Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Khairi
"Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan setiap perusahaan termasuk jasa bimbingan belajar X harus memiliki keunggulan bersaing sehingga perusahaan akan dapat terus hidup dan berkembang. Keunggulan bersaing jasa bimbingan belajar dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas layanan jasanya. Survey yang dilakukan terhadap pelanggan jasa bimbingan belajar X menunjukkan adanya delapan atribut layanan jasa dengan 50 item yang dinyatakan pelanggan sangat kritis untuk kualitas layanan. Atribut layanan jasa bimbingan belajar X adalah kondisi fisik ruang belajar, suasana ruang belajar, ruang lain, sarana pendukung lain, pegawai, materi, pengajar, dan sistem pengajaran.
Metoda perbaikan performa sederhana Six Sigma digunakan untuk memperbaiki kualitas layanan jasa dengan didasari oleh apakah terdapat pelanggan yang mengalami cacat layanan, yaitu pelanggan menilai layanan yang diberikan tidak memenuhi harapannya. Layanan jasa bimbingan belajar X ternyata memiliki nilai Sigma kecil untuk setiap atribut, artinya jumlah cacat layanan per sejuta kesempatan tinggi dan perbaikan atau peningkatkan kualitas layanan harus segera dilakukan agar pelanggan tidak berpaling ke perusahaan lain. Secara keseluruhan nilai Sigma layanan jasa bimbingan belajar X adalah 1,12422.

In high business competition, every company including education's consulting service X should have competitive advantages so that company can still exist and live grow. Competitive advantages of education consulting service can be improved by doing the service quality improvement. Customer's survey shows that there are eight service attributes with 50 items critical to quality. The service attributes are physical condition of study room, situation of study room, other room, other supporting facility, employee, contents, teacher and teaching system.
Six Sigma performance improvement methods can be used to fix or to improve the service quality with surveying whether customer has defect service or not, which is customer's perception don't meet expectation. Unfortunately education consulting service X have a small Sigma value for every service attribute, which means improvement actions should be done right away. If not, customer will turn to other company that can provide them with good quality service. Sigma value of education consulting service is 1,12422."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T 9922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Khairi Hakikatul Wahyi
"Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan setiap perusahaan termasuk jasa bimbingan belajar X harus memiliki keunggulan bersaing sehingga perusahaan akan dapat terus hidup dan berkembang. Keunggulan bersaing jasa bimbingan belajar dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas layanan jasanya. Survey yang dilakukan terhadap pelanggan jasa bimbingan belajar X menunjukkan adanya delapan atribut layanan jasa dengan 50 item yang dinyatakan pelanggan sangat kritis untuk kualitas layanan. Atribut layanan jasa bimbingan belajar X adalah kondisi fisik ruang belajar, suasana ruang belajar, ruang lain, sarana pendukung lain, pegawai, materi, pengajar, dan sistem pengajaran. Metoda perbaikan performa sederhana Six Sigma digunakan untuk memperbaiki kualitas layanan jasa dengan didasari oleh apakah terdapat pelanggan yang mengalami cacat layanan, yaitu pelanggan menilai layanan yang diberikan tidak memenuhi harapannya. Layanan jasa bimbingan belajar X ternyata memiliki nilai Sigma kecil untuk setiap atribut, artinya jumlah cacat layanan per sejuta kesempatan tinggi dan perbaikan atau peningkatkan kualitas layanan harus segera dilakukan agar pelanggan tidak berpaling ke perusahaan lain. Secara keseluruhan nilai Sigma layanan jasa bimbingan belajar X adalah 1,12422.

