Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada usia toddler anak mengalami perkembangan kognitif yang sangat pesat, yang ditandai
dengan peningkatan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah pemberian stimulasi, seperti memperkenalkan program
televisi pada toddler. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
nonton TV terhadap perkembangan bahasa anak. Penelitian ini menggunakan metode
deskripsi korelasi yang dilakukan secara cross sectional, dengan mengambil sampel keluarga
yang memiliki anak usia 1 - 3 tahun sebanyak 80 responden yang dipilih dengan tehnik
simple random sampling. Data yang diperoleh kemudian ditampilkan dalam bentuk jumlah
dan persen dengan menggunakan grafik batang, sedangkan tingkat kemaknaannya diukur
dengan menggunakan rumus Chi-Square dengan bentuk tabel 2x3. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada pengaruh yang bermakna antara nonton TV dengan perkembangan
bahasa toddler."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5118
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Minayati
"Latar Belakang: Gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja dapat berdampak negatif pada perkembangan anak. Kesehatan mental pada bayi, sebagai masa awal kehidupan, sangat penting karena masa ini merupakan periode kritis untuk perkembangan otak dan perilaku. Salah satu yang dapat mempengaruhi perkembangan tersebut adalah depresi antenatal, namun penelitian mengenai topik ini di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dampak dari gejala depresi antenatal terhadap perkembangan kognitif dan bahasa pada bayi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kohort prospektif yang mengobservasi perkembangan kognitif dan bahasa bayi yang lahir dari ibu dengan gejala depresi antenatal. Data dikumpulkan dari ibu hamil dengan gejala depresi antenatal yang diskrining menggunakan instrumen Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), dan perkembangan bayi dipantau selama enam bulan pada tiga waktu pemantauan, yaitu 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan setelah kelahiran menggunakan instrumen Capute Scales. Penelitian dilakukan di puskesmas wilayah Jakarta.
Hasil: Pemantauan dilakukan pada 13 bayi yang lahir dari ibu dengan gejala depresi antenatal. Hasil pengukuran menunjukkan kecenderungan penurunan pada rerata skor Cognitive Adaptive Test (CAT), Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (CLAMS), dan Frequently Seen Developmental Questionnaire (FSDQ). Analisis repeated measures menunjukkan penurunan tersebut signifikan pada rerata skor CLAMS (p=0,006). Perbandingan antar waktu pengukuran juga menunjukkan adanya beda rerata yang signifikan antara bulan ke-1 dan bulan ke-6 pada skor CLAMS (p=0,011).
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa depresi antenatal pada ibu dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan bahasa bayi dalam 6 bulan pertama kehidupan, terutama pada perkembangan bahasa. Temuan ini menekankan pentingnya deteksi dini dan intervensi pada ibu hamil dengan gejala depresi untuk mencegah dampak negatif pada perkembangan otak bayi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi untuk pengembangan program kesehatan mental perinatal dan bayi di Indonesia.

Background: Mental health disorders in children and adolescents could negatively impact their development. Infant mental health is crucial as it represents a critical period for brain and behavioral development. One factor that can influence this development is antenatal depression, yet research on this topic in Indonesia is still limited. This study aims to observe the impact of antenatal depressive symptoms on the cognitive and language development of infants.
Methods: This study employed a prospective cohort design to observe the cognitive and language development of infants born to mothers with antenatal depressive symptoms. Data were collected from pregnant mothers screened for antenatal depressive symptoms using the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Infant development was monitored over six months at three time points: 1 month, 3 months, and 6 months after birth using the Capute Scales. The study was conducted at community health centers in Jakarta.
Results: The study monitored 13 infants born to mothers with antenatal depressive symptoms. The results indicated a decreasing trend in the mean scores of the Cognitive Adaptive Test (CAT), Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (CLAMS), and Frequently Seen Developmental Questionnaire (FSDQ). Repeated measures analysis showed a significant decrease in the mean CLAMS score (p=0,006). Comparison between measurement times also showed a significant difference in mean CLAMS scores between the 1st and 6th month (p=0,011).
