Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172075 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada saat orang tua mendapatkan anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit, reaksi orang tua pada anak tersebut mengikuti respon dari kehilangan pada suatu nilai atau objek yang berharga. Orang tua akan mengalami shock atau kaget, frustasi dan marah terhadap apa yang sudah terjadi padanya. Saat orang tua tidak dapat menerima kenyataan mereka akan menarik diri dari situasi secara fisik atau emosi. Mereka mungkin akan menolak untuk kontak dengan lingkungan sampai pada tahap penerimaan dan mau merawat anaknya. Banyak faktor yang mempengaruhi orangtua dalam penerimaan pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, terbagi menjadi dua faktor. Faktor internal yang terdiri dari pengalaman, status emosi, spiritual, kesehatan status ekonomi dan kemampuan adaptasi. Faktor eksternal yang terdiri dari dukungan dari keluarga atau teman dan orang lain (petugas kesehatan). Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut, penulis ingin rneneliti Faktor apa saja yang dominan didalamnya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan jumlah sampel 19 orang tua yang memiliki anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan, yang datang ke poliklinik khusus celah bibir dan langit-langit di RSAB Harapan Kita.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua tersebut dibuat nilai / skoring tertinggi dari jawaban yang diberikan responden dalam kuesioner.
Faktor yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan adalah kemampuan adaptasi individu (84%) dan dukungan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan (63%) masing-masing dari faktor internal dan eksternal. Sedangkan factor-faktor lain adalah kesehatan fisik (74%) ,spiritual (63%), pengalaman (47%), status emosi (31%), status ekonomi (21%).
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sampai disini, tetapi dapat ditindak lanjuti dengan penelitian lain yang dapat dilakukan di tempat lain dan dengan jumlah sampel yang lebih besar agar hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5084
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Cleft Lip and Cleft Palate Management of a Four Yearl Old Child.
Cleft lip and cleft palate caused problems in esthetic, swallowing, and spelling. This present case was a case of a four year old girl referred to Department of Pediatric Dentistry Universitas Indonesia after having a labioplasty. She was received an obturator and a denture. The obturator was aimed to close the cleft in the palate while the denture was aimed to correct the alveolar and lip contour. It was revealed that a team was required to manage this case especially during the period of dental and facial growth and the parent played an important role in maintaining
oral hygiene and diet control."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muslita Rizky Wahyuni
"Studi mengenai pengukuran dental cast telah beberapa kali dilakukan namun sedikit sekali yang terkait dengan Celah Bibir dan Langit-langit Bilateral karena jumlah kasus yang sangat jarang. Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi pertumbuhan maksila pasien Celah Bibir dan Langit-langit Bilateral menggunakan beberapa perlengkapan alat dan software menggunakan landmark yang sama dengan studi pengukuran lengkung maksila dan sudut palatal shelves. Penelitian Retrospektif ini diselenggarakan di RS Harapan Kita Cleft Center Jakarta, Indonesia. 35 dental cast sebelum labioplasti dan 35 dental cast setelah labioplasti dari pasienyang sama didigitisasi menggunakan scanner desktop 3D E4 dari 3shape. Lebar lengkung maksila dengan pengukuran linear dan palatal shelve dilakukan pada penelitian ini. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali oleh orang yang sama (intra observer) dan measurement error dihitung menggunakan dahlberg test. Laju pertumbuhan linear pada pasien ini baik, 45,1% pasien mengalami laju pertumbuhan positif setelah pembedahan, 34,3% laju pertumbuhan positif antar kaninus, dan 14,3% pasien mengalami laju pertumbuhan negatif pada interkaninus maksila dan intertuberositas. Laju pertumbuhan angular 22,9% mengalami hasil negatif dan 5,7% mengalami laju pertumbuhan positif. Laju pertumbuhan relatif normal pada penelitian ini. Palatal shelve mengalami pendangkalan pada penelitian ini namun pada tuber maksila kiri ada peninggian.

