Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Olahraga jantung jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan perbaikan pada denyut
jantung dan tekanan darah. Penelitian terdahulu masih menggunakan denyut jantung
sebagai tolak ukur, belum ada penjelasan tentang bagaimana pengaruhnya terhadap
tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi dan tempo
senam, mengidentifikasi pengaruh frekuensi, tempo dan efek senam terhadap tekanan
darah sistole. Desain penelitian yaitu korelasi uji hubungan yang dilakukan pada 42
responden dengan cara purposive sampling. Data dikumpulkan dari penyebaran kuesioner
dan data sekunder hasil pengukuran tekanan darah. Hasil analisis dengan uji “t”
dependent menunjukkan adanya pengaruh frekuensi dan tempo senam terhadap tekanan
darah sistole. Pengaruh yang diberikan adalah pengaruh buruk. Bagi penderita hipertensi
sebaiknya tidak melakukan senam yang berlebihan; perawat komunitas dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai untuk klien penyakit jantung pada tahap
rehabilitasi; bagi penelitian lainnya perlu memperbanyak sampel, waktu, memperbaiki
instrumen, dan menggunakan desain kuasi eksperimen; bagi institusi Yayasan Jantung
Indonesia seharusnya memberikan pelatihan pengukuran tekanan darah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5340
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Novita Sari
"Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok usia yang sangat berisiko mengalami masalah kesehatan terkait perilaku hidup sehat. Latihan fisik merupakan salah satu indikator perilaku hidup sehat untuk anak usia sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh, anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok usia tertinggi yang termasuk kategori kurang dalam latihan fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kelebihan berat badan atau obesitas dan tekanan darah tinggi. Praktik SETIA (Senam Setiap Hari) merupakan salah satu upaya promotif untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh SETIA terhadap IMT dan tekanan darah anak usia sekolah. Desain penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen jenis pretest dan posttest with control group. Jumlah responden di kelompok intervensi yaitu 33 partisipan dan 31 responden di kelompok kontrol yang diseleksi dengan simple random sampling. Analisis data menggunakan uji paired t-test dan pooled t-test. Intervensi diberikan selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh SETIA terhadap IMT (p value = 0,034) dan tekanan tekanan darah (p value =0,004) pada anak usia sekolah usia 10-12 tahun. Penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai salah satu bentuk upaya promotif untuk meningkatkan latihan fisik pada anak usia sekolah dan pencegahan penyakit tidak menular.

School-age children are one of the age groups who are very at risk of experiencing health problems related to healthy living behavior. Physical exercise is one indicator of healthy living behavior for school-aged children. Based on the data obtained, school-age children are one of the highest age groups in the category of lack of physical exercise. This condition can cause various health problems such as being overweight or obese and high blood pressure. SETIA (Daily Gymnastics) Practice is one of the promotive efforts to reduce the risk of non-communicable diseases in children. This study aims to determine the effect of SETIA on BMI and blood pressure in school-age children. The design of this study uses a quasi-experimental type of pretest and posttest with control group. The number of respondents in the intervention group was 33 participants and 31 respondents in the control group were selected by simple random sampling. Data analysis used paired t-test and pooled t-test. Interventions were given for 4 weeks. The results showed the influence of SETIA on BMI (p value = 0.034) and blood pressure and pressure (p value = 0.004) in school-aged children aged 10-12 years. This research can be recommended as a form of promotive effort to improve physical exercise in school-age children and prevention of non-communicable diseases."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Asti Werdhani
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi program latihan Klub Jantung Sehat Pondalisa sekaligus mengetahui hubungan frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan tekanan darah yang terkendali pada anggota KJS Pondalisa khususnya dan masyarakat usia dewasa tua umumnya.
Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada buku anggota KJS Pondalisa. Digunakan pendekatan analisis Cox Regression untuk melihat efek frekuensi dan keteraturan senam yang telah dilakukan oleh para anggota KJS Pondalisa selama 1 tahun pertama keanggotaan terhadap penurunan tekanan darah. HR (hazard ratio) digunakan sebagai estimasi RR (risiko relatif) efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Anatisis multivariat digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel perancu.