In high business competition, every company including education's consulting service X should have competitive advantages so that company can still exist and live grow. Competitive advantages of education consulting service can be improved by doing the service quality improvement. Customer's survey shows that there are eight service attributes with 50 items critical to quality. The service attributes are physical condition of study room, situation of study room, other room, other supporting facility, employee, contents, teacher and teaching system. Six Sigma performance improvement methods can be used to fix or to improve the service quality with surveying whether customer has defect service or not, which is customer's perception don't meet expectation. Unfortunately education consulting service X have a small Sigma value for every service attribute, which means improvement actions should be done right away. If not, customer will turn to other company that can provide them with good quality service. Sigma value of education consulting service is 1,12422.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T41098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marliza
"Nowadays, Industries in this world wide are very competitive. The increasing quality ofa product is the main thing to satisfy the customer. One way to improve the quality of a product is by decreasing costs that came from the defect of a product. One methods which is used and succsed in big company in order to decreasing defects ofa product is Six Sigma. SixSigma found by Motorola Cpmpany in about l98O. Six Sigma method describe step by step with Define Measure Improve Control (DMAIC) way to make company more focus to what their aim to.
In this observation, SixSigma is used in assembly process because many defecs are founded in this Process. The product that being observed are running Nike shoes which will be export to whole continent in this world. The aim of Six Sigma implemention in this Subcontractors Nike are decreasing the amount of defects with knowing the value of sigma and yields as a result of processing the quantitative data. Systematically and conlinously the calculation result the categorize of the company level as an average industiy. From the result of the calculation, analyzing by Six Sigma method will somuch helping to determine Risk Priority Number (RPN) from Failure Modes Electrict Analysis (FMEA) which resulted no quality and inspection standard PT. Pralama Abadi Industri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Sudrajat
"Six Sigma merupakan sebuah metodologi dalam peningkatan kualitas. Tujuan dari Six Sigma adalah untuk menurunkan tingkat cacat dengan mengendalikan tingkat variasi sehingga mendekati kegagalan nol (zero defect). Dalam Six Sigma selain menghilangkan variasi penyebab khusus juga harus memperkecil variasi penyebab umumnya. Six Sigma sendiri merupakan suatu target untuk mencapai 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan, untuk mencapai target tersebut diperlukan metodologi untuk peningkatan kualitas. Metodologi itu disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve dan Control).
Pada penelitian ini, Six Sigma diterapkan untuk menganalisis komponen yang paling banyak cacatnya pada produk pompa angguk, yaitu komponen crank di PT BTU. Komponen crank yang diteliti yaitu komponen crank dengan kode produksi PO72-PO75 dengan pompa angguk tipe 114-119-86 dan PO76 dengan pompa angguk tipe 228-173-100. Pengolahan data dilakukan dengan tools Six Sigma pada tiap fase dari metodologi Six Sigma.
Setelah dilakukan pengolahan data diketahui nilai kapabilitas Sigma keseluruhan yang dihasilkan untuk membuat komponen crank di PT BTU sebesar 3,576378 dab bukau DPMO (Defect Per Million Opportunity) keseluruhan sebesar 18929,5. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan masih jauh untuk menjadi perusahaan kelas dunia yang memiliki kapabilitas pengendalian proses kualitas 5-6 sigma dan menghasilkan DPMO di bawah 100. Nilai kapabilitas sigma dan DPMO dari cacat komponen crank untuk tiap periode waktu produksi, masih bervariasi naik turun sepanjang periode waktu produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pengendalian kualitas komponen crank khususnya belum dikelola secara tepat.