There were several studies regarding to measure the growth from dental cast, but it is severely limited study which is related to Bilateral Cleft Lip and Palate (BCLP) since the case is quite rare. The aim of this study is to evaluate the maxillary growth of BCLP patients using different tools and software with the same landmark to the previous methods for dental arch width and palatal shelves angle. This retrospective study was held in Children and Maternal Cleft Center Harapan Kita Hospital, Jakarta, Indonesia. 35 dental casts before labioplasty and 35 dental casts before palatoplasty from the same patients were digitized using 3D desktop scanner E4 from 3shape. Dental arch width of BCLP maxillary growth rate with linear measurement and palatal shelf angle were conducted in this study. The measurements were performing twice by same person (intra observer) and the measurement error was calculated by Dahlberg test. The growth rate linear in this patients results are good, 45.1% of patients experiencing positive growth rate post surgery, 34.3% positive growth surgery intercanine, but negative growth rate on intertuberosity, 14.3% patients have negative maxillary intercanine results and positive intertuberosity growth rate, and finally 14,3% patients experiencing negative growth rate in both maxillary intercanine and intertuberosity . Angular growth rate 22.9% have negative results and 5.7% have positive growth rate results. The dental arch linear growth rate relatively normal in this research. The palatal shelves were elevated in this research but in left tuber maxillary the degree is increasing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fory Fortuna
"Latar Belakang: Proses epitelisasi yang cepat dapat menurunkan kontraksi luka pada proses penyembuhan luka yang kemudian dapat menurunkan formasi skar. Untuk jangka panjang, diprediksi akan menjadi faktor penting untuk membantu pertumbuhan maksila. Madu yang diberikan sebagai terapi oral mempercepat proses epitelisasi 2.1 kali lebih cepat pada defek lateral palatum pasca two flap palatoplasty. Namun hasil jangka panjang dari terapi ini belum dievaluasi.
Tujuan Penelitian: Untuk mengevaluasi pertumbuhan maksila sebagai efek jangka panjang proses epitelisasi yang cepat pada palatum yang diberikan terapi oral madu pasca two flap palatoplasty.
Metode : Merupakan studi kasus kontrol yang terdiri atas 2 grup membandingkan pertumbuhan maksila pasien dengan celah bibir dan langit-langit komplit yang diberikan terapi madu dan yang tidak diberikan madu setelah two flap palatoplasty pada tahun 2011-2012. Hasil pengukuran cephalometri dicatat dan dibuat cetakan gigi untuk tiap pasien kemudian dikategorisasi menggunakan metode GOSLON yardstick. Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS versi 20.
Hasil :Follow up dilakukan pada 20 orang pasien. Sepuluh orang diantaranya merupakan group kontrol yang tidak mendapat terapi oral madu setelah palatoplasty. Median masing-masing umur populasi adalah 8.5 pada subjek kisaran 6 tahun - 10 tahun dan 11 tahun pada kontrol kisaran 9 tahun - 14 tahun . Body Mass Index BMI r 0.49, 95 , p 0.03 . dan faktor keluarga dengan hipoplasi maksila p 0.02 berpengaruh secara statistik dengan panjang palatum. Hasil GOSLON yardstick tipe 4 merupakan hasil terbanyak pada kedua grup 40 dengan reliabilitas antara examiner 1-2 dan 2-3 adalah sedang kappa; 0.583 dan 0.512 dan 1-3 adalah kuat kappa 0.716 . Terdapat 40 SNA normal pada grup madu, sedangkan hanya 20 SNA normal pada grup kontrol.
Kesimpulan: Pemberian madu sebagai terapi oral setelah two flap palatoplasty memberikan hasil sudut SNA yang baik pada hampir separuh total subjek terapi madu. Sebagaimana pertumbuhan maksila berakhir pada umur 20 tahun, maka hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan hasil final pertumbuhan maksila. Usaha lain untuk memperbaiki pertumbuhan maksila pada pasien sumbing langit-langit perlu dipertimbangkan kembali. Penelitan dalam bentuk inovasi baru dalam teknik operasi dapat berkontribusi sebagai usaha mambantu pertumbuhan maksila.