Sebanyak 132 data anggota K7S Pondalisa dianalisis dalam penelitian ini. Dalam 1 tahun pertama keanggotaan terdapat 11,36% anggota yang melakukan senam 2x1minggu, 39,39 % anggota yang melakukan senam > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut, dan 11,36% anggota yang melakukan senam 2xlminggu selama > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut. Tidak ada anggota yang melakukan senam 3xlminggu sesuai program dan tidak ada anggota yang melakukan senam 2x1minggu selama < 8 minggu berturut-turut_ Keteraturan senam anggota maksimum selama 15 minggu. Didapatkan penurunan tekanan darah pada 32,58 % anggota dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolikldiastolik sebesar 6 mmHg/4 mmHg yang dapat dipertahankan minimal selama 1 bulan. Besarnya penurunan TD ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi; sedikitnya dapat memperlambat perjalanan penyakit hipertensi serta bermanfaat dalam pencegahan primer.
Efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 1 Va dibandingkan dengan frekuensi senam < 2xlminggu [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Efek senam teratur 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 36 % dibandingkan dengan senam teratur < 8 minggu berturut-turut [RR 1,36;95%CI [0,63-2,93]. Senam yang dilakukan 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-tunrt memberikan manfaat penurunan tekanan darah sebesar 34 % dibandingkan dengan senam <2xlminggu selama 8 minggu berturut-turut [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. Tidak ada perbedaan manfaat penurunan tekanan darah antara senarn < 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-turut dengan senam < 2xlminggu selama < 8 minggu berturut-turut [RR 0,99;95% CI [0,42-2,32].
Dan basil penelitian ini disimpulkan bahwa efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah tidak berbeda dengan efek frekuensi senam < 2xlminggu. Efek keteraturan senam 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah lebih besar dibandingkan efek frekuensi senam 2xlminggu. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertahankan keteraturan senam untuk mendapatkan basil penurunan tekanan darah yang lebih baik. Manfaat penurunan tekanan darah pada frekuensi senam 2xlminggu didapatkan bila dilakukan selama 9-15 minggu berturut-turut. Walaupun senam sudah dilakukan secara teratur sarnpai dengan 15 minggu berturut-turut, bila dilakukan dengan frekuensi < 2x1minggu tidak didapatkan manfaat penurunan tekanan darah.
Masih adanya faktor-faktor yang belum diperhitungkan seperti durasi dan intensitas latihan, peran obat anti hipertensi, dan adaltidaknya penyakit lain, serta masih lebar dan tidak konsistennya rentang interval kepercayaan yang dihasilkan, menyebabkan basil penelitian ini belum sepenuhnya menunjukkan efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah yang sebenarnya pada populasi. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan menggunakan berbagai nilai frekuensi dan keteraturan senam, dengan memperhitungkan berbagai faktor di atas dan jumlah sampel yang lebih besar, untuk memperoleh manfaat penurunan tekanan darah yang sebenarnya dan presisi yang lebih akurat.

The aim of this research is to evaluate the performance of `Klub Jantung Sehat Pondalisa' as well as the association of frequency and regularity of exercise with blood pressure reduction. The long-term benefit achieved will be adequate control of blood pressure among members of the club and adults as a whole.
Retrospective cohort study was conducted, using data found on the member's logbook. Cox Regression analysis approach was used to find the benefit of blood pressure reduction through exercise's frequency and regularity which have been done by all member of KJS Pondalisa during the first year of membership. HR (hazard ratio) was used to estimate the RR (relative risk) of both exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure. Confounders were adjusted by multivariate analysis.
There were 132 members analyzed in this research. In the first year of membership, there were 11.36% members doing exercise twice weekly, 39.39 % members doing exercise > 8 weeks (9-15 weeks) regularly, and 11.36% members doing exercise twice weekly in > 8 weeks (9-15 weeks) regularly. There were no member doing exercise thrice weekly as programmed. There were no member doing exercise twice weekly in < 8 weeks regularly. The maximum exercise's regularity was 15 weeks. There were 32.58 % blood pressure reduction among members. The mean systolic/diastolic reduction which can be maintained for at least I month were 6 mmHg/4 mmHg, This amount of BP reduction might reduce morbidity and mortality among hypertensives; at least might retard the natural history of hypertension and give benefit to primary prevention.