Conclusion: This study indicates that antenatal depression in mothers can impact the cognitive and language development of infants within the first six months of life, particularly in language development. These findings highlight the importance of early detection and intervention for pregnant mothers with depressive symptoms to prevent negative impacts on infant brain development. The results of this study are also expected to contribute to the development of perinatal and infant mental health programs in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Simardjo
"Dunia anak merupakan dunia yang penuh dengan kepolosan dan keluguan. Seorang anak yang memasuki usia sekolah akan sangat menikmati dunianya itu. Transisi dari usia prasekolah yang penuh dengan kegiatan bermain ke usia sekolah yang mulai penuh dengan aturan-aturan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi anak. Pada usia sekolah ini, anak mulai memikirkan untuk berprestasi dan bersaing dengan temanteman sebayanya.
Menurut Hurlock (1993), anak usia sekolah diharapkan menguasai dasar-dasarpengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada masadewasa dan mempelajari keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikulermaupun ekstrakurikuler. Keterampilan kurikuler merupakan keterampilan dalambidang pelajaran sekolah sedangkan keterampilan ekstrakurikuler merupakan keterampilan di luar pelajaran sekolah, seperti menyanyi, model, piano, dansebagainya. Untuk dapat menguasai keterampilan ekstrakurikuler tersebut, banyakanak yang mengambil kursus-kursus di luar sekolah.
Dari kursus-kursus tersebut, orangtua dapat melihat bakat anaknya yangmenonjol, dan mulai mengikutkan anaknya ke perlombaan yang sesuai dengan bakatanaknya. Berawal dari kemenangan anaknya atas perlombaan yang diikuti itulah,banyak production house yang menawarkan anaknya untuk menjadi seorang bintangiklan, bintang sinetron, penyanyi, dan profesi di bidang hiburan lainnya. Dari situlah,peijalanan sang anak menjadi seorang selebriti dimulai.
Menurut Rein, Kotler, dan Stoller (dalam Walker, 2003), selebriti merupakanseseorang yang namanya dapat dijadikan berita, dapat menarik perhatian dan minat, serta menghasilkan nilai keuntungan. Menjadi seorang selebriti dapat menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi seorang anak. Interaksi dengan berbagai macam orang akan mengasah kompetensi sosial anak namun menjadi selebriti juga bukanlah hal yang mudah bagi seorang anak usia sekolah yang masih membutuhkan ruang dan waktu untuk bermain serta berprestasi. Banyak masalah yang dapat timbul dari kehidupan selebriti seorang anak, di antaranya mencakup perkembangan psikososial seorang anak.
Menurut Seifert dan Hoffiiung, perkembangan psikososial seorang anak dapat mencakup 5 hal utama yang harus dihadapi, yaitu pengenalan diri, pencapaian prestasi, interaksi dengan teman sebaya, interaksi dengan keluarga, dan interaksi dengan sekolah. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat dampak kehidupan selebriti anak terhadap perkembangan psikososial menurut teori Seifert dan Hoffiiung tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara. Subjek wawancara adalah anak yang berusia 8-12 tahun yang tergolong selebriti anak, dan berdomisili di Jakarta. Tinjauan pustaka yang digunakan mencakup teori-teori mengenai selebriti, anak usia sekolah, dan dampak kehidupanselebriti pada anak usia sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan selebriti mempunyai dampak yang cukup besar dalam pengenalan pribadi ketiga subjek. Mereka menjadi tidak manja dan tepat waktu. Ketiga subjek mempunyai motivasi intrinsik dalam prestasinya. Mereka belajar dan bekerja karena keinginan mereka sendiri dan bukan karena paksaan dari orang lain. Dukungan orangtua dalam prestasi mereka antara lain membantu dalam belajar, memberi kemudahan-kemudahan kepada mereka dalam melakukan pekerjaannya, serta memberikan evaluasi terhadap apa yang mereka lakukan. Keluarga ketiga subjek merupakan keluarga yang mempunyai sikap penerimaan dan keluarga banyak sekali menyumbang pada perkembangan psikososial ketiga subjek. Dalam interaksinya di sekolah, ketiga subjek selalu mengutamakan pendidikan. Ketiga subjek mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan gurunya dan, menurut mereka, guru mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi mereka. Kegiatan belajar mereka tidak pemah terganggu oleh syuting karena syuting selalu dilakukan di luar jam sekolah.