Background: It is expected that faster epithelialization decrease wound contraction and then reducing scar formation. For long term, it will be an important factor that will result in good maxillary growth.Honey given as oral drops significantly precipitates the epithelialization process of the lateral palatal defects post two flap palatoplasty 2.1 times faster. Long term result has not been evaluated.
Aim of Study: To evaluate maxillary growth as long term effect of fast epithelialization of the palates treated honey as oral drops after two flap palatoplasty.
Methods: This is a case control study consists of 2 groups. Comparing maxillary growth of the unilateral complete cleft lip and palate UCCLP patients who were given honey as oral drops and without oral drops after their two flap palatoplasty in 2011 2012. The cephalometric measurements were recorded and the dental cast for each patient are evaluated using GOSLON yardstick method. The collected data are analysed using SPSS version 20.
Result: Long term follow ups are done in 20 patients. Ten of them are control group who are not given honey oral drop after palatoplasty. The median age of each population are 8.5 years for subjects range 6 years 10 years and 11 years for control group range 9 years 14 years. Body Mass Index BMI r 0.49, 95 , p 0.03. and family history of maxillary hypoplasia p 0.02 are two significant factors. GOSLON yardstick type IV are the most frequent GOSLON on both group 40 with interratter reliability between examiner 1 2 and 2 3 were moderate kappa 0.583 and 0.512 and 1 3 is substantial kappa 0.716 . There is 40 normal SNA angle on honey group, while only 20 normal SNA angle is found on control group.
Conclusion: Honey oral drops after two flap palatoplasty result good SNA angle of children in almost half of the honey group at the phase of initiation skeletal growth. As the growth of maxilla end up to 20 years old, this result cannot be concluded as final result of maxillary growth. Other effort to make maxillary growth better for cleft palate patient should be reconsidered. New innovation for operative technique can be a major contributing factor in maxillary growth for further study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Inunu
"Latar Belakang: Pertumbuhan nasofaring merupakan hal penting dalam evaluasi keseimbangan komponen velofaringeal dan dapat dievaluasi menggunakan titik acuan sefalometri pada tulang-tulang penyusun struktur nasofaring. Tujuan: Mengevaluasi karakteristik pertumbuhan nasofaring pada kasus celah bibir dan langit-langit pasca pembedahan Metode: pada sefalogram pasien UCLP pasca pembedahan ditentukan titik PMP (maksila posterior), Ho (hormion) dan At (atlas), dan dihubungkan menjadi segitiga nasofaring. Segitiga tersebut diproyeksikan terhadap sumbu vertikal dan horizontal. Hasil proyeksi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan secara longitudinal pada usia 5-7 dan 10-12 tahun. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon. Hasil: titik PMP pada pasien UCLP terletak lebih superoposterior meskipun segitiga tetap tumbuh harmonis Kesimpulan: pasien UCLP memiliki pola pertumbuhan yang harmonis meskipun bagian posterior maksila terletak lebih superoposterior

Background: Nasopharyngeal growth is essential to the functional balance of velopharyngeal component, and could be evaluated from the bony nasopharynx landmark on a lateral cephalogram Purpose: To evaluate the nasopharyngeal growth’s characteristics on the operated UCLP cases Method: The bony nasopharynx landmarks were traced on the cephalogram as PMP (posterior maxillary points), Ho (hormion) and At (atlas), and being interconnected as a nasopharyngeal triangle, and being projected on the vertical and horizontal axis. The projection results were compared between UCLP and control groups and longitudinally at the age of 5-7 and 10-12. The results were analyzed statistically with Mann-Whitney and Wilcoxon tests. Result: PMP points on the UCLP cases were located more superoposteriorly with a harmonious growth of the triangle Conclusion: the operated UCLP patient has a harmonious nasopharyngeal growth despite from the superoposteriorly located PMP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rum