Nilai throughput yield sebesar 92,43 persen berarti bahwa terdapat 8 komponen crank yang berpeluang untuk cacat setiap 100 komponen crank. Jumlah kerugian yang ditanggung oleh PT BTU akibat cacat crank sebesar Rp. 255.117.100,00. Kerugian yang dihitung tsb. tidak termasuk biaya inspeksi, biaya pengujian, biaya audit kualitas, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya kualitas administrasi, biaya kualitas perekayasaan dan biaya kualitas lainnya yang nilainya mungkin jauh lebih besar dari biaya di atas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Darmawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almeida, Kirty
"Six Sigma pertama kali diperkenalkan oleh Motorola di akhir tahun 80-an. Six Sigma adalah suatu strategi peningkatan kualitas yang berbeda dengan program peningkatan kualitas lain, karena Six Sigma memiliki metode DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control), Six Sigma selalu fokus pada pelanggan dan proses, serta yang lebih penting lagi Six Sigma mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Pada penelitian ini, Six Sigma diterapkan pada salah satu produk yang dihasilkan oleh PT X, yaitu tangki frame forklift AXPn yang akan diekspor ke Jepang. Produk ini merupakan produk yang memiliki tingkat keluhan dan claim tertinggi diantara seluruh produk OEM yang dihasilkan. Tujuan diterapkannya Six Sigma adalah untuk mengurangi jumlah cacat (defect) appearance yang terdapat pada produk, sehingga kualitas produk tersebut dapat meningkat. Pengolahan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan menggunakan tools Six Sigma yang terorganisir secara sistematis, sesuai dengan tujuan masing-masing tahap DMAIC, diantaranya yaitu Project Charter, perhitungan sigma, dan Failure Modes and Effect Analysis (FMEA). Untuk mengetahui performa produk saat ini, maka perhitungan nilai sigma dilakukan pada proses internal yang meliputi proses cutting, bending dan welding. Nilai metrik yang diperoleh untuk proses cutting = 2,00s, Yield = 21,4%, bending = 1,65s, Yield = 10,9%, welding = 1,71s, Yield = 12,4%. Nilai sigma dan yield yang dihasilkan sangat rendah, yang menandakan bahwa tingkat cacat atau variasi yang terjadi pada produk cukup tinggi. Pada kondisi saat ini, biaya yang harus dikeluarkan akibat kualitas appearance yang rendah yaitu mencapai JPY 108.376 atau sekitar Rp 8.670.080,00 ( 1 JPY = Rp 80,00).
Dengan analisa Six Sigma, diketahui adanya dua kemungkinan penyebab utama terjadinya cacat, pertama karena kondisi raw material yang sejak awal sudah tidak baik (faktor eksternal), kedua karena proses yang dilalui untuk memproduksi produk tersebut (faktor internal). Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan pengujian raw material oleh pihak ketiga dengan menggunakan mesin/alat yang lebih komprehensif dan juga perlu melakukan perbaikan pada proses internal yang ada, diantaranya memperbaiki alat lifting magnet, memodifikasi dies, dan juga memperbaiki sistem clamping pada jig mesin las.

Six sigma was first introduced by Motorola in the late 80's. Six Sigma differs significantly from other existing quality improvement programs as it has the Define-Measure-Analyse-Improve-Control (DMAIC) methodology, it is constantly focused on two essential factors-customer and process, and the most important that it can be raise profits for the company.
In this research, Six Sigma was applied to Frame Forklift AXPn tank, one of PT X's OEM products exported to Japan, owing mainly to the fact that this particular product held the highest number of complaints and claims compared to the other products. The implementation of Six Sigma was aimed at reducing the number of appearance defects of the product so as to enhance its quality. Both quantitative and qualitative data were processed by means of qualify improvement tools systematically organized according to the goals to be achieved in each step of DMAIC methodology that, among others, included Project Charter, Sigma value calculation, and Failure Modes and Effect Analysis (FMEA). The product's Sigma value calculation was carried out for internal processes comprising culling. bending and welding Metric values acquired for cu1ting process= 2δ with yield of 21, 4%; bending process =1,65 δ with yield of 10,95; welding= 1,7 δ with yield of 12,4%. The relatively low metric values gave lucid indications that the product's deject rate and variations were high. On the as-is basis , the amount of money wasted attributable to low product appearance quality reached approximately JPY 108,376 or equal to IDR 8.670.080,00 (JPY1 = IDR 80,00).
