Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Meningkatnya jumlah aseptor KB berdampak pada penurunan tingkat pertumbuhan penduduk. Akan tetapi keberhasilan tersebut tidak luput dari permasalahan pemilihan alat kontrasepsi tidak efektif yang akan berkontribusi pada angka kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi bagi PUS dalam keputusannya saat memilih alat kontrasepsi yang paling efektif yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Tujuan dari penelitian ini mendapatkan gambaran informasi yang didapatkan oleh PUS sebelum menggunakan alat kontrasepsi dan informasi apa yang mungkin didapatkan oleh PUS. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 - 8 Desember 2004 di wilayah RW 09 Kelurahan Pondok Cina, pada penelitian ini ditetapkan sebanyak 45 responden. Desain penelitian menggunakan diskriptif sederhanan bertujuan untuk mendapatkan gambaran informasi yang didapatkan dan informasi apa yang ingin didapatkan oleh PUS. Proses analisis data dilakukan dengan cara persentasi dari masing-masing informasi, kemudian dilakukan analisa. Pada akhirnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi fiekuensi dan porposi dengan membuat suatu
kesimpulan secara umum. Hasil penelitian yang didapatkan sebagian besar sudah mendapatkan informasi sebelum menggunakan alat kontrasepsi dan sebagian besar menginginkan informasi tersebut tetap disampaikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5387
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Susilowati
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi suami dalam memilih alat kontrasepsi dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random dengan jumlah sampel 32 responden.
Uji statistilt yang digunakan adalah Chi Square dengan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi pria dengan p-value 0,03 dan tidak ada hubungan antara motivasi, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, ketersediaan alat kontrasepsi, komunikasi suami istri, konseling KB, jumlah anak, dan pengalaman dengan pemilihan alat kontrasepsi pria dengan p-value >0,05. Penelitian ini menyarankan untuk memberikan pengetahuan yang Iebih intensif mengenai manfaat alat kontrasepsi pria kepada rnasyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5864
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Dewi
"Pelayanan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi yang berkualitas telah menjadi tuntutan berbagai lapisan masyarakat. Kebijakan pelayanan kontrasepsi tidak lagi berorientasi kepada pencapaian kuantitas tetapi juga harus berorientasi pula pada pemenuhan permintaan kualitas. Jumlah kasus komplikasi dan kegagalan kontrasepsi dapat dipandang sebagai indikasi derajat kualitas pelayanan KB, mulai dari pelayanan KIE, konseling, pelayanan kontrasepsi, sampai pelayanan pasca pemasangan /pemberian alat kontrasepsi yang meliputi kunjungan ulang dan rujukan. 13 kasus komplikasi berat akibat penggunaan alat kontrasepsi ditemukan di Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2007. Penilaian mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi perlu diketahui karena dengan jumlah kasus yang masih tinggi dapat menimbulkan rumors di masyarakat sehingga menurunkan minat untuk mengatur kelahiran. Pelayanan kontrasepsi membutuhkan suatu pengkomunikasian yang baik antara bidan dan klien. Klien membutuhkan informasi yang adekuat untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan Bidan harus mengikuti standarisasi pelayanan sesuai dengan petunjuk profesi untuk menentukan apakah penggunaan alat kontrasepsi sudah sesuai dengan kondisi kesehatan klien dan memonitoring penggunaan alat kontrasepsi sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangan efek samping dapat segera dilakukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang akan memberikan gambaran mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi oleh Bidan melalui pendekatan sistem. Penelitian dilaksanakan di 10 puskesmas di wilayah Kecamatan Pasar Minggu mulai dari Bulan Mei ? Juni 2008. Sampel penelitian adalah 11 Bidan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara bidan menggunakan alat bantu kuisioner dan hasil observasi dengan menggunakan alat bantu checklist. Data sekunder diperoleh dari telaah dokumen laporan bulanan klinik KB, register klinik, kartu status, dan informed consent. Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata bidan yang bertanggung jawab dalam pelayanan KB sudah cukup senior dengan masa kerja lebih dari 10 tahun. Sebagian besar bidan tidak hanya bertanggung jawab terhadap pelayanan KB. Tingkat pengetahuan mengenai pelayanan kontrasepsi cukup baik sebesar 72,7%. Bidan sebagian besar telah mengikuti pelatihan konseling dan pelatihan pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi sebesar 72,7%. Ketersediaan sarana penunjang tindakan non medis pelayanan kontrasepsi sudah cukup tersedia. Keterampilan bidan dalam memberikan konseling dengan baik sebesar 72,7%.