"LatarBelakang: Struktur dentokraniofasial pada anak dengan celah bibir dan langit-langit yang ditangani dengan prosedur bedah, akan mempengaruhi pertumbuhan maksila, namun tidak mempengaruhi struktur dan posisi mandibula. Disproporsional atau kelainan dentofasial dapat terjadi apabila pertumbuhan maksila tidak sejalan dengan pertumbuhan mandibula sehingga untuk mencapai keberhasilan perawatan perlu memperhatikan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada kasus yang diindikasikan perawatan orthodonti disertai bedah orthognatik, dimana waktu dilakukan bedah pada saat pertumbuhan telah selesai. Dalam mengidentifikasi tahap pertumbuhan dapat digunakan beberapa indikator seperti usia kronologis, tinggi dan berat badan, perkembangan gigi geligi dan karakteristik maturasi seksual yaitu menstruasi pada wanita dan perubahan suara pada pria. Indikator lainnya adalah perkembangan skeletal yang umumnya dilakukan melalui pemeriksaan foto radiografik. Penentuan maturasi skeletal dengan mengevaluasi marurasi tulang karpal, sangat membantu untuk menetapkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat.
Tujuan: Untuk menilai tahap maturasi tulang karpal penderita celah bibir dan/atau langitlangit usia 15 - 20 tahun.
Bahan dan Cara : Dilakukan pengambilan rontgen foto karpal tangan kiri pada 25 sampel, hasil radiografi dilakukan analisa dengan maturasi skeletal indeks. Dari data yang didapat dilakukan uji statistik chi-squere.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tahap maturasi tulang karpal pada penderita celah bibir dan langit-langit pada kelompok umur 15-17 tahun, sangat bervariasi. Pada kelompok umur 18-20 tahun, baik lakilaki dan perempuan tahap maturasi skeletal telah selesai. Hasil uji statistik memperlihatkan perbedaan maturasi skeletal yang bermakna antara laki-laki dan perempuan.
Kesimpulan :.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara maturasi skeletal kelompok laki-laki dibandingkan kelompok perempuan pada penderita celah bibir dan/atau langit-langit.

Background : Dentocraniofacial structure in children with cleft lip and palate treated with surgical procedures, will affect the growth of the maxilla, but does not affect the structure and position of the mandible. Disproportionate or dentofacial abnormalities can occur when the growth of the maxilla is not in line with the growth of the mandible so as to achieve treatment success should pay attention to the state of growth and development of children, especially in the case of the indicated treatment with surgical orthodontic orthognatic, where surgery is the time when growth has been completed. In the growth stage can be used to identify some indicators such as chronological age, height and weight, the development of teeth and characteristics of sexual maturation that menstruation in women and in men the sound changes. Another indicator is the skeletal development which is generally done through radiographic examination. Determination of skeletal maturation by evaluating marurasi carpal bones, is helpful to establish the diagnosis and appropriate treatment plan.
Objectives : To assess patients with carpal bone maturation stage cleft lip and/or palate aged 15-20 years.
Material and Method : Hand wrist x-ray image of the left hand on 25 sample, result of radiograph performed analysis with Skeletal Maturation Index (SMI). The data was performed statistical analysis chi-squere test.
Results : The results showed carpal bone maturation stage in patients with cleft lip and palate in the age group 15-17 years, are very varied. In the age group 18-20 years, both male and female skeletal maturation stage has been completed. The test result showed statistically differences in skeletal maturation between male and female with cleft lip and palate on Skeletal Maturation Index (SMI).
