Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi adalah rnerupakan cara pemberian
makanan secara alamiah dan merupakan cara pemberian rnakanan yang terbaik bagi
bayi. Pernberian ASI akan dapat mernenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, kebutuhan
psikologis dan memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi. Disarnping itu
menyusui juga mempunyai pengaruh terhadap penjarangan kelahiran. Pemberlan ASI
yang dianjurkan adalah pemberian ASI secara tanggal sampai bayi berumur empat
bulan (Exclusive breast feeding), kemudian pernberian dilanjutkan sampai anak
berumur dua tahun bersama makanan pendamping ASI lainnya. Menurut Suradi S.
(1992) bahwa pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berhubungan erat
dengan terjadinya diare. Akan tetapi berdasar pada fenomena yang ada bahwa tidak
semua bayi yang berusia di bawah empat bulan dan telah diberikan makanan
tambahan terjadi diare. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk untuk membuktikan
konsep yang ada dengan rnelakukan suatu penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan
dan pengolahan data terhadap 30 responden di Kelurahan Menteng Jaya Jakarta Pusat
didapatlcn hasil sebagai berikut dari 30 responden yang telah diberikan makanan
tambahan dan menderita diare yaitu berjumlah 12 orang (40%), clan angka kekerapan
untuk terjadinya diare adalah satu kali sebanyak 10 orang (83,3%) dan lebih dari dua
kali sebanyak 2 orang (6,67%), dan bayi yang tidak diberikan makanan tambahan dan
pernah menderlta diare adalah sebanyak 6 orang (20%) dan tidak rnenderita diare
sebanyak 24 orang (80%) Hal ini dapat kita tarik kesirnpulan bahwa berdasarkan
kosep yang ada jika bayi diberikan makanan tambahan dalarn usia yang masih dini
akan menirnbulkan dampak teajadinya diare."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5235
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiawati Oktafiani
"ASI merupakan makanan alamiah yang kaya zat yang diperlukan tubuh bayi, karena komposisinya bersifat sangat spesitik dan berubah sesuai kebutuhan tubuh bayi. Perubahan peran wanita untuk berkarir di Iuar rumah telah membexi kontribusi terhadap perubahan pola pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan mmtuk mcngdentiiikasi sejauh mana tingkat perbedaan frekuensi pemberian ASI dan makanan tambahan pada ibu rumah tangga dan ibu bekerja yang mempunyai bayi berusia kurang dari empat bulan. Penelitian ini mengguuakan desfiin deskriptjf perbandingan. Populasi yang digunakan adalah ibu-ibu yang memiliki bayi, baik ibu mmah tangga maupun ibu bekerjayang memenuhi kriteria penelitian. Sampel ditentukan berdasar teknik consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 25 orang.
Data dianalisa menggunakan rumus statistik Uji Pasti Fisher. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai probabiiitas = 0,02756. Kesimpulan penelitian adalah tidak terdapat perbedaan yang berarti antara ibu rumah tangga dan ibu bekenja dalam memberikan ASI dan makanan tambahan kepada bayi yang berusia kurang dari empat bulan."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5106
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marlin Tiambun. S
"Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian MP-ASI pada bayi umur 7-12 bulan di Puskesmas Kemiri Muka Depok Tahun 2011. Desain yang digunakan adalah cross sectional, populasi penelitian adalah ibu yang memiliki bayi umur 7-12 bulan, sampel 120 orang ibu yang memiliki bayi. Hasil penelitian adalah 51,7% pemberian MP-ASI sudah dilakukan sesuai standar. Hasil analisis bivariat dengan chi square ada hubungan bermakna antara pengetahuan, informasi, dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dengan perilaku pemberian MP-ASI. Meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga melalui promosi kesehatan dan penyediaan poster, leaflet, terkait MP-ASI. Frekuensi pelatihan konseling ditingkatkan bagi petugas kesehatan terkait MP-ASI.

