurity (p-value 0.009; AOR 1.629; 95% CI 1.131 – 2.347). The dominant factor in the incidence of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province is short birth length (AOR 2.09). Short-born babies need to receive health and nutrition communication, information, education interventions for mothers under five and get supplementary food for toddlers from the District/City Health Office and Community Health Centers as well as routine monitoring every month at the Posyandu so they don't grow into stunted toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Tri Sulistyaningrum
"Menurut Data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Provinsi DKI Jakarta tahun 2014, proporsi balita dengan asupan gula, natrium, dan lemak yang melebihi batas yang dianjurkan, yaitu untuk asupan gula sebesar 1,9%, asupan natrium sebesar 15%, dan asupan lemak sebesar 22,2%. Preferensi makanan dan perilaku makan anak-anak dipengaruhi oleh pengalaman masa balita dan erat kaitannya dengan pilihan dan
perilaku makan orang tuanya. Preferensi rasa saat usia dini ini akan menjadi kebiasan
makan dikemudian hari dan menjadi perilaku negatif, hal inilah yang menimbulkan timbulnya Penyakit Tidak Menular tidak hanya terjadi pada usia dewasa tetapi juga pada usia anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu dalam pola pemberian gula, garam, lemak pada makanan balita umur 6-59 bulan di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2019 di wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 200 responden dengan subjek ibu yang memiliki balita umur 6-59 bulan di wilayah Kecamatan Cipayung yang didapat dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53% Ibu memiliki perilaku negatif dalam pola pemberian gula, garam, lemak pada makanan balita. Sebesar 73,5% Ibu memiliki pengetahuan yang rendah dalam pola pemberian gula, garam, lemak pada balita dan sebesar 95,5% responden memiliki sikap negatif dalam pemberian gula,
garam, lemak pada makanan balita. Berdasarkan uji multivariat regresi logistik diketahui bahwa perilaku ibu dalam pemberian gula, garam, lemak pada makanan balita memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan p-value=0,005 (p<0,05), pemanfaatan media sosial p-value=0,001 (p<0,05) dan dukungan petugas kesehatan pvalue=0,005 (p<0,05). Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan strategi dalam meningkatkan pengetahuan ibu akan penggunaan gula, garam, lemak di dalam
konsumsi makanan balita sehari-hari melalui program indonesia sehat pendekatan keluarga.

According to the 2014 DKI Jakarta Province Individual Food Consumption Survey (SKMI), the proportion of children under five with sugar, sodium, and fat intake that exceeds the recommended limit, namely for sugar intake by 1.9%, sodium intake by 15%, and fat intake by 22.2%. Food preferences and childrens eating behavior are influenced by the experiences of infancy and are closely related to the choices and eating behaviors of their parents. Taste preferences at an early age will become eating
habits in the future and become negative behavior, this is what causes the emergence of
non-communicable diseases not only occur in adulthood but also in children. The purpose of this study was to determine maternal behavior in the pattern of providing sugar, salt, fat in toddler food aged 6-59 months in Cipayung District, East Jakarta. This study uses a cross sectional study design conducted in July-August 2019 in the Cipayung District area, East Jakarta. The sample in this study amounted to 200 respondents with the subject of mothers who have toddlers aged 6-59 months in the Cipayung District area obtained by purposive sampling. The results showed 53% of mothers had negative behavior in the pattern of providing sugar, salt, fat in toddler food. 73.5% of mothers have low knowledge in the pattern of providing sugar, salt, fat in infants and 95.5% of respondents have a negative attitude in providing sugar, salt, fat in toddler food. Based on the multivariate logistic regression test it is known that maternal behavior in providing sugar, salt, fat in toddler food has a significant relationship with knowledge p-value = 0.005 (p <0.05), social media utilization p-value = 0.001 (p <0 , 05) and the support of health workers p-value = 0.005 (p <0.05). Therefore it is necessary to develop a strategy to increase the mother's knowledge of the use of sugar, salt, and fat in everyday toddler food consumption through a healthy
Indonesia family approach program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes. RI, 1991
612.654 IND b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Halim
"Prevalensi stunting pada balita di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan, salah satu penilaian pada praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan utama dalam kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.

Prevalence of stunting among under children in Indonesia, particularly in Bogor, East Java, is still considered high. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting among children. A cross-sectional design study involving 149 children aged 6-35 months in Babakan Madang District from April-June 2019 was performed in this study. Dietary diversity scores were collected from 1x24hr food recall based on 7 food groups and categorized as low (<4 food groups) and high (≥4 food groups). Results showed the prevalence of stunting in this study is 32.2%. 31.5% of the children had low dietary diversity. Using chi-square analysis, there was significant associations in prevalence of stunting in children in dietary diversity (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), and consumption of vitamin A-rich fruits and vegetables (p=0.015). Interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>