Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Sirkurnsisi adalah salah satu prosedur bedah saat bagian kulup atau lapisan kulit paling
luar dari penis atau bagian terluar dari klitoris di insisi. Banyak faktor yang
mempengaruhi orang untuk mensirkumsisi anaknya., Salah satunya adalah keputusan
orang tua. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui gambaran pola perubahan
pengambilan keputusan orang tua dalam mensirkumsisi anak usia pra sekolah (usia 3-5
tahun). Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi sederhana. Metode pengumpulan
sampel yang di dalam penelitian ini adalah simpie random sampling. Teknik ini
dikatakan sederhana atau simple. Hasil penelitian membuktikan 96.9 % agama
mempengaruhi keputusan orang tua untuk mensirkumsisi anak usia pra sekolah (usia 3-5
tahun), disamping itu didapatkan hasil variabel pengetahuan sebanyak 85.9 %, variabel
ekonorni sebanyak 67.2 %, anak usia sekolah sebanyak 87.5 %, sosial budaya sebanyak
90.6 %, dan lingkungan sebanyak 68.8 % mempengaruhi keputusan orang tua untuk
mensirkumsisi anak usia pra sekolah (usia 3-5 tahun). Saran bagi peneliti untuk penelitian
selanjutnya yaitu hendaknya menambah jumlah responden, memperluas area penelitian,
meneliti dan menggali lebih dalm lagi variable-variabel lain yang mungkin
mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan orang tua, melakukan uji
validitas berulang kaii sebelum benar-benar dilakukan pengambilan data."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5570
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Athiyya Wibowo
"ABSTRACT
Immunization has been proven to control and eliminate life-threatening infectious diseases. However, based on the data from Ministry of Health Central Data and Information Center, there is an decrease in DPT vaccine rates from 95% in 2014 to 93.1% in 2015, which is said to be linked to groups of parents that chose to not undergo DPT vaccine. A cross sectional survey of randomized sample of 250 mothers with children in the age of 2 - 5 years old were given questionnaires at early child education programs and pre-schools in North and South Jakarta. One-hundred and seventy nine participants had good knowledge of immunization regardless of their level of education, this showed an insignificant result. This proved to be the same in the relationship of level of education with knowledge on DPT vaccine. As for knowledge on immunization and practice to do immunization was significant. However, this was different in relationship of knowledge on DPT vaccine with practice to do DPT vaccine. The relationship of attitude on practice to do DPT vaccine was also insignificant. While the relationship of factors such as residence and number of children to practice to do DPT vaccine was also insignificant. Parental knowledge is an important factor in parents' decision to immunize their child, but this is not reflected in the parental knowledge relating to DPT vaccine against the practice of parents in choosing DPT vaccine.

ABSTRACT
Imunisasi telah dibuktikan untuk terbuksi bisa mengendalikan dan menghapuskan penyakit menular. Namun, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, ada penurunan tingkat vaksin DPT dari 95% di tahun 2014 menjadi 93.1% di tahun 2015, yang dikatakan terkait dengan kelompok orang tua yang memilih untuk tidak menjalani imunisasi DPT. Survei cross sectional terhadap sampel random dari 250 ibu dengan anak-anak di usia 2 - 5 tahun diberi kuesioner pada Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK di Utara dan Selatan Jakarta. Seratus tujuh puluh sembilan peserta memiliki pengetahuan tentang imunisasi baik terlepas dari tingkat pendidikan mereka, hal ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini terbukti sama dalam hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pengetahuan vaksin DPT. Adapun pengetahuan tentang immunisasi dan praktik untuk melakukan immunisasi sangat signifikan. Namun, hal ini berbeda dalam hubungan pengetahuan tentang edukasi vaksin DPT dengan praktik melakukan pengetahuan vaksin DPT. Hubungan sikap dalam praktik melakukan vaksin DPT juga tidak signifikan. Sedangkan hubungan faktor-faktor seperti tempat tinggal dan jumlah anak yang melakukan praktik vaksin DPT juga tidak signifikan.Pengetahuan orang tua merupakan faktor penting dalam keputusan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada anak mereka, namun hal ini tidak tercermin dalam hubungan pengetahuan orang tua tentang vaksin DPT terhadap praktik orang tua untuk memilih melakukan vkaksin DPT"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Nurul Nawangwulan
"ABSTRAK