The purpose of this study was to determine the factors associated with the behavior of MP-breastfeeding in infants aged 7-12 months in Kemiri Muka Public Health Center Depok City in 2011. The design used was cross sectional, population study were infants aged 7-12 months, samples area 120 mother who have baby. Study result shows that 51.7% of giving a side dish of Mother Breast- Feeding has been carried according to standard. Result of bivariate analysis by chi square test found that there are meaning correlation between knowledge, information, health officer support, family support and behavior of giving a side dish of Mother Breast Feeding. Improving mother and family knowledge through health promotion and provides poster, leaflet in regard to side dish of Mother Breast- Feeding. Frequency of counseling training for health officer of side dish of Mother Breast Feeding needs to be enhanced."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khouw Loanita Theresiana
"Jendela paling kritis kurang gizi terletak pada usia 6-12 bulan karena air susu ibu (ASI) saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga diperlukan makanan pelengkap ASI yaitu makanan pendamping ASI (MP-ASI). Praktek pemberian MP-ASI dipengaruhi berbagai faktor antara lain faktor biologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan pelayanan kesehatan sehingga menimbulkan banyak permasalahan dalam praktek pemberian MP-ASI tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI pada bayi 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang / cross sectional pada bayi umur 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, di mana pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2002. Sebagai sampel adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 4-11 bulan yang diambil sesuai dengan metode survei cepat (Ariawan, 1996), menggunakan rancangan cluster dengan cara probability proportional to size (pps), sehingga didapat jumlah sampel sebesar 300 responden, dan pada waktu pelaksanaan ternyata 1 responden sudah pindah sehingga akhirnya diperoleh data dari 299 orang ibu yang mempunyai bayi 4-11 bulan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 6 orang alumni Akademi Gizi Jakarta yang telah dilatih lebih dahulu. Variabel dependen yaitu praktek pemberian MP-ASI dan variabel independen adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan peran petugas kesehatan. Untuk melengkapi data pada variabel praktek pemberian MP-ASI, juga dilaksanakan diskusi kelompok terarah di 2 desa cluster yang masing-masing dihadiri oleh ± 10 orang tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader posyandu. Sedangkan untuk variabel peran petugas kesehatan dilengkapi dengan wawancara langsung terhadap 29 oang pembina desa di lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi 59,2% praktek pemberian MP-ASI yang baik dan 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang balk. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, dan peran petugas kesehatan (p < 0,005), sedangkan variabel umur ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI (p > 0,005). Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI adalah peran petugas kesehatan dengan OR 3,6 yang berarti ibu yang tidak mendapatkan peran petugas kesehatan mempunyai peluang 3,5697 kali untuk praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik dibandingkan dengan ibu yang mendapat peran petugas kesehatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek pemberian MP-ASI di Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih ada 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik. Untuk itu disarankan adanya dukungan langsung dari pembuat kebijakan dengan lintas sektor terkait untuk meningkatkan pendidikan, adanya tempat penitipan bayi di sekitar tempat kerja, meningkatkan pemeliharaan ternak di tingkat keluarga. Untuk instansi kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan , Puskesmas dan Organisasi Profesi didalamnya seperti IDI, IBI agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan motivasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dengan tepat dan benar. Untuk peneliti lain agar dapat dilanjutkan dengan penelitian kohort mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan fisiologi pengeluaran ASI pada hari-hari pertama yang menyebabkan tingginya pemberian makanan prelakteal.

The most critical window of malnourished is on age 6-12 months, since the only breast-feeding is not enough to complete the nutrition need of infant. So it is need food complete the breast-feeding, that is food for complementary feeding. The practice in giving complementary feeding is influenced some factors, among others biology, economy, social culture, technology and health service, so raise a lot of problem in practice of giving the complementary feeding. The objective of this study was to obtain the information on the practice in giving complementary feeding and the factors that related to the practice of giving complementary feeding on infant age 4-11 months in Tangerang District.
This study design was cross-sectional on infant age 4-11 months in Tangerang District, Banten Province, where the data was conducted on March 2002. The sample was the mothers having infant age 4-11 months that taken based on rapid survey method (Ariawan, 1996), using cluster design by probability proportional to size (pps), so it obtained the number of sample was 300 respondents. On the implementation, the fact that 1 respondent had moved, so finally it obtained 299 mothers having infant age 4-11 months.
The data was collected by 6 alumnus of Nutrition Academy of Jakarta, which trained in advance. Dependent variable was the practice of giving complementary feeding and independent variable were mother's age, mother's education, mother's occupation, the knowledge of mother's nutrition, the number of family, family income and role of health provider. To complete the date on practice in giving complementary feeding variable, it also conducted the Focus Group Discussion at 2 cluster villages, where in each village attended by ± 10 community leaders, religion leaders and cadre. While for variable on the role of health provider it completed with in-depth interview to 29 village referrals at the study location. The analysis that conducted was univariate, bivariate and multivariate by logistic regression.