Penapisan pada klien baru dengan baik sebesar 63,6%. Bidan yang pernah merujuk klien sebesar 72,7% Pelaksanaan pencatatan pelayanan kontrasepsi dengan benar sebesar 18,2% dan pelaporan dilaksanakan dengan tepat waktu. Kelengkapan kartu status dan informed consent sebagian besar tidak lengkap. Dari penilaian mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi oleh Bidan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Pasar Minggu dengan melihat gambaran masukan, proses, dan keluaran, mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi yang telah berjalan masih kurang baik dan perlu untuk dilaksanakan peningkatan pelayanan kontrasepsi terutama pada pelayanan konseling, penapisan klien baru, dan pencatatan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Flourisa Julian Sudrajad
"Penelitian merupakan suatu analisa data sekunder dengan menggunakan data "Studi tentang pencabutan kontrasepsi Norplant di Indonesia" yang dilaksanakan pada tahun 1992-1993 dengan menggunakan disain studi kohort. Penelitian ini dilaksanakan di 6 propinsi yaitu Sumsel, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim dan DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya komplikasi pada pencabutan kontrasepsi Norplant yang dilakukan oleh dokter dan bidan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara petugas pencabut dengan terjadinya komplikasi tersebut. Diperoleh sebanyak 1908 akseptor yang dicabut oleh dokter dan 1324 akseptor yang dicabut oleh bidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan risiko terjadinya hematoma pada saat pencabutan antara akseptor yang dicabut oleh bidan dan dokter. Dimana akseptor yang dicabut oleh bidan yang terlatih dan tidak ada kesulitan saat pencabutan risiko nya 5,4 kali lebih besar dari pada akseptor yang dicabut oleh dokter yang terlatih dan tidak ada kesulitan saat pencabutan untuk mengalami hematoma saat pencabutan (95% CI : 5,30-5,58). Pada risiko terjadinya hematoma setelah satu minggu pencabutan menunjukkan terdapat perbedaan risiko antara akseptor yang dicabut oleh bidan dan dokter. Dimana risiko akseptor yang dicabut oleh bidan yang dapat latihan adalah 1,6 kali lebih besar daripada akseptor yang dicabut oleh dokter yang terlatih (95% CI : 1,61-1,70). Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya infeksi pada satu minggu setelah penca butan antara akseptor yang dicabut Norplantnya oleh dokter dan bidan.
Pelatihan yang pernah diterima oleh petugas, adanya kesulitan saat pencabutan dan tempat pelayanan pemasangan Norplant mempengaruhi hubungan antara petugas pencabut dengan terjadinya hematoma saat pencabutan dan hematoma pada satu minggu setelah pencabutan. Sedangkan pendidikan akseptor, pekerjaan akseptor dan pemberian Antibiotik tidak mempengaruhi hubungan antara petugas pencabut dan terjadinya infeksi pada satu minggu setelah pencabutan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Norplant maka petugas yang melakukan pencabutan Norplant perlu mendapatkan latihan yang memenuhi standard dan disesuaikan dengan tingkatan keilmuannya, pelayanan Norplant dilakukan di tempat yang memenuhi standard pelayanan yang telah ditetapkan dan nasehat pasca pencabutan hendaknya lebih diperhatikan tehnik penyampaiannya agar disesuaikan dengan pendidikan akseptor."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2024
613.94 BUK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Budianto Murrad
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S21647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini
"Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana. Sejak otonomi daerah program KB banyak mengalami perubahan/kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi terutama penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yang terdiri dari 2 buah Puskesmas, yaitu Puskesmas Kemaraya dan Puskesmas Benu-Benua, baru mencapai 65%, masih di bawah target Nasional yaitu 75%.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi Dalam penelitian adalah seluruh pasangan usia subur yang berjumlah 7.617 orang dengan besar sampel 210 orang yang diambil secara cluster random sampling. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi lebih banyak pada mereka yang memiliki pengetahuan baik (p-value = 0,000), sikap yang positif (p-value = 0,000), kepercayaan baik terhadap alat kontrasepsi (p-value = 0,013), informasi yang cukup mengenai alat kontrasepsi (p-value = 0,002) serta dukungan yang baik dari suami (p-value = 0,001) sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut ada hubungan yang signifikan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Petugas kesehatan disarankan untuk memberikan KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada setiap pasangan usia subur sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif dan meyakini dengan benar mengenai alat kontrasepsi yang digunakan

One of effort had been made by government to lower population growth rate are through family planning program. Since region autonomy, family planing program had many changes/problems which caused of decreasing amount of using contraception tools, especially long-term of using contraception tools. Range of active KB acceptor in Sub-district of West Kendari consists of 2 public health center, namely public health center Kemaraya and public health center Benu-Benua which reach 65%, still below of national target 75%.