The effect of twice weekly's exercise on blood pressure reduction increase 1 % as compared to less than twice weekly's exercise [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Effect of doing 9-15 weeks regular exercise on blood pressure reduction increase 36 % as compared to members doing 8 weeks regular exercise [RR 1,36;95%CI [ 0,63-2,93]. Members doing exercise twice weekly in 9-15 weeks regularly get benefit on blood pressure reduction 34 % more as compared to members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks regularly [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. There were no difference in blood pressure reduction between members doing exercise less than twice weekly in 9-15 weeks regularly and members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks [RR 0,99;95% CI [ 0,42-2,32].
From this research, we conclude that there was no different effect of blood pressure reduction between twice weekly's exercise and less than twice weekly's exercise. The effect of exercise in 9-15 weeks regularly toward blood pressure reduction is bigger compared with effect of twice weekly's exercise. This fording shows the importance of maintaining exercise's regularity to get benefit of reducing blood pressure. The benefit of twice weekly's exercise for blood pressure reduction will be achieved when it is conducted in 9-15 weeks regularly. Although exercise has been conducted regularly up to 15 weeks, if done less than twice weekly, it will not yield the benefit of blood pressure reduction.
There are still many factors which have not been considered such as the duration and intensity of exercise, the role of anti hypertensive drugs, and the presence of other diseases. All of those factors together with the wide range and inconsistent of confidence interval, make the results of this study fail to show the maximal effect of exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure in population. Therefore, further research is needed using several degrees of exercise's frequency and regularity, considering also the above mentioned related factors and bigger number of sample size, to obtain the true benefit of blood pressure reduction and more accurate precision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauji
"Berbagai kondisi dapat mempengaruhi hasil tekanan darah, dan kondisi tersebut berbeda setiap orangnya diantaranya: umur, aktivitas, stress, ras, obesitas, jenis kelamin, pengobatan, variasi diurnal, dan proses penyakit (Kozier, et al. (2004). Aktifitas fisik dapat meningkatkan curah jantung dan juga tekanan darah (Kozier, et al. 2004). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aktifitas fisik dapat meningkatkan curah jantung dan juga tekanan darah. Belum adanya penelitian terkait tekanan darah sebelum dan 1 menit setelah beraktifitas, sehingga berdasar permasalahan diatas maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dan akan memfokuskan penelitian pada satu aktifitas fisik yaitu menaiki tangga sehingga masalah penelitian yang akan diteliti adalah pengaruh aktiiitas menaiki tangga terhadap hasil tekanan darah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan hasil tekanan darah sebelum beraktifitas menaiki tangga dan satu menit setelah menaiki tangga. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan jumlah sampel 70 orang dengan simple random sampling yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan tekanan darah terutama sistolik pada responden laki-laki setelah 1 menit menaiki tangga sebesar 12,2 mmHg, sedangkan rata-rata kenaikan tekanan darah terutama sistolik pada responden perempuan setelah 1 menit menaiki tangga adalah sebesar 9,7 mmHg. Dari analisa data dengan uji t pada tekanan darah sistolik diperoleh t = 10,430, nilai t hasil perhitungan lebih besar daripada nilai dalam tabel distribusi t dengan alfa 0,05 (1,671) maka dapat diputuskan Ho ditolak. Selain itu perhitungan menghasilkan nilai P < 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka dapat diputuskan Ho ditolak. Sehingga dengan menggunakan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa, secara statistik ada perbedaan antara tekanan darah terutama sistolik sebelum menaiki tangga dan 1 menit setelah menaiki tangga.
Sedangkan hasil analisa terhadap tekanan darah diastolik menunjukkan sebaliknya, nilai t hasil perhitungan lebih kecil daripada nilai dalam tabel distribusi t dengan alfa 0,05 (1,671) maka dapat diputuskan Ho gagal tolak. Selain itu perhitungan menghasilkan nilai P > 0,25 yang lebih besar dari nilai alpha (0,05) maka dapat diputuskan Ho gagal tolak. Sehingga dengan menggunakan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa, secara statistik tidak ada perbedaan antara tekanan darah terutama diastolik sebelum menaiki tangga dan 1 menit setelah menaiki tangga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memang terdapat hubungan atau pengaruh yang kuat antara aktifitas menaiki tangga dengan hasil tekanan darah.