Conclusion: From this study it can be conclude that there significant differences male skeletal maturation compared to female of children with cleft lip and palate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Wilona
"Latar Belakang : DPSC dan SHED merupakan sumber sel stromal yang dapat digunakan untuk rekayasa jaringan sebagai alternatif perawatan pasien dengan CLP. Penelitian terdahulu menunjukkan ekspresi gen Homeobox pada DPSC pasien dengan CLP dibandingkan subjek normal. Gen Homeobox merupakan sekelompok gen yang mengkodekan serangkaian domain protein yang berperan dalam proses awal perkembangan dan diferensiasi sel saat embriogenesis. Dalam kelompok homeobox ini, terdapat gen SHOX yang berperan dalam pembentukan kerangka tulang pada tahap embriogenesis. Penelitian ini dilakukan untuk memvalidasi perbedaan ekspresi gen pada kelompok sampel DPSC dan SHED subjek normal dan pasien CLP. Tujuan : Melakukan evaluasi karakteristik sel pada sampel DPSC subjek normal dengan pasien CLP; DPSC dengan SHED pasien CLP. Metode : Menggunakan template RNA dari 3 kelompok sampel yaitu DPSC subjek normal, DPSC pasien CLP, dan SHED pasien CLP. Lalu, sintesis cDNA dan dilakukan metode RT-qPCR untuk melihat ekspresi gen SHOX dari setiap kelompok sampel. Hasil : Tidak terdapat perbedaan ekspresi gen SHOX pada perbandingan kelompok sampel DPSC normal dengan pasien CLP, dan kelompok DPSC CLP dengan SHED CLP. Kesimpulan : DPSC dan SHED subjek normal dan pasien CLP memiliki karakteristik gen SHOX yang sama.

Background : DPSC and SHED are the sources for tissue engineering as an alternative treatment for patients with CLP. Previous studies showing expression of homeobox genes in DPSC of normal compared to CLP patients. Homeobox genes encode a series of protein domains that is involved in the process of development and cell differentiation. There is a SHOX gene involved in the bone skeleton formation during embryogenesis. This study was conducted to validate the differences in gene expression between the sample groups of DPSC and SHED of normal and CLP subjects. Objective : To evaluate the cell characteristics in sample groups of DPSC in normal and CLP subjects; DPSC and SHED in CLP subjects. Methods : Using RNA template of 3 sample groups, namely DPSC of normal subjects, DPSC of CLP subjects. cDNA was synthesized and the RT-qPCR method was used to see the SHOX gene expression of each group. Result : There was no differences in SHOX gene expression in the comparison of DPSC normal with CLP patients, and the DPSC and SHED in subjects with CLP. Conclusion : DPSC and SHED in normal subjects and CLP patients have the same characteristics of SHOX gene."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Safira Anindya
"Celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit merupakan salah satu kelainan kongenital yang memengaruhi regio orofasial. Kelainan ini merupakan cacat lahir orofasial yang paling sering terjadi dengan prevalensi 1:700. Pada beberapa pasien dengan celah bibir dan langit-langit komplit, dapat ditemukan suatu jembatan jaringan lunak yang dapat menghubungkan tepi medial dan lateral dari celah bibir atau nostril, bibir dengan prosesus alveolaris, ataupun menghubungkan prosesus alveolaris yang terpisah, yang biasa disebut dengan soft tissue band. Mekanisme terbentuknya band ini belum diketahui secara pasti. Terdapat tiga tipe soft tissue band, tipe 1 yaitu band yang menghubungkan bibir dengan bibir (band Simonart); tipe 2 band yang menghubungkan bibir dengan alveolar (band oblique); dan tipe 3 band yang menghubungkan antar prosesus alveolar (band alveolar). Penelitian mengenai soft tissue band pada kasus celah bibir dan langit-langit di Indonesia masih sangat sedikit, sehingga penelitian deskriptif retrospektif ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi soft tissue band pada pasien celah bibir dan langit-langit berdasarkan tipe celah di RSAB Harapan Kita periode Januari 2010 Desember 2012. Analisis dilakukan pada 296 rekam medik. Dari 296 pasien celah bibir dan langit langit di RSAB Harapan Kita tahun 2010-2012, ditemukan 30 kasus soft tissue band (10,1%). Pada tahun 2010 terdapat 6 kasus, tahun 2011 terdapat 10 kasus, dan tahun 2012 terdapat 14 