The result of this study showed that the proportion was 59.2% having good practice in giving complementary feeding and 40,8% was not good in practice in giving complementary feeding. Based on bivariate analysis known that the variable that having significant relationship with the practice in giving complementary feeding was mother's education, mother's occupation, number of family member, and the role of health worker (p<0.005). While the variable of mother's age, the knowledge on nutrition and family income have not significant relationship with practice in giving complementary feeding (p>0.005). The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that the most dominant having relationship with practice in giving complementary feeding was the role of health provider with OR 3,5697. It means that the mother who had not get the role of health provider having tendency as 3.5697 times for practice in giving complementary feeding that was not good compared with mother whose obtain the role of good health provider.
Based on this study, it can be concluded that the practice in giving complementary feeding at Tangerang District is not optimal yet, since there is still 40,8% with practice in giving complementary feeding not good. It is recommended the availability of direct role from policy maker by related cross sector to improve education, the availability of day-care for infant at around the working place, and improving animal care at the family level. For health Institution, i.e. Local Health Service, Health Center and profession organization such as Association of Indonesia Medical Doctors, Association of Indonesian Midwives in order to improve their knowledge, skill and motivation on the practice in giving MP-ASI correctly and timely. For other researchers should continue cohort study on the factors that related to physiology breast-feeding expenses on the first day that caused to the high in giving the pre-lactation food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ansori
"Bayi umur 4 - 6 bulan mulai mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-AS1) secara bertahap, disamping masih tetap mendapat ASI. Pada masa ini kekebalan anak yang didapat secara pasif dari ibunya mulai menurun, sementara bayi mulai mendapatkan makanan yang kurang mencukupi dari kebutuhannya. Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi KEP pada bayi lebib dari 15% berdasarkan indeks status gizi (BB/U). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gizi pada bayi merupakan hal yang serius yang perlu segera ditangani.
Penelitian ini menganalisis data sekunder dari Penelitian " Pola menyusui, Usia penyapihan dan Pemberian MP-ASI dalam Kaitannya dengan Status Gizi Batita (6 - 36 bulan) Di Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Mir Sumatera Selatan Tabun 2001". Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh tentang kekuatan hubungan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi. Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang). Sampel adalah bayi umur 6 - 12 bulan yang mendapatkan ASI. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dan multivariat_
Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi KEP sebesar 20,7%, rata-rata umur pemberian MP-ASI 3,8 bulan, sedangakan bayi yang diberi MP-ASI < 4 bulan sebesar 31,0%. Asupan energi dari rata-rata 764 kkal sedangkan asupan protein 16 gr. Dari basil analisis multivari.at didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi umur 6 - 12 bulan. Bayi yang mendapatkan MP-ASI pada umur < 4 bulan kemungkinan akan mengalami risiko gizi kurang 5,2251 kali dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MP-ASI pads mnur 4 - 6 bulan setelah dikontrol oleh asupan energi. Ternyata asupan energi berperan sebagai confounder, atau mempunyai pengaruh dalam meningkatkan hubungan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi.
Untuk meningkatkan status gizi bayi maka perlu dilakukan peningkatan pelaksanaan monitoring pertumbuhan melalui kegiatan UPGK di posyandu, selain itu kepada ibu menyusui hams diupayakan untuk tidak memberikan makanan prelakteal dan memberikan MP-ASI dini, karena bila sudah mendapat makanan prelakteal dan IvfP-ASI yang diberikan pada umur < 4 bulan bisa merugikan bayi. Petugas kesehatan berperan penting dalam memberikan pendidikan/konseling terhadap ibu hamil tentang manajemen laktasi. Agar bayi dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu dikembangkan makanan lokal melalui pelatihan pembuatan makanan lokal yang memenuhi syarat gizi dan cita rasa.

The Relationship between the First Age of Introducing Complementary Feeding with Nutritional Status of Babies aged 6 - 12 Months at Pedamaran Subdistrict Ogan Komering Ilir District South Sumatera in 2001Babies aged 6 -12 months begins to get complemernary feeding gradually while still breast feeded. In this age, baby immunity which was received passively from his mother decreases, while he begins to receive an inadequate food. Several researches show that protein energy malnutrition (PEM) prevalence to babies is more than 15% based on nutritional status index (Weight/Age). This shows that baby nutrition remains serious matter to overcome.