Penelitian ini merupakan informasi awal yang perlu ditindaklanjuti untuk dilakukan penelitian terutama rentang usia responden dipersempit atau dengan usia yang sama (homogen), difokuskan hanya pada satu jenis kelamin dan kecepatan menaiki tangga diawasi, Serta dengan alat yang sama merek dan jenisnya sehingga dapat dilihat pengaruh aktiiitas fisik menaiki tangga terhadap hasil tekanan darah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5370
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Palmer, Anna
Jakarta: Erlangga, 2007
616.132 PAL t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini
"Luka Bakar merupakan suatu kondisi dimana terjadi kerusakan integritas kulit yang dapat menimbulkan nyeri pada pasien. Perawatan luka yang dilakukan dapat menyebabkan nyeri ringan sampai berat. Dampak dari nyeri adalah pelepasan adrenalin yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. Metode : menggunakan Quasi-experimental dengan Cross Over Design. Analisa data yang digunakan untuk data numerik skala nyeri pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji T berpasangan, sedangkan untuk tekanan darah pada responden yang tidak mendapatkan terapi musik dan yang mendapatkan terapi musik saat perawatan luka menggunakan uji Chi Square. Hasil : secara statistik terdapat perbedaan tingkat skala nyeri yang diberikan terapi musik saat perawatan luka dengan nyeri saat perawatan luka tanpa musik dengan (p=0,001), sedangkan untuk tekanan darah tidak ada pengaruh yang signifikan (p=0,057) . Simpulan : terapi musik dapat digunakan sebagai terapi penunjang saat dilakukan perawatan luka bakar.

Burns is a condition where the skin has damage and cause pain in patients. Wound care can cause unpleasant or painful feelings of pain intensity from mild to severe. The impact of pain is the release of adrenaline which can result in increased blood pressure. Methods: This study used a quasi-experimental with cross over design. Pain scale using the Numeric Pain Scale measuring tool, whereas blood pressure using spignomanometer. To compare the pain scale before being given music therapy and after given music therapy using paired t test analysis, for blood pressure using Chi square analysis. Results: Musical therapy gave a significant effect related to patient’s pain scale during wound care (p=0.001), while it has insignificant effect on blood pressure (p = 0,057). Conclusions: Musical therapy could be use as an adjuvant therapy when wound care is applied on burn patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Arief Widjaja
"Untuk mempertahankan tingkat produksi, daya saing dan kontinuitas pekerjaan maka di era sekafang banyak perusahaan atau pabrik-pabrik yang memberlakukan pekesjaan shi# bagi karyawannya. Ada yang memberlakukan 2 atau 3 shi# tergantung dari pada kebutuhan perusahaan. Pada populasi pekeria dinegara berkembang 20 - 30 % memberlakukan kerja shim sehingga kelja shift menjadi hal yang biasa. Pada penelilian Simon Folkard dan Philip tahun 2002 (shitiwork safely and productivity) rnenyimpulkan bahwa produktifltas dan keselamatan kerja akan berkuranglmenurun pada waktu karyawan beraktilitas di malam hari. Pengurangan inl didasari oleh berbagai faktor antara lain: gangguan kesehatan, terganggunya kehidupan sosial, gangguan tidur (memendeknya waktu tldur) dan gangguan irama Sirkadlan.
Dalam tesis ini ingin ditelili dampak kerja malam terhadap perubahan tekanan darah sistolik, diastolik dan denyut jantung pada Operator Pmduction perusahaan Migas X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitalif dengan desain penelitian kuasi eksperimental, menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan pengukuran langsung tekanan darah slstolik, diastol0< dan denyut jantung pada 77 Operator Production perusahaan Migas X pada saat shi# non malam dan malam. Setelah diukur kemudian dibandingkan apakah ada perbedaan hasil pengukuran antara yang shit! non malam dengan malam pada seorang pekerja.
Hasil penetitian dengan analisis bivariat menunjukkan terjadinya perbedaan bermakna tekanan sistotik dan diastolik antara pekerja shift non maiam dengan shift malam (p< 0,05). Untuk tekanan sistolik oenderung mengalami penumnan pada saat shit? malam, sedangkan untuk tekanan diastolik mengalami kenaikan pada saat shift malam. Kenaikan dan penurunannya masih dalam batas yang tidak mengganggu kesehatan. Untuk tekanan denyut jantung oenderung tidak mengalami perubahan antara yang bekerja pada shift non malam maupun shit? malam. Analisa multivariat menunjukkan bahwa faktor Olah Raga dan Kopl merupakan faktor dominan dalam perubahan tekanan darah dan denyut jantung.