This study is a descriptive study by cross sectional design. Population in this study are all of couples of child-bearing age amounted 7,617 people, with large of samples are 210 people taken as cluster random sampling. Data analyzed using chi square test on confidence level of 95%.
Study result shows that using of contraception tools carried by them who have good knowledge (p-value = 0.001), positive attitude (pvalue = 0.001), good trust for contraception tools (p-value = 0.013), adequate information about contraception tool (p-value = 0.002) and good support from husband (p-value = 0.001), for conclusion, there are significant relationship in these factors to using contraception tools.
Health provider was suggested to implement Information Communication and Education to every couples of childbearing age in order that they have good knowledge, positive attitude, and trust in using contraception tools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatun Nidaa
"Salah satu isu terkait kontrasepsi adalah ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi karena merupakan determinan yang mempengaruhi Contraception Prevalence Rate. Ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi dapat menyebabkan dampak masalah kesehatan masyarakat yaitu kehamilan tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi suntik, implan dan IUD di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur dan Sumbawa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder dari Survei Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi di Jawa Timur dan NTB. Sampel penelitian adalah ibu yang berstatus menikah dan berusia 15-49 tahun. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 5023 responden. Hasil penelitian proporsi ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi suntik, implan dan IUD di total tiga kabupaten sebesar 29,2%. Faktor predisposisi yang berhubungan adalah umur dan jumlah anak hidup. Faktor pemungkin, jenis alat kontrasepsi tidak berhubungan di tiga kabupaten. Faktor penguat, KIE KB dan diskusi KB dengan suami berhubungan secara total di tiga Kabupaten. Sehingga disarankan untuk Pemerintah Provinsi dan NTB untuk melakukan penyuluhan intensif tentang perlunya melanjutkan penggunaan alat kontrasepsi terutama pada ibu-ibu berusia diatas 35 tahun atau yang memiliki anak lebih dari 3, menggencarkan pemberian informasi KB oleh kunjungan petugas kesehatan atau tokoh masyarakat dan meningkatkan peran suami.

One of the issues related to the use of contraception is contraceptive discontinuation as a determinant affecting Contraception Prevalence Rate. Contraceptive discontinuation can cause public health problem such as unwanted pregnancy. This study aims to describe of the factors associated with injection contraceptive, implant and IUD discontinuation in West Lombok Barat, East Lombok and Sumbawa. This study used a cross-sectional design and secondary data from the Monitoring and Evaluation Survey Use of Contraception in East Java and West Nusa Tenggara Province. The samples were mothers who are married and aged 15-49 years. The number of samples analyzed is 5023 respondents. The results of the study the proportion of injection contraceptive, implant and IUD discontinuation in a total of three districts is 29.2 %. Predisposing factors that statistically correlated are age and number of living children. Enabling factors, types of contraceptives is not statistically correlated in three districts. Reinforcing factors, IEC KB and discussion about KB with husband is statistically correlated in total of three districts. So it is recommended to the Provincial Government of NTB to conduct intensive counseling about the need to continue the use of contraceptives, especially in women older than 35 years or who have children over 3, to intensify the provision of family planning information by visiting health workers or community leaders and enhance the role of the husband."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Rifai
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku pemakaian jenis kontrasepsi, suatu kajian yang dalam pengamatan penulis masih jarang dilakukan orang di Indonesia. Penelitian ini bersumber kepada data SPI 1987, dan dipilih DKI Jakarta sebagai daerah penelitian, dengan pertimbangan Jakarta memiliki keragaman sosial-budaya dan agama yang cukup variatif.