Kanker merupakan salah satu penyakit yang membahayakan karena dapat merenggut nyawa seseorang yang terkenanya. Tidak ada jawaban sederhana menyangkut apa yang sesungguhnya menyebabkan kanker. Zat-zat kimia beracun dalam radiasi, kemoterapi dan pengkonsumsian zat-zat karsinogenik penyebab kanker yang di temui dalam makanan (Sheridan dan Radmacker, 1992; Teo 2003). Faktor lain seperti lingkungan dan gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan kanker sekitar 90 % (Greenwald dan Sondik, 1986 dalam Sheridan dan Radmacker, 1992). Terlebih lagi, stress dapat menurunkan kekebalan tubuh kita sehingga memperbesar kemungkinan munculnya kanker (Teo, 2003). Pengobatan kanker yang terbaik adalah pengobatan yang di lakukan pada stadium dini yaitu ketika kanker belum menjalar luas di tubuh penderitanya. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dengan kualitas baik menjadi sangat penting agar jenis pengobatan tersebut dapat di sesuaikan dengan kondisi penderita. Proses pengambilan keputusan pengobatan pada penderita kanker usia dewasa ini dianalisa berdasarkan teori Model of Emergency Decision Making (Janis dan Mann, 1979) yang di kaitkan dengan faktor-faktor lain yang berperan, seperti kontrol diri, otonomi diri, keterlibatan diri, kesempatan untuk terlibat, perolehan informasi, peranan dan pengaruh orang tua penderita kanker yang terankum dalam bagan kerangka berpikir (Bergsma, 2002; Haes dan Koedoot, 2003; Dodd dan Ahmed, 1987; Davidson, dkk., 1999; Kem, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengambilan keputusan pengobatan pada penderita kanker usia dewasa muda Mengingat masalah penelitian yang di bahas membutuhkan penghayatan individu dan tergolong sensitif, maka peneliti menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini subjek yang di gunakan sebanyak empat orang dan tidak di batasi oleh jenis kelamin penderita kanker, tingkat stadium kanker, dan jenis kanker dengan alasan perbedaan-perbedaan tersebut dapat memperkaya hasil penelitian. Dari data yang di peroleh, Bagan II yang menjelaskan Model of Emergency Decision Making yang di kaitkan dengan faktor-faktor lain yang berperan dapat sejalan dengan proses pengambilan keputusan pengobatan pada penderita kanker usia dewasa muda (subjek S dan R) meskipun mereka memiliki hambatan-hambatan yang berbeda. Pada akhirnya kedua subjek penelitian ini dapat mengatasi masalah proses pengambilan keputusan pengobatan secara efektif terlihat dari munculnya sikap kewaspadaan dalam menentukan keputusan pengobatan yang mereka jalani. Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi penderita kanker dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat kanker, khususnya dalam proses pengambilan suatu keputusan jenis pengobatan. Berikutnya, jjenelitian ini berguna bagi orang tua penderita kanker di harapkan memperoleh gambaran mengenai dukungan yang berdampak positif dan negatif pada penderita kanker. Terlebih lagi, di harapkan orang tua mengetahui hal-hal yang secara tidak sengaja dapat di katakan tidak mendukung penderita kanker dalam menjalani kesehariannya beijuang melawan kanker. Disamping itu, penelitian ini dapat di kembangkan lebih lanjut dengan menambah responden penelitian dan mengikutsertakan dokter beserta para medis untuk di wawancara, sehingga informasi di peroleh dari tiga sudut pandang yang berbeda."
2005
S3514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks dari
seorang anak dimana disertai adanya defisit tingkah laku dan/atau intelektual. Butuh
terapi yang dapat mengoptimalkan fungsi sosialisasi anak autisme. Pemanfaatan terapi
autisme dipengaruhi oleh besarnya motivasi dari orang tua dengan anak autisme.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi orang tua dengan anak autisme untuk membawa anaknya ke klinik terapi.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Sarnpel diambil dengan teknik
consecurive sampling. Analisa data yang di gunakan adalah analisa statistik desknptii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor mempenganlhi motivasi orang tua
dengan anak autisme untuk rnembawa anaknya ke klinik terapi dengan urutan yaitu
keyakinan 18,71%, fasilitas 18,34%, biaya fasilitas 17,85%, pengetahuan 16,50%,
iingkungan 16,29%, dan pengalaman 12,31%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5107
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alanii Dhivasassri
"Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan orang tua dalam memilih rekening tabungan syariah untuk anaknya. Penelitian ini menggunakan Conjoint Analysis, yaitu teknik analisis statistik multivariat yang digunakan untuk memprediksi bagaimana tanggapan pengguna terhadap kualitas (atribut) yang dihasilkan dari barang atau jasa. Hasilnya adalah pemeringkatan 6 faktor (atribut) berdasarkan tingkat kepentingan, faktor tersebut dipilih melalui diskusi dengan pakar perbankan. Setiap kategori (level) faktor didefinisikan dan diberi peringkat dengan cara yang sama. Peringkat faktor yang dihasilkan adalah: Biaya Penarikan, Penalti Underbalance, Batas Utilitas, Setoran Minimum, Saldo Minimum, dan Biaya Transfer.