To maintain productivity level, competition among and continuity of workers, most company or production apply shift working among their employee. There are 2 or 3 shifts applied based on the company?s need. In the developing countries' population. 20-30% ofthe country apply working shift, which make it as a common thing. ln the research done by Simon Folkard and Philip 2002 (Shift Working Safety and Productivity) concluded that productivity and work safely will decrease during night shift This decrease is due to several factors, such as health, social, sleep (decrease in the quantity time of sleep), and circadian rhythm disorder.
This thesis would like to know the effect of night shift on systolic, diastolyc blood pressure and heart beat among pmducfion operators in X Indonesia Company. This is a quantitative research with Quasy experimental design using queslonnaire and direct blood pressure measurement (systolic and diastolic) and heart beat as the research tools on 77 production operators during night and non-night shift in X Indonesia Company. After being measured, we compare the difference ofthe result among workers who work on night and non-night shift.
This research shows that there is a difference on systolic and diastolic among night shift and non-night shift workers (p < 0,05). Systolic pressure tends to decrease during night shift, while for diastolic pressure tends to increase during the same shift. Both the increase and decrease are within normal limit which does not effect their health. Heart beat tends not to change between these workers. Sport and coffee are the dominant factors to influence blood pressure and heart beat by multivariate analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Jusuf Susanto
"Pada setiap kerja otot akan terjadi kenaikan tekanan darah, baik itu kerja isotonik ataupun kerja isometrik. Kenaikan tekanan darah sewaktu kerja isometrik lebih tinggi daripada sewaktu kerja isotonik. Yang dimaksud dengan kerja isotonik atau kerja dinamis adalah kerja dimana terjadi pemendekan otot yang sedang berkontraksi. Sedangkan pada kerja isometrik atau statis tidak terjadi pemendekan otot.
Gerak otot-otot tubuh kita dalam kehidupan sehari-hari tidak ada yang bersifat murni isotonik atau isometrik. Pergerakan tubuh biasanya merupakan gabungan dari keduanya. Tergantung kerja yang dilakukan maka dapat lebih bersifat isotonik atau isometrik. Olahraga lari dan renang mempunyai lebih banyak komponen isotonik, sedangkan angkat besi dan push-up lebih banyak komponen isometrik.
Penyelidikan mengenai respons kardiovaskuler sewaktu kerja dinamis telah banyak dilakukan, tetapi penyelidikan mengenai respons tersebut sewaktu kerja statis belum cukup banyak. Dalam kehidupan kita sehari-hari kadang-kadang kita melakukan berbagai kerja isometrik yang bervariasi beratnya seperti mengangkat atau membawa barang yang berat, mendorong perabotan rumah tangga atau membuka pintu atau jendela yang sulit dibuka. Semuanya itu kita lakukan tanpa menyadari bahwa kerja itu dapat merupakan beban yang berat bagi jantung dan pembuluh darah terutama pada orang tua atau mereka yang berpenyakit jantung.
Di negara-negara yang mengalami musim salju seringkali dilaporkan adanya orang yang meninggal dunia segera sesudah membersihkan jalan atau halaman dari salju dengan sekop. Mereka tidak mengira bahwa bila mereka menyekop salju basah dengan kecepatan 10 x semenit selama 1 menit, energi yang dibutuhkan sama dengan naik tangga sampai lantai ke tujuh selama 1 menit. Membawa koper seberat 20 kg selama 2 menit dapat menaikkan tekanan sistolik sampai 45 mmHg dan tekanan diastolik sampai 30 mmHg.
Penggunaan alat-alat olah raga yang banyak memerlukan kerja isometrik seperti barbel dan dumbel juga mengandung resiko bagi mereka yang kesanggupan kardiovaskulernya terbatas. Apa lagi memang kegunaan alat-alat tersebut untuk meningkatkan efisiensi kardiovaskuler atau kemampuan aerobik serta kesegaran jasmani sangat terbatas. Kerja isotonik seperti berjalan atau berlari merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan sehari-hari. Orang dengan kemampuan kardiovaskuler yang terbatas dapat segera menghentikan kegiatan itu jika merasa lelah tanpa melampaui batas kesanggupannya?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Halim
"Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara masukan Ca, kadar ion Ca serum dengan tekanan darah primigravida dengan usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu dalam rangka poncegahan terjadinya Preeklampsia.