The research analyzes secondary data obtained from the previous research titled "Breast feeding pattern, weaning age and complementary feeding in relation to the nutrition status of baby under three years ( 6 - 36 months) at Pedamaran Subdistrict, Ogan Komering Ilir District, South Sumatera in 2001". This research purpose is to obtain the relational strength between the first age of introducing complementary feeding and nutritional status of babies 6 - 12 months. This research uses cross sectional design, through univariat, bivariat, and multivariate analyses. Samples are baby aged 6 - 12 months who received Breast milk
The research result shows that Protein Energy Malnutrition (PEM) prevalence is 20,7%, mean of ages introducing complementary feeding is 3,8 months, mean of babies of age of introducing complementary feeding < 4 months is 31,0%, mean of energy intake is 764 kkal, and mean of protein intake is 16 gr. Multivariate analysis shows that there is significant relationship between first age of introducing complementary feeding and nutritional status of infant age 6 -12 months. Babies who received complementary feeding <4 months possible might experience with under nutrition (Weight/Age) risk more than 5,2251 than babies who received complementary feeding at 4 - 6 months of age after controlled by energy intake. Apparently, energy intake plays as confounder role, or has influence to increase the relationship between first age of complementary feeding and nutritional status of infants.
In order to improve baby nutritional status, there should be monitoring improvement through UPGK program at Posyandu. In addition, mother is expected not to administer prelacteal food and able to administer exclusive breast-feeding, because babies given prelacteal and administered of introducing complementary feeding at the age <4 months, they will be harmful. On the other hand there should be information given both to health officers and pregnant mothers about lactation management . In order to baby nutrient necessity, there should be it needs local/ordinary foods development through the training of local food production which fulfills nutrition condition and flavor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Nuraeni
"Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Pemberian makanan pendamping sebelum usia 6 bulan dapat berisiko terhadap gangguan tumbuh kembang bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian MP-ASI dini dan faktor yang berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI dini. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 191 ibu yang memiliki bayi umur 2-12 bulan di wilayah Kecamatan Makasar. Penelitian dilakukan di tiga Puskesmas di wilayah Kecamatan Makasar, yaitu Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu, Puskesmas Kelurahan Kebon Pala, dan Puskesmas Kecamatan Makasar. Analisa hubungan menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pemberian MP-ASI dini di Kecamatan Makasar sebanyak 53,9%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dan tingkat pengetahuan ibu mengenai dampak pemberian MP-ASI dini dengan pemberian MP-ASI dini. Namun, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, paritas, praktik IMD, dan berat lahir bayi dengan pemberian MP-ASI dini.

Complementary foods are foods or drinks that contain nutrients, given to infants or children aged 6-24 months in order to meet the nutritional needs other than breast milk. Complementary feeding before the age of 6 months can be at risk for impaired growth and development of infants.
This study aims to describe the giving early complementary feeding and factors that influence of giving early complementary feeding. This study is a quantitative cross-sectional design and a sample size of 191 mothers of infants aged 2-12 months in the Districts Makasar. The study was conducted in three health centers in the Districts Makasar, namely Cipinang Melayu Health Centers, Kebon Pala Health Centers, and Makasar Health Centers. Analysis of the relationship using the chi square test.