This study researches the factors influencing parental decisions in choosing an Islamic savings account for their children. This study uses Conjoint Analysis, a multivariate statistical analysis technique used to predict how users will respond to produced qualities (attributes) for goods or services. The results are a ranking of 6 factors (attribute) based on importance, the factors chosen through a discussion with banking experts. Each factor’s category (level) is similarly defined and ranked. The resulting ranking of factors are: Withdrawal Fee, Underbalance Penalty, Utility Limit, Minimum Deposit, Minimum Balance, and Transfer Fee."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Permata Sari
"Stres merupakan fenomena kehidupan yang pasti dialami semua orang. Stres yang terjadi pada anak usia sekolah memberikan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan anak, bahkan dapat mendorong anak melakukan tindakan bunuh diri. Begitu banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami stres, baik faktor internal maupun eksternal di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Populasi penelitian adalah anak usia sekolah kelas enam SDN Pondok Cina I Depok. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 responden, dengan menggunakan metode purposive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Chi-Square (p = 0,05).
Penelitian ini mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh antara hubungan dengan teman dan beban tugas sekolah terhadap terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah. Sedangkan sikap guru mempengaruhi terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah. Peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya. untuk memilih tempat penelitian yang Iebih sesuai, melakukan uji validitas dan reliabilitas lengkap terhadap instrumen, serta memperbanyak jumlah responden penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5496
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jane Simon
"Anak penderita asma memiliki risiko mengalami masalah penyesuaian diri. Pada usia sekolah dan remaja, dimana anak sedang mengalami perkembangan fisik, kognitif£ dan psikososial, mereka juga harus menyesuaikan diri terhadap penyakit kronis yang menghambat fungsi pernafasan yang sulit diduga kapan terjadinya serangan asma tersebut. Keberhasilan seorang penderita asma melakukan penyesuaian diri dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, berat ringannya penyakit, relasi keluarga., sikap ibu terhadap anaknya yang sakit, serta sikap anak terhadap penyakitnya.
Penelitian ini bertujuan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri anak penderita asma usia sekolah dan remaja. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif Untuk mengungkapkan hal ini digunakan teknik analisis multiple regression terhadap subyek (N) = 76, yang terdiri alas 37 orang anak usia sekolah dan 39 orang anak usia remaja. Alat ukur yang dipakai adalah tiga buah kuesioner yang disusun berdasarkan teori pendukung serta The Child Attitude Towards Illness Scale (CATIS) dari Austin & Huberty (1993) yang diadaptasi terlebih dahulu.
Hasilnya ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri penderita asma usia sekolah adalah faktor sikap anak terhadap penyakitnya, dan pada penderita asma usia remaja adalah faktor sikap anak terhadap penyakitnya, jenis kelamin, dan sikap ibu terhadap anaknya yang sakit. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil tambahan yaitu tidak ditemukan perbedaan penyesuaian diri yang signifikan pada usia anak sekolah dan usia remaja, serta tidak ditemukan pula perbedaan penyesuaian diri yang signifikan pada penderita asma kategori ringan, sedang, dan berat. Namun ditemukan adanya perbedaan penyesuaian diri yang signifikan antara remaja Iaki-Iaki dan remaja perempuan, dimana penyesuaian diremaja perempuan lebih baik dibandingkan remaja laki-laki; sementara pada anak usia sekolah tidak ditemukan perbedaan penyesuaian diri yang sigfinikan antara anak laki-laki dan anak perempuan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Triarini Indirasari
"Pembentukan peran jenis kelamin mempakan hal yang penting bagi setiap orang, karena mendukung perkembangan konsep diri dan identitas seseorang. Masa penting pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah pada usia prasekolah (3-6 tahun). Salah satu cara pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah dengan cara sosialisasi. Ada tiga cara sosialisasi yang dapat dilakukan dalam pembentukan peran jenis kelamin, yakni dengan direct instruction, shaping atau modelling. Agen sosialisasi terpenting dalam pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah keluarga, terutama orang tua, karena merupakan lingkungan terdekat yang dimiliki anak yang memperkenalkan anak pada lingkungan masyarakat yang Iebih luas. Penelitian di Barat menunjukkan bahwa orang tua dapat mempengaruhi pembentukan peran jenis kelamin anak, khususnya anak usia prasekolah dalam kegiatan bermain. Sebagian besar anak usia prasekolah menghabiskan waktunya dalam bermain. Bermain sendiri merupakan media bagi anak untuk mangembangkan dirinya, baik dari segi fisik, kognitif dan sosial emosional. Selain itu, bermain juga merupakan wadah bagi anak untuk mencoba berbagai peran.