Tempat : Poliklinik Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FKUI Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.
Bahan dan Cara: Penelitian dilakukan pada wanita primigravida dengan usia kehamilan 24 minggu yang memenuhi kriteria. Mula-mula dikumpulkan data-data mengenai sosiodemografi dan pamoriksaan masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah, kemudian pada usia kehamilan 28 minggu diperiksa tekanan darah, usia kehamilan 32 minggu masukan Kalori, Protein, Ca dan tekanan darah, akhirnya pada usia kehamilan 36 minggu diperiksa masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah. Data karakteristik disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik t dan x2.
Hasil: Dari 86 subyek penelitian yang diteliti, rata-rata masukan Ca nya pada usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu lebih rendah dari AKO, masing-masing 63%,76% dan 63%, rata-rata kadar ion Ca serumnya pada usia kehamilan 24 dan 36 minggu, dalam batas normal, masing-masing 1,06 dan 1,05 mmol/l, 7 orang (8,1%) menderita Preeklampsia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara Preeklampsia dengan variabel yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status gizi, masukan Ca dan kadar ion Ca serum.
Kesimpulan: Masukan Ca dan kadar ion Ca serum tidak ada hubungan bermakna dengan terjadinya Preeklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tres Silowati
"Globalisasi berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk perkotaan. Hal tersebut diakibatkan adanya arus urbanisasi yang semakin melesat. Urbanisasi memberi pengaruh positif dan negatif terhadap kesehatan. Dampak negatif akibat globalisasi dan urbanisasi yaitu gaya hidup yang tidak sehat seperti gaya hidup monoton, kurang olahraga, mudah stress, dan merokok. Hal tersebut dapat berdampak terhadap timbulnya masalah penyakit kronik seperti hipertensi. Ibu S mengalami hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Faktor risiko hipertensi pada Ibu S diantaranya kurangnya latihan fisik, dan riwayat keluarga. Tekanan darah Ibu S saat pertama kali kunjungan yaitu 158/90 mmHg. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menerapkan latihan senam jantung sehat (SJS) sebagai intervensi yang diunggulkan pada keluarga Bapak A dengan masalah risiko ketidakstabilan tekanan darah. Kunjungan dilakukan sebanyak 17 kali. Diagnosis keperawatan yang utama yaitu risiko ketidakstabilan tekanan darah. Intervensi yang dilakukan cukup berhasil. Latihan SJS dapat menurunkan tekanan darah Ibu S setelah dilakukan intervensi 12 kali dalam waktu 4 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu. Penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg dan tekanan darah diastolik 3 mmHg. Intervensi keperawatan latihan SJS perlu dikombinasikan dengan penerapan DASH, pembatasan natrium, dan keteraturan konsumsi obat supaya dapat mendapatkan penurunan tekanan darah yang optimal. Dukungan dan keterlibatan keluarga penting untuk memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami hipertensi.

 


Globalization has an impact on increasing urban population. This was caused by the flow of  urbanization that was increasingly shot up. Urbanization has positive and negative effects on health. The negative effects of globalization and urbanization are unhealthy lifestyles such as monotonous lifestyle, lack of exercise, stress, and smoking. This can have an impact on the emergence of problems of chronic diseases such as hypertension. Ms. S has hypertension since five years ago. Risk faktors in Mrs. S include a lack of physical exercise, and family history. Mrs. S blood pressure during the first visit was 158/90 mmHg. The purpose of writing this paper is to describe the implementation of nursing care by implementing healthy heart gymnastics as a superior intervention in Mr. A family with the problem of risk of blood pressure instability. Visit were made 17 times. The main nursing diagnosis is the risk of blodd pressure intability. The intervention carried out was quite successful. Gymnastics can reduce Mrs. S blood pressure after intervention 12 times in 4 weeks with a frequency of 3 times per week. Decreased systolic blood pressure reaches 10 mmHg and diastolic blood pressure 3 mmHg. Healthy heart gymnastics intervention needs to be accompanied by the application of DASH diet, sodium restriction, and regular comsuption of drugs in order to obtain optimal blood pressure reduction. Family support and involvement is important to provide care for family members who have hypertension."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>