kasus. Soft tissue band lebih sering ditemukan pada pasien dengan celah unilateral (10,3%) dibanding pasien dengan celah bilateral (9,5%). Sebanyak 9 kasus soft tissue band ditemukan pada celah bibir dan langit langit unilateral sisi kiri. Berdasarkan tipenya, soft tissue band paling banyak ditemukan pada tipe Simonart (bibir ke-bibir) yaitu 18 kasus (60%), tipe oblique(bibir ke-alveolus ditemukan 10 kasus 33,3%, dan tipe band alveolar alveolus ke-alveolus) ditemukan 2 kasus 6,7%. Berdasarkan variasinya, sebanyak 21 kasus soft tissue band tertutup oleh kulit 70% dan 9 kasus hanya berupa jaringan mukosa atau yang disebut varian subklinis 30%."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Maharddhika
"Latar Belakang: Labioplasti dan palatoplasti merupakan tindakan definitif dalam tatalaksana celah bibir dan langit-langit. Pasca tindakan pembedahan, rata-rata ditemukan konstriksi lengkung gigi dalam arah antero-posterior dan lateral. Tujuan: Mengevaluasi dimensi lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti menggunakan model studi pada usia 5 tahun. Metode: Dilakukan pencetakan model studi rahang atas dan bawah pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti, kemudian dilakukan pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior serta panjang lengkung gigi rahang atas dan bawah. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi lengkung gigi rahang atas antara kelompok kontrol, UCLP dan BCLP. Kesimpulan: Gangguan tumbuh kembang lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti tercermin pada model studi saat pasien berusia 5 tahun

Background: Labioplasty and palatoplasty has been becoming the mainstay of treatment in cleft patients. Dental arch constriction in lateral and antero-posterior direction was among the most frequently encountered feature in the operated cases. Purpose: To evaluate the dental arch dimension of operated UCLP and BCLP cases by using dental cast at five years of age Method: dental arch dimensions were measured from the dental cast of the operated UCLP and BCLP cases. The results were compared between both group and a control group consisted of normal subjects. The statistical analysis was performed with Mann-Whitney and Kruskall-Wallis test. Results: There were statistically significant differences on the upper dental arch dimensions between those groups. The differences were also observed at the lower dental arch but not statistically significant. Conclusion: Dental arch constriction of the operated cases of UCLP and BCLP could be observed from the dental cast at five years of age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Farid Ratman
"Tesis ini membahas tentang pengaruh labioplasti dan palatoplasti terhadap morfologi mandibula sisi cleft dan sisi normal pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral di RSAB Harapan Kita yang berusia 13 tahun atau lebih. Penelitian ini adalah penelitian observasi krosseksional dengan mengukur morfologi dari data CBCT dan membandingkan sisi cleft dan sisi normal. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan signifikan secara statistik pada panjang korpus dan inklinasi frontal ramus antara sisi cleft dan sisi normal. Sisi cleft biasanya lebih kecil daripada sisi normal. Evaluasi CBCT sangat penting untuk dilakukan terutama pada pasien celah bibir dan langit-langit untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya, contohnya osteodistraksi atau orthognatik.

This thesis will discuss about the effect of labioplasty and palatoplasty on Morphology of Mandible on cleft side and non-cleft side in more than 13 years old cleft lip and palate patient at Harapan Kita Hospital. Using Cross sectional observation study by measuring and comparing morphological anatomy on cleft side and non-cleft side with CBCT. Based on statistical analysis showed there is a significant different in corpus length and frontal ramus inclination on cleft side and non-cleft side. it showed that the size is smaller on the cleft side than non-cleft side. CBCT evaluation is important as diagnostic tools for cleft lip and palate patient in order to make further treatment plan, as in osteodistraction or orthognatic surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>