Dalam kegiatan bermain, orang tua menularkan sikap tentang peran jenis kelamin melalui mainan yang diberikan serta interaksi antara anak dan orang tua saat bermain. Penelitian yang dilakukan di Barat menunjukkan bahwa adanya pembedaan pemberian mainan maupun aktivitas bermain pada anak Iaki dan parempuan oleh orang tua menyebabkan peran jenis kelamin yang terbentuk pada anak Iaki dan perempuan berbeda. Di Indonesia sendiri, dengan semakin banyaknya toko mainan yang menyediakan sarana bermain bagi anak, memudahkan orang tua untuk menggunakan mainan sebagai media dalam mensosialisasikan karakteristik tertentu sesuai dengan peran jenis kelamin. Namun, bagaimana gambaran sosialisasi peran jenis kelamin yang dilakukan dalam kegiatan bermain oleh orang tua belumlah terlihat. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan uniuk mendapatkan gambaran sosialisasi peran jenis kelamin yang diiakukan orang tua pada anak usia prasekolahnya khususnya dalam kegiatan bermain.
Ada tiga teori besar yang menjelaskan tentang pembentukan peran jenis kelamin. Pandangan Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud menjelaskan bahwa peran jenis kelamin terbentuk karena adanya proses identifikasi yang terjadi akibat ikatan emosional khusus yang didasarkan atas keinginan anak untuk dicintai atau atas ketakutan salah satu orang tua. Teori belajar sosial menjelaskan bahwa anak menampilkan respon atau perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya karena mendapat imbalan dan anak menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya karena meneka akan dihukum. Teori perkembangan kognitif menganggap bahwa peran jenis kelamin terbentuk sebagai hasil dari sistem kognitif anak. Anak belajar mengkategorisasikan atribut dan informasi yang ada di lingkungan berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang melibatkan 40 orang tua yang memiliki anak laki dan perempuan usia prasekolah (3-6 tahun). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probabilita dan teknik incidental. Alat yang digunakan untuk mengetahui sosialisasi peran jenis kelamin dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang memuat daftar mainan yang diberikan pada anak beserta orang yang memilihkan mainan, karakteristik yang ingin dikembangkan pada anak laki dan perempuan serta cara orang tua mensosialisasikan karaktenstik yang diinginkan dalam kegiatan bennain. Daftar mainan yang digunakan dibuat oleh peneliti dengan melakukan survei terhadap mainan yang dimiliki anak usia prasekolah. Sedangkan untuk item karakteristik peran jenis kelamin peneliti menggunakan item Bem Sex Role Inventory. Sebelum alat digunakan sepenuhnya, peneliti melakukan uji coba alat terlebih dahulu untuk mengetahui face validity atau uji keterbacaan serta mengukur intterrater reliability. Penelitian dilakukan di 4 Taman Kanak-kanak di Jakarta dan Bogor. Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka data yang diperoleh diolah dengan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam anak laki lebih banyak memiliki mainan kategori fisik dan kognitif, sedangkan anak perempuan lebih banyak memiliki mainan kategori sosial emosional. Dalam menentukan mainan yang diberikan, anak Iebih besar peranannya dibandingkan dengan orang tua sendiri. Berdasarkan karakteristik yang ingin dikembangkan pada anak laki dan perempuan, antara ayah dan ibu pada umumnya memiliki keinginan yang sama. Bagi anak laki, orang tua Iebih banyak menginginkan karakteristik maskulin terdapat dalam diri anaknya. Sedangkan bagi anak perempuan, ada karakteristik-karakteristik feminin maupun maskulin yang diinginkan orang tua dimiliki anaknya. Untuk karakteristik yang tergolong netral, orang tua menginginkan karakteristik yang sama terdapat pada anak laki dan perempuannya. Dalam mensosialisasikan karakteristik yang diinginkan khususnya dalam bermain, orang tua lebih banyak menggunakan teknik direct instruction dibandingkan teknik shaping, modeling atau campuran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tingkat pemahaman orang tua tentang transfusi darah pada anak thalasemia mayor akan
mempengaruhi dalam pemberian pengobatan transfusi darah dan asuhan keperawatan
pada klien. Orang tua yang mempunyai anak thalasemia mayor belum dikemukakan
tingkat pemahaman tersebut. Tujuan penelitian im untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pemahaman orang tua tentang transfusi darah pada anak
thalasemia mayor. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif ekspIoratif jumlah
responden adalah sebanyak 30 orang tua yang memiliki anak thalasemia mayor di ruang
anak bagian thalasemia RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pengumpulan data
di lakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden sesuai dengan
kriteria. Setelah dilakukan pengumpulan data dilakukan analisa data dengan
menggunakan statistik tendensi sentral nilai mean didapatkan hasil bahwa faktor-faktor
seperti tingkat pendidikan, minat persepsi, pengalaman dan sosial budaya berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman orang tua dengan nilai mean lebih dari tiga. Hasil penelitian
perlu ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian berikutnya maupun memperhatikan
hasil guna perbaikan hasiI pelayanan keperawatan di institusi pelayanan kesehatan"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5266
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>