The results showed that the prevalence of giving early complementary feeding in the Districts Makasar as much as 53,9%. Statistical test results showed significant relationship between maternal employment status and mother's level of knowledge about the impact of giving early complementary feeding in the giving early complementary feeding. However, there is no significant relationship between age, education, parity, early initiation of breastfeeding practices, and birth weight infants with giving early complementary feeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chita Yumina Karissima
"Dua tahun pertama kehidupan adalah adalah periode kritis yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan gizi selama periode ini dapat menyebabkan perkembangan kognitif yang terhambat, pencapaian pendidikan yang rendah, dan menurunkan produktivitas ekonomi. WHO merekomendasikan bayi diberikan MPASI kaya zat besi untuk menutupi kesenjangan kenaikkan kebutuhan zat besi. Banyak faktor yang telah diyakini mempengaruhi pemberian MPASI, namun masih sangat sedikit penelitian yang mengeksploarasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MPASI kaya zat besi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian MPASI ASI kaya zat besi dan faktor determinannya yang berhubungan dengan pemberian MPASI kaya zat besi pada bayi usia 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional dengan besar sampel sebanyak 2400 ibu yang memiliki bayi berusia 6-23 bulan di Indonesia. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (random sampling) untuk memilih sampel yang diperlukan. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 73,7% bayi berusia 6–23 bulan menerima MPASI kaya zat besi. Tingkat pendidikan ibu [OR = 1,38; 95% CI: 1,035-1,831], akses media digital [OR = 1,44; 95% CI: 1,079-1,922], usia anak [OR = 1,76; 95% CI: 1,453-2,132], tingkat kesejahteraan keluarga [OR = 1,80; 95% CI: 1,409-2,310], dan postnatal care (PNC) [OR = 1,37; 95% CI: 1,117-1,679] berpengaruh signifikan terhadap pemberian MPASI kaya zat besi. Tingkat kesejahteraan keluarga merupakan prediktor terkuat dalam memberikan MPASI kaya zat besi. Kementerian Kesehatan terus mengoptimalkan program intervensi gizi, khususnya pemberian MPASI kaya zat besi. Kementerian Pertanian disarankan menggalakkan program Rumah Pangan Lestari untuk menjamin ketersediaan makanan kaya zat besi. Fasilitas pelayanan kesehatan disarankan memberikan pelayanan edukasi gizi dan membuat media informasi digital terkait praktik pemberian makan bayi dan anak yang mudah diakses, dipahami, dan menarik untuk dibaca oleh ibu. Ibu sebagai pengasuh utama bayi disarankan untuk meningkatkan pemahaman tentang MPASI kaya zat besi melalui media digital ataupun berkonsultasi dengan tenaga kesehatan

The first two years of life are critical periods that determine the growth and development of the child. Malnutrition during this period can lead to impairment of cognitive development, lower educational attainment, and decreased economic productivity. WHO recommends infants should be given iron-rich complementary foods to cover the gap in iron demand. Many factors have been believed to influence the practice of complementary feeding, but there are still very few studies that explore factors related to the practice of iron-rich complementary foods. The purpose of this study is to know the proportion of iron-rich complementary foods and its determinant factors related to the practice of iron-rich complementary foods in infants aged 6-23 months in Indonesia in 2017. The research design used is cross-sectional with a sample size of 2400 mothers who have infants aged 6-23 months in Indonesia. Sampling techniques are done with random sampling to select the necessary samples. Data analysis is performed using SPSS version 25. Based on the results of the study, as many as 73.7% of infants aged 6-23 months received iron-rich complementary foods. Maternal education [OR = 1,38;95% CI: 1,035-1,831], digital media access [OR = 1,44; 95% CI: 1,079-1,922] child age [OR = 1,76; 95% CI: 1,453-2,132], family welfare rate [OR = 1,80; 95% CI: 1,409-2,310], and postnatal care (PNC) [OR = 1,37; 95% CI: 1,117-1,679] significantly affect the administration of iron-rich complementary foods. The level of family welfare is the strongest predictor in providing iron-rich complementary foods. The Ministry of Health continues to optimize nutrition intervention programs, especially the provision of iron-rich complementary foods. The Ministry of Agriculture suggests promoting the Sustainable Food House program to ensure the availability of iron-rich foods. Health care facilities are recommended to provide nutrition education services and create digital information media related to infant and child feeding practices that are easily accessible, understood, and interesting to read by mothers. Mothers as the baby's primary caregivers are advised to improve their understanding of iron-rich complementary foods through digital media or consult with a health professional."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musfardi Rustam
"ABSTRAK
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi dan balita di negara berkembang termasuk Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian bayi di Indonesia terkait dengan kemampuan seorang ibu dalam pemberian air susu ibu (ASI) yang tidak memadai kepada bayinya. ASI merupakan minuman alami bagi bayi baru lahir pada bulan pertama kehidupan yang bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kasus kontrol tidak berpasangan (unmatched case control), dan pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling pada 162 kasus dan 162 kontrol bayi berusia 6-12 bulan. Kasus adalah ibu yang membawa bayi usia 6-12 bulan dimana 1 bulan terakhir pernah menderita ISPA yang berkunjung ke Puskesmas terpilih, sedangkan kontrol adalah ibu yang membawa bayi usia 6-12 bulan dimana 1 bulan terakhir tidak pernah menderita ISPA yang berkunjung ke Puskesmas terpilih. Analisis data terdiri-dari analisis univariat, bivariat, stratifikasi, serta analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI tidak eksklusif memiliki Rasio Odds 1,69 kali (95% CI: 1,02-2,80) untuk mengalami kejadian ISPA dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif setelah dikontrol variabel adanya perokok dalam rumah dan imunisasi. Promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif 6 bulan, pemberian imunisasi dan program anti rokok perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) penyakit ISPA.