Permasalan pokok yang dikaji terbatas pada hubungan antara agama, status sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi. Pembahasan terhadap hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi dilakukan dengan cara membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam. Jenis alat kontrasepsi juga dikelompokkan menjadi kontrasepsi efektif (IUD, Susuk dan Kontap), kontrasepsi kurang efektif (Pil, Suntik dan kondom), dan kontrasepsi tradisional (Jamu, Pijat, Senggama terputus dan Pangtang berkala).
Teori yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini ialah proposisi teologi khusus dan proposisi karakteristik yang diajukan oleh Goldschider. Proposisi teologi khusus menyatakan bahwa perilaku fertilitas merupakan fungsi dari ajaran agama, sedang proposisi karakteristik menyatakan bahwa perbedaan perilaku antar kelompok agama merupakan akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi dari kelompok agama yang bersangkutan. Kedua proposisi ini digunakan secara serempak dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan cara mengamati persentase dalam tabel silang untuk melihat kecenderungan, Chi-Square untuk melihat signifikansi hubungan dan Koefisien Kontingensi untuk melihat keeratan hubungan.
Dari analisis terhadap hubungan antara kelompok responden berdasarkan afiliasi agama dengan pemakain Janis kontrasepsi sebelum. mempertimbangkan variabel sosial-ekonomi dan demografi ditemukan bahwa terdapat perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi antara kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam; kelompok responden Islam cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif dan kelompok responden non Islam cenderung memakai kontrasepsi efektif. Namun setelah variabel sosial-ekonomi dan demografi dipertimbangkan terlihat perbedaan itu melemah. Karena itu adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi tersebut kemungkinan berkaitan dengan dua hal:
a. Aturan-aturan dalam masing--masing agama yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi. Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubek tomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom, senggama terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala (cara-cara tersebut masuk katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan non Islam boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katholik. Agama Khatolik pada dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Khatolik dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Alasan pertama ini didukung pula oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami, status bekerja, umur dan media.
b. Akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi antara responden Islam dan responden non Islam. Alasan kedua ini didukung oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakain jenis kontrasepsi menjadi tidak berarti lagi setelah dikontrol dengan variabel AMH (pada katagori jumlah anak lima atau lebih), pekerjaan suami (pada jenis pekerjaan suami profesional), dan variabel pendidikan-umur (pada katagori umur 35+ dan berpendidikan SMP+ ). Sedang pada katagori lainnya tetap menunjukkan adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama. Jadi perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama menjadi tidak berarti lagi di kalangan responden dengan karakteristik sebagai berikut:
· berumur 35 tahun ke atas dan berpendidikan SMP+
· mempunyai anak lima atau lebih
· jenis pekerjaan suami profesional
Tidak adanya perbedaan itu diperlihatkan dengan kecenderungan pemakaian kontrasepsi efektif baik pada kelompok responden Islam maupun non Islam. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa pada kelompok responden dengan jumlah anak lima atau lebih kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan, karena jumlah anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru. Demikian juga pada kelompok responden dengan jenis pekerjaan profesional kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan karena tuntutan status sosialnya dan pada kelompok responden yang berumur tua serta berpendidikan SMP atau lebih kemungkjnan karena mereka mampu lebih rasional dalam menerima dan menanggapi ajaran agama.
Kesimpulan yang diperoleh sesudah mempelajari hubungan antara variabel sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat sampingan dari masing-masing alat kontrasepsi.
Dari analisis hubungan antara pendidikan dan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama dapat disimpulkan bahwa di kalangan responden Islam pendidikan isteri lebih kuat menampakkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi dari pada pendidikan suami. Sebaliknya di kalangan responden non Islam pendidikan suami lebih kuat memperlihatkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada pendidikan isteri. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa di kalangan rersponden non Islam kesadaran akan pentingnya KB tidak hanya di kalangan isteri tetapi juga di kalangan para suami, sehingga para suami juga ikut mengambil peran dalam ber KB termasuk memilih Jenis kontrasepsi yang akan dipakai, hal mana
tidak terjadi di kalangan responden Islam.
b. Umur
Umur menunjukkan hubungan yang berarti dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena umur mempengaruhi kebutuhan alat yang diinginkan. Pada umur muda (umur 34 tahun kebawah) cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif seperti pil, suntik dan kondom. Ini diduga karena mereka masih ingin menunda kelahiran atau masih ingin menambah anak lagi dikemudian hari, sehingga memilih jenis kontrasepsi yang mudah dihentikan penggunaannya. Sedang pada umur tua (35 tahun atau lebih) cenderung memakai kontrasepsi efektif, karena anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru, maka mereka memilih kontrasepsi seperti IUD, susuk dan sterilisasi, karena selain efektif dalam mencegtah kehamilan juga tidak merepotkan.