Using Six Sigma analysis, there were two things identified as major possible causes inducing the unexpected defects. The first one was the poor condition of raw material (external factor) while the other one is the erroe taking place during the manufacturing process (internal factor). Additionally, defect perception (i.e. the way one decides whether a product contains a defect), both on quality and quantity, between customers and PT X were not well aigned. Therefore, a raw material comprehensive testing conducted by an independent third party using more reliable testing instruments and improvement efforts on magnet lifting equipments frequently used in manufacturing process, dies modification, could make a good solution to handle that defect problem.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S50095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Budiarti
"Six Sigma merupakan sualu target -yaitu 3,4 Defect Per Mi/Jion Opportunilies- yang memungkinkan karakterisasi kualitas diukur dari persfektif jumlah error atau cacat sebenarnya dibanding total kesempatan terjadinya error atau cacat. Metodologi peningkaum kualitas Six Sigma sebagai sarana untuk mencapai level kualitas Six Sigma dengan berfokus pada problem solving sebuah sistem dlsebut Six Sigma Improvement Framework yang terdiri dari 5 fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Cmurol). Six Sigma berfokus pada pelanggan dan berorientasi pada proses yang berpengaruh pada hasil akhir yang diharapkan. Penelitian ini menganalisis penerapan Six Sigma pada sebuah perusahaan garment PT. X untuk mengurangi banyaknya cacat appearance (jahitan, bentuk, dan warna), dan tingginya tingkat pengerjaan ulang pada produk pakaian jadi. Pengolahan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan menggunakan beberapa fools Six Sigma pada masing-masing tahap DMAIC. Melalui penerapan Six Sigma performa proses cutting dan sewing untuk menghasilkan produk yang bebas cacat dapat terukur, Setelah itu dilakukan analisis terhadap sumber variasi dan penentuan solusi potensial untuk mcmperbaiki pcrforma proses. Penelitian dibatasi pada produk dengan nomor style 148 824 yang mcmiliki ll karakteristik kualitas yang kritis (CTQ). Nilai defect per unit (DPU) yang dihasilkan sebesar 0.608974, dan nilai sigma sebesar 3,095. Nilai throughput yiald yang dihasilkan sebesar 39,!026%. Nilai nilai ini menggambarkan kemampuan..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Hendra Wijaya
"Kualitas adalah elemen terpenting dalam parsaingan dunia bi5ni5 saat ini. Perusahaan yang mampu bersaing adalah perusahaan yang mempunyai proses bisnis yang berkualitas tinggi dan mampu memenuhi keinginan pelanggan Salah satu hal yang sangat eral kaitannya dengan kualitas adalah Six Sigma.
Six Sigma merupakan konsep peningkatan kualitas yang b_Clff0k\lS kepada pemenuhan kebutuhan kritis pelanggan dengan cara mengurangi tingkat cacat. Pemsahaan-perusahaan kelas dunia menjadikan Six Sigma sebagai suatu standar karena kemampuannya untulc mencapai 3,4 cacat per juta peluang-. Six Sigma melakukan S fasc untuk mencapai tingkat kegagalan nol, Define - Measure -Analyze - Improve - Control (DMAIC).
Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba menerapkan konsep Six Sigma melalui 5 fase DMAIC-padaproses bisnis di Departemen Weaving. Penelitian-bertujuan untuk mengurangi tingkat cacat pada kain Grey yang merupakan masalah utama yang sering terjadi pada Departemen ini.
Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa rata-rata proses di Departemen Weaving menghasilkan nilai sigma sebesar 3,71 dengan tingkat Defect Per Million Opportunity sebesar 13.655._ Hasil ini juga sebanding dengan nil i indeks kapabilitas proses sebesar 1,235. Hasil ini dapat menjadi tolak ukur untuk melakukan perbaikan hingga mencapai perusahaan kelas dunia.

In the present day, quality is the most important element in global business competition. Only company that has high quality business process and the ability to satisfy customer's needs could be compete and stay exist. One of' issue that closely related to quality is Six Sigma.
Six Sigma is a quality improvement concept that focused o_n fulfilrnent of customefs critical expectation by reducing the level of defect. Six Sigma becomes a standard for world class company, because its ability to achieve up to 3,4 non conformity per million opportunity. Six Sigma's goal is zero defect which is achieve by performing 5 phase, Define - Measure -Analyze - lm prove - Control (DMAIC).