ABSTRACT
Upper respiratory tract infection (URI) is a main disease among children in developing countries including in Indonesia. Infant under 1 year old morbidity and mortality in Indonesia still high. This is relating with mother ability to deliver inadequate breastfeeding for their child. Breastfeeding is a natural food for newborn particularly in the first month of live. This is not only for the child but also for mother, family and the country.
The objective of this study was to identify the relationship of exclusive breastfeeding to upper respiratory tract infection due to infant age 6 to 12 months in Kampar District. The design of this study is unmathced case control. Sample selected by cluster random sampling. Each group consist 162 cases and 162 controls infants age 6 to 12 month old. Case definition is mother with her infant suffered upper respiratory tract infection seeking for treatment at the selected health center in the last month. Control definition is mother with her infant without upper respiratory tract infection symptoms in the last month visiting to selected health center. Data analysis was using univariate, bivariate, stratification and multivariate using logistic regression.
The result of this study showed that the infant who gave the breastfeeding not exclusively had the risk to upper respiratory tract infection 1,69 times (95% CI: 1,02-2,80) at the of 6 to 12 months compared to infant whose gave the breastfeeding exclusively after controlling immunization and smokers at home. Health promotion for exclusive breastfeeding at least 6 month, immunized and no smoking at home need to strengthen to limit morbidity and mortality caused by acute upper respiratory infection at infant.
"
2010
T28490
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: Postpartum blues is a mild mental disorder in postpartum mothers. infant feeding methods may affect the reciprocal of the postpartum blues or postpartum maternal mental health, and these symptoms can lead to successful breast-feeders (breast milk) exclusively Results in 2010 in lndonesia RISKESDES feeding patterns in infants < 1 month was 55.1% partially, and in the province of Bengkulu in 2010 52.9% prelakteal feeding. Prevalence of postpartum blues in several countries between 40-60% while the incidence of postpartum blues in Bengkulu not yet been reported. Research Goals: to determine the relationship breast-feeders pad infants aged < 10 days with symptoms of postpartum blues. Methods: This research is a type of observational research with cross sectional design studt. Large sampIe of 97 postpartum women with accidental sampling technique. Analysis of the data used is univariabIe, bivariable, and multivariable. Results: univariable analysis found that breast-feeders in infants less than 10 days almost all partial breastfeeding (48.45%) and only a fraction of full breastfeeding (19.59%), and almost half mothers experience symptoms of postpartum blues (29.90%). Bivariable analysis showed that there is a significant association between breast-feeders in infants age < 10 days, parity and social support to the symptoms of postpartum blues. But there is no relationship between type of labor with symptoms of postpartum blues. Results: Results of logistic regression analysis showed a significant association between early feeding patterns in infants with symptoms of postpartum blues (OR = 4.47, 95% CI: 1.03 to 10.43), which means non-breastfeeding mothers who have a risk 4.47 times more likely to experience postpartum blues than women full breastfeeding. Conclusion: non breastfeeding mothers who have a risk 4.47 times more likelyto have symptoms than women postpartum full breastfeeding blues. So need to improve the delivery of information, education and communication (IEC) on the importance of breast­feeders alone since the first hour of birth to age 6 months in the mother on an ongoing basis from now on antenatal care, delivery, and postpartum by involving her husband and close family"
BULHSR 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ramawati
"Diare persisten adalah pengeluaran tinja secara terus-menerus selama lebih dari 7-14 hari yang dapat menyebabkan dehidrasi, malnutrisi, bahkan kematian pada anak Angka kejadian diare persisten pada anak balita cukup tinggi, yaitu sekitar sepersepuluh persen dari angka kejadian diare akut di Indonesia dikarenakan masih banyak ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif atau rnenghentikan sama sekali pemberian ASI kepada bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare persisten pada anak balita.
Metode penelitian yang digunakan adalah koreIasi deskriptif. Data diperoleh dari responden atau ibu dengan anak balita yang menderita diare di Kel. Pisangan Timur yang memenuhi kriteria dan bersedia menjadi rexponden. Metode pengolahan data yang digunakan yaitu fisher exact probability rest.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap angka kejadian diare persisten pada anak balita."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5016
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>