Hubungan umur dengan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama adalah sebagai berikut: di kalangan responden Islam umur memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam variabel umur kurang memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena pada Umur muda sudah memperlihatkan kecenderungannya dalam memakai kontrasepsi efektif. Ini diduga pada kelompok umur muda dari kalangan responden non Islam telah bisa menerima program KB dengan dua anak, sehingga cenderung membatasi jumlah anak dengan memakai kontrasepsi efektif.
c. Pekerjaan
Faktor bekerja atau tidaknya responden tidak menunjukkanadanya perbedaan yang berarti dalam pemakain jenis kontrasepsi. Sebaliknya ditemukan perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami; responden dengan jenis pekerjaan suami profesional cenderung memakai kontrasepsi efektif dan responden dengan jenis pekerjaan jasa dan pekerja kasar cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif. Dengan demikian pekerjaan suami lebih dominan dalam menampakkan hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada status bekerja responden sendiri. Gambaran yang serupa juga ditemukan di Yogyakarta yang melaporkan bahwa macam alat kontrasepsi yang dipakai lebih menampakkan hubungan dengan status pekerjaan suami dari pada pekerjaan isteri. Hal itu dikarenakan pekerjaan suami lebih mencerminkan status sosial keluarga dan si isteri akan terdorong untuk mengikuti norma-norma yang berkaitan dengan status suaminya.
Analisis pada masing-masing kelompok agama diperoleh kesimpulan sebagai berikut: di kalangan responden Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu memperlihatkan perbedaan dalam pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu tidak mempunyai hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi.
Begitu juga dengan pekerjaan suami, di kalangan responden Islam perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami menunjukkan perbedaan yang berarti. Sedang di kalangan responden non Islam kurang mengesankan adanya perbedaan
pemakain jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami.
d. Jumlah Anak Masih Hidup
Jumlah anak masih hidup mempunyai hubungan dengan pemakain jenis kontrasepsi baik di kalangan responsden Islam maupun responden non Islam. Kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif di kalangan responden Islam baru terlihat ketika jumlah anak yang dipunyai mencapai lima atau lebih, sedang pada kelompok responden non Islam kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif sudah terlihat pada jumlah anak 3-4 orang anak. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah anak yang diinginkan, di mana proporsi yang menginginkan jumlah anak lebih dari empat lebih besar di kalangan responden Islam dari pada di kalangan responden non Islam.
e. Media
Semakin banyak media massa yang dimanfaatkan oleh responden maka cenderung memakai kontrasepsi efektif, ini ditemukan di kalangan responden Islam maupun di kalangan responden non Islam, namun keeratan hubungan itu lebih kuat terlihat dikalangan responden Islam daripada di kalangan penganut Agama non Islam.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latif Rozananto
"
This thesis looks at the decision making regarding the choice of use of contraceptives in low-income communities in the village of West Pamulang, as for the factors that are thought to influence the decision to use the faltor contraceptive device here; social education, employment, economics and income. The first consists of the second is the child's own value and the ideal number of children. Third is religious norms which consist of knowledge of religious prohibitions on contraceptives by the religion they adhere to. Fourth is and the role of communication between husband and wife in making decisions in the household. The approach used in this research is a quantitative approach using questionnaires (structured interviews) and also interviewing selected respondents who are wives. The respondents were couples registered at the PLKB Puskesmas. The method or sampling technique used was systematic random drawing with a sample size of 50 couples. From socio-economic factors on the level of education, the relationship is Jemah while the wife is not contraceptive. There is a relationship between the husband and the husband and not the relationship between the choice of job variable tool and it was found that the job (self-employed and employee) was also found through statistical tests to be significant between the two variables. In the income variable, statistically it is positively correlated with the use of contraceptives. The value of children which is expressed as a positive or negative aspect turns out to have a relationship with the choice of certain contraceptives, as well as the variable having a positive relationship with the desired number of children, both of which are positive. Religious knowledge correlates with the use of contraceptives, while religious affiliation does not show a tendency towards contraceptives. In the communication variable, there is no visible relationship, only those who communicate with their partners are more varied."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>