Saran mengenai metoda penelitian yang dapat penulis berikan antara lain metoda wawancara hendaknya dipelajari dengan lebih mendalam serta observasi partisipan dapat digunakan agar peneliti lebih fleksibel dalam mengatur waktu pengambilan data. Selain itu, untuk penelitian lanjutan, dapat dilakukan penelitian mengenai dampak kehidupan selebriti anak terhadap perkembangan psikososialnya dalam rentang usia yang berbeda, penelitian tentang pengasuhan orangtua dalam mendidik anaknya yang berprofesi sebagai selebriti, serta penelitian longitudinal mengenai perkembangan psikososial ketiga subjek di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasniah
"Puskesmas Bandaraya telah menerapkan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan anggota keluarga toddler, namun masih ditemukan adanya cara yang belum optimal dalam stimulasi perkembangan toddler oleh orang tua dan keluarga. Keluarga memiliki peranan penting dalam menciptakan lingkungan guna merangsang potensi yang dimiliki anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga, pendidikan kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan toddler di Kecamatan Bandaraya Kota Banda Aceh. Desain penelitian ini adalah cross sectional, sampel pada penelitian ini adalah keluarga dengan anak toddler sebanyak 106 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pemahaman pendidikan kesehatan dengan kemampuan kognitif keluarga secara bemakna dan perkembangan toddler. Karakteristik keluarga menunjukkan hubungan yang kuat dengan kemampuan kognitif keluarga (OR =2,188). Kemampuan keluarga perlu ditingkatkan agar stimulasi perkembangan toddler dapat optimal.

Bandaraya clinic have done health education to families with family toddler, but still found a way that is not optimal in the stimulation of the development of toddler by parents and families. Families have an important role in creating an environment to stimulate their child's potential. The purpose of this study was to determine the relationship between family characteristics, health education to the family's ability to provide developmental stimulation in the district Bandaraya Kota Banda Aceh. The study design was cross-sectional, the sample in this study is a family with toddler son as many as 106 people. Data were analyzed using chisquare test and multiple logistic regression. The results showed association with cognitive health education family p value <0.05, there is a connection with the development of health education toddler, p value <0.05. Family characteristics showed a strong relationship with the cognitive ability of the family (OR = 2.188). Family ability must be upgrade for to lead optimalize toddler development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maharani
"Keterlambatan perkembangan pada aspek kemandirian anak masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian stimulasi psikososial dengan status perkembangan kemandirian anak usia 3-6 tahun. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah analitik komparatif melalui pendekatan cross-sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah 110 ibu/ pengasuh dengan anak berusia 3-6 tahun. Teknik pengambilan data menggunakan instrumen Early Childhood-Home Observation and Measurement of Environtment EC-HOME dan Early Childhood Independence Scale, sementara itu analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil statistik uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan secara bermakna antara pemberian stimulasi psikososial dengan status kemandirian anak dengan nilai P-Value=0,012.

Developmental delay in the aspect of child autonomy is still one of the health problems in Indonesia. This study aims to determine the relationship between psychosocial stimulation and the development of autonomy in children aged 3 6 years. The method used is a comparative analytics through a cross sectional approach. Subjects in this study were 110 mother caregiver with children aged 3 6 years. The data was collected using the Early Childhood Home Observation and Measurement of Environtment EC HOME and Early Childhood Independence Scale, while the data analysis used Chi Square test. The statistical results of Chi Square test show there is a significant relationship between psychosocial stimulation and the independence status of children with P Value 0,012.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marissa Anggraeni
"Latar belakang: Perkembangan seorang anak harus dinilai secara berkala dan rutin dikerjakan, sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin bila terjadi keterlambatan perkembangan. Pada tahun 2021, di Indonesia telah dibuat instrumen baru kuesioner penapisan perkembangan ilmu kesehatan anak (PPIKA) usia 12 bulan, tetapi hingga saat ini belum dilakukan penelitian yang menilai kesetaraan kuesioner penapisan tersebut dibandingkan dengan instrumen lain.