In this research, Six Sigma will be implemented at Weaving Department by performing 5 phase of DMAIC Its goal to reduce Grey Fabric's Defect Level which are the main problem and frequently-occurred at this Department.
The results of this research pointed that process held at Weaving Department has an average sigma value of 3,71 and the average Defect Per Million Opportunity of 13.655. This result is equivalent to Process Capability Index of 1,235. Management could consider the results to be a baseline for quality improvement to achieve world class company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
"Six Sigma is a quality target of -3,4 Defect Per Million Opportunities- that allows quality characteristic being measured by perspective of total? defects compare to the total' opportunities of defect to occur. Six Sigma quality improvement methodology is coiled Six Sigma Improvement Framework which consist of 5 phases DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control. Sir Sigma focused on customer and oriented to the process which affect the final quality characteristic required on a product. This research analyzed the implementation of Six Sigma in a garment company PT X to reduced the number of appearance defect, and the high number of rework for the clothes product. Quantitative and qualitative data were processed by means of some Six Sigma tools for each phase ofDMA1C_ This research focused on the product with style number 148 824 which has I I critical quality characteristic (CTQ). Metric value acquired : defect per unit (DPDQ = Q603974, and the sigma value = 3, 095. Throughput yield = 39, 1026%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
JUTE-19-1-Mar2005-79
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Kurniawan
"Pertumbuhan pangsa pasar sepeda motor dan suku cadang di Indonesia semenjak krisis ekonomi menunjukan kenaikan yang signifikan. Hal ini telah banyak mengundang masuknya perusahaan manufaktur sejenis dari negara Cina dan Korea Selatan ke dalam kompetisi industri sepeda motor di Indonesia. Tingginya tingkat persaingan ini telah memacu setiap perusahaan manufaktur untuk menjaga kualitas produknya dalam mempertahankan pelanggan setia serta memperbesar pangsa pasar. Berdasarkan hal ini, banyak perusahaan manufaktur mulai memahami pentingnya dilaksanakan peningkatan kualitas berkesinambungan untuk meminimalkan tingkat klaim pelanggan. Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan pendekatan define-measureanalyze-improve-control (DMAIC) Six Sigma. Dengan pendekatan ini, dapat mengukur posisi masalah yang ada sekarang dengan sigma capability, serta perbaikan kapabilitas atau lebih terkenal dengan nama problem solving. Penelitian tentang penerapan Six Sigma pada proses assembly di PT. FSCM ini menghasilkan nilai kapabilitas proses assembly rantai cam sebesar 2,79 sigma. Hal ini menunjukkan proses tersebut masih jauh dari target ideal 6 sigma yang setara dengan 3,4 produk cacat dalam 1.000.000 produksi. Kemudian perbaikan kapabilitas proses tersebut dapat dilakukan dengan identifikasi failure modes dengan diagram Cause Failure Modes Effect dan merencanakan solusi perbaikan terhadap failure modes yang memiliki nilai risk priority number (RPN) terbesar.

The growth of motorcycle and it's component in Indonesian market share after economic crisis has significant. For these reason, many of manufacturing companies from China and South Korea entered in motorcycle industry competition. This high competition has also grown the need of many companies to improve their quality of product to sustain their customer royalty and increase market share. Quality improvement, as the main supporting aspect in manufacturing companies to minimize their customer's complain, also needs to be considered. Quality improvement can be conducted by define-measure-analyze-improvecontrol (DMAIC) Six Sigma approach. This approach will measure the current problem position with sigma capability, also to improve it's capability as well known as problem solving. This study about Six Sigma application in assembly process at PT. FSCM has result 2,79 sigma in sigma capability value. They means this process is still far from the ideal target of 6 sigma where we can say that the _Ccurances 3.4 defect per 1 million opportunity. After that capability improvement can be conducted by failure modes identification with Cause-Failure-Modes-Effect diagram and plan the solution for the highest Risk-Priority-Number of failure modes."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S50424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>