Tujuan: Menilai kesetaraan antara PPIKA dengan ASQ-3 dalam mendeteksi kecurigaan keterlambatan perkembangan anak usia 12 bulan.
Metode: Penelitian ini merupakan rancangan potong lintang di dilakukan pada anak berusia 11 bulan 0 hari hingga 12 bulan 30 hari dari Posyandu di wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Indonesia pada bulan September 2023. Kuesioner PPIKA dan ASQ-3 diiisi oleh orangtua dengan panduan petugas. Hasil kedua pemeriksaan dilakukan analisis kesetaraan dengan menghitung koefisien Cohen Kappa.
Hasil: Seratus delapan puluh subjek penelitian diperiksa dan didapatkan prevalens kecurigaan keterlambatan perkembangan menurut PPIKA dan ASQ-3 masing masing sebesar 13,33% dan 25%. Nilai koefisien Cohen Kappa antara PPIKA dan ASQ-3 sebesar 0,456.
Kesimpulan: Kuesioner PPIKA memiliki kesetaraan yang cukup baik dibandingkan dengan kuesioner ASQ-3 dalam penapisan perkembangan anak usia 12 bulan

Background: Child development must be assessed periodically and routinely, in order to prevent delayed intervention and subsequent developmental delays. In 2021, a new instrument development screening for the 12-month-old child called Penapisan Perkembangan Ilmu Kesehatan Anak (PPIKA) was created in Indonesia, however until now no research has been conducted to assess the agreement of this screening questionnaire compared to other instruments.
Aim: To evaluate agreement between PPIKA and ASQ-3 in detecting suspected developmental delays in children aged 12 months.
Methods: This research was a cross-sectional design conducted on children aged 11 months 0 days to 12 months 30 days from Posyandu in the Jatinegara District Health Center area, East Jakarta, Indonesia in September 2023. The PPIKA and ASQ-3 questionnaires were filled in by parents with guidance from health workers. The results of the two questionnaires were subjected to agreement analyzed by calculating the Cohen Kappa coefficient.
Results: One hundred and eighty research subjects were examined. We found that the prevalence of suspected developmental delay according to PPIKA and ASQ- 3 was 13.33% and 25% respectively. The Cohen Kappa coefficient between PPIKA and ASQ-3 is 0.456.
Conclusion: The PPIKA questionnaire has moderate agreement equivalence compared to the ASQ-3 questionnaire in developmental screening of children aged 12 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ediasri T. Atmodiwirjo
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0391
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 2007
155.4 PAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Hutami Sundaur
"ABSTRAK
Stimulasi perkembangan anak pra-sekolah lebih difokuskan pada perkembangan motorik dan kognitif dan kurang memperhatikan perkembangan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perkembangan emosional anak pra-sekolah dari ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif komperatif dengan teknik cluster sampling dengan melibatkan 206 responden. Hasil penelitian menggambarkan 42,7 anak mengalami penyimpangan perkembangan emosional, anak dari ibu tidak bekerja memiliki persentase lebih tinggi dari pada ibu bekerja, walaupun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan p=0,387; ? =0,05. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan perkembangan emosional anak p=0,024; ? =0,05 . Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi sekolah untuk mengintegritaskan stimulus perkembangan emosional dengan perkembangan kognitif, motorik, dan sosial dalam proses pembelajaran.

ABSTRACT
Stimulation of pre school development is more focused on mototric and cognitive development and less attention to emotional development. This study ti determine the comparison of emotional development of pre school children from employed mother and unemployed mother. This study used a comparative descriptive research design with cluster sampling technique involving 206 respondents. The result of this study illustrates the 42,7 of children experiencing emotional development disorders, children of unemployed mother have a higher percentage of the employed mother, although not statistically no significant difference p 0.387 0.05. There was a significant correlation between mother education and emotional development children p 0.024 0.05. The result are expected to serve as school information to integrate the stimulus of emotional development with cognitive, motoric, and social development in the learning process. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1997
WS141 Sug N97T
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>