Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82160 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardian Sofwan
"Telkomsel sebagai sebuah operator telekomunikasi seluler besar telah turut serta mengimplementasi layanan 3G WCDMA/HSPA di area Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Teknologi 3G yang ada saat ini hanya HSDPA yang diaktifkan sedangkan HSUPA sebagai komplemennya masih dalam kondisi disabled. Pola trafik dari pelanggan 3G belum sepenuhnya diamati sehingga dapat menemui kesulitan dalam perencanaan bisnis kedepannya. Perkembangan jumlah trafik terutama uplink dan pelanggan yang sedang aktif dalam trafik tersebut diamati maka kondisi throughput pelanggan dapat diketahui apakah mengalami saturasi atau belum sehingga keperluan pengaktifan fitur peningkatan kapasitas uplink melalui teknologi HSUPA dapat dipertimbangkan. Penelitian perhitungan forecasting ini dilakukan dengan menggunakan metode deret waktu (time series method ) terhadap payload trafik uplink dan pelanggan yang sedang aktif di layanan serta barrier dan kelas trafik tertentu saat pengamatan. Sebagai hasil, pola dan rata-rata throughput setiap transaksi uplink pada kondisi masing-masing bearer dapat diketahui.

Telkomsel as a big cellular telecommunication operator already participated in 3G WCDMA/HSPA implementation at Jabodetabek area (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). 3G technology that applied recently today only enable in HSDPA feature meanwhile HSUPA as complement still in disabled condition. Traffic pattern from 3G subscribers have not been fully monitored so it will face difficulty in future business plan. Development amount of traffic especially in uplink and subscribers who active in that traffic can be monitored so user throughput being known wheter on its saturation condition or not thus activating feature for improving uplink capacity through HSUPA technology can be considered. This forecasting research was done by applying time series method to uplink traffic and active subscriber in each barrier and QoS traffic class at the monitoring moment. As result, pattern and average throughput on each barrier can be known."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40939
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Sofwan
"ABSTRAK
Telkomsel sebagai sebuah operator telekomunikasi seluler besar telah turut serta mengimplementasi layanan 3G WCDMA/HSPA di area Jabodetabek (Jakarta , Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Teknologi 3G yang ada saat ini hanya HSDPA yang diaktifkan sedangkan
HSUPA sebagai komplemennya masih dalam kondisi disabled. Pola trafik dari
pelanggan 3G belum sepenuhnya diamati sehingga dapat menemui kesulitan dalam perencanaan bisnis kedepannya. Perkembangan jumlah trafik terutama uplink dan pelanggan yang sedang aktif dalam trafik tersebut diamati maka kondisi throughput pelanggan dapat diketahui apakah mengalami saturasi atau belum sehingga keperluan
pengaktifan fitur peningkatan kapasitas uplink melalui teknologi HSUPA dapat dipertimbangkan.
Penelitian perhitungan forecasting ini dilakukan dengan menggunakan metode
deret waktu (time series method ) terhadap payload trafik uplink dan pelanggan yang
sedang aktif di layanan serta barrier dan kelas trafik tertentu saat pengamatan.
Sebagai hasil, pola dan rata-rata throughput setiap transaksi uplink pada kondisi
masing-masing bearer dapat diketahui.

ABSTRACT
Telkomsel as a big cellular telecommunication operator already participated in
3G WCDMA/HSPA implementation at Jabodetabek area (Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi).
3G technology that applied recently today only enable in HSDPA feature
meanwhile HSUPA as complement still in disabled condition. Traffic pattern from 3G
subscribers have not been fully monitored so it will face difficulty in future business
plan. Development amount of traffic especially in uplink and subscribers who active
in that traffic can be monitored so user throughput being known wheter on its
saturation condition or not thus activating feature for improving uplink capacity
through HSUPA technology can be considered.
This forecasting research was done by applying time series method to uplink
traffic and active subscriber in each barrier and QoS traffic class at the monitoring
moment. As result, pattern and average throughput on each barrier can be known."
2009
T 25903
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veny Elza Susrianti
"Di tengah era persaingan telekomunikasi saat ini, yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah operator yang menawarkan layanan yang sejenis, persaingan yang timbul bukan hanya segi tarif tetapi juga dari segi kualitas. Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi seluler nomor dua terbesar di Indonesia saat ini, PT Indosat mempunyai misi utama untuk selalu mengutamakan kualitas layanan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk selalu meningkatkan layanan seluler yang ada saat ini, khususnya layanan voice dari teknologi 2G, yang merupakan sumber revenue Indosat terbesar.
Untuk mewujudkan hal itu, maka digunakan teknologi AMR sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas layanan voice. Adaptive Multi-rate (AMR) merupakan sistem kompresi yang diterapkan pada teknologi 3G, dimana AMR merupakan sistem kompresi/pengkodean dengan laju kecepatan bit yang berbeda-beda, mulai dari 4,75 kbps sampai 12,2 kbps. Dengan AMR, laju bit pengkodean suara secara terus menerus akan disesuaikan dengan kondisi kanal radio. Penerapan AMR pada teknologi 2G ini dipandang akan menguntungkan Indosat, karena selain dapat meningkatkan kualitas layanan voice yang ada, juga dapat menambah revenue bagi perusahaan.
Dari beberapa analisis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa implementasi AMR pada teknologi 2G adalah layak dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menggunakan proyeksi pertumbuhan trafik moderat, dimana pencapaian trafik adalah 95 % dari prediksi tren trafik, yang didapatkan dari data historikal trafik, diperoleh Internal Rate of Return (IRR) = 18,18 %, Net Present Value (NPV)= Rp. 35.850.078.399,- dan Payback Period (PP) selama dua tahun enam bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi kelayakan bisnis, implementasi AMR ini adalah layak dan dapat diterima serta menguntungkan kepada perusahaan. Proyeksi trafik moderat ini diambil dengan pertimbangan bahwa effort yang dibutuhkan untuk pencapaian tren trafik juga tidak terlalu sulit.

In this telecommunication competition era which is indicated by increasingly number of new operators that offer similar services, the resulted competition not only on tariff perspective but also on service quality. As the second biggest telecommunication company in Indonesia, PT INDOSAT has main mission to always put service quality as the first priority. Since that, it is considerably important to always improve currently running cellular services, especially voice service from 2G technology which is as the main source of revenue for the company.
Taking into action, AMR technology will be utilized as the one of method/way to increase voice services quality. Adaptive Multi-rate (AMR) is a compression/coding system implemented on 3G technology, which has different bit speed, starting from 4,75 kbps to 12,2 kbps. By using AMR, the bit speed of voice coding will be adjusted continously to radio channel condition. The utilization of AMR in 2G technology is considered as an advantage for INDOSAT because it is not just enhancing current voice service quality but also increasing the company`s revenue.
From several previous analysis, it is concluded that the AMR implementation on 2G technology is feasible and gives an advantage to the company. Using moderate traffic growth projection, which has traffic target about 95% from traffic trend prediction, derived from traffic historical data, this analysis shows that Internal Rate of Return (IRR) is 18.18%, Net Present Value (NPV) is Rp 35,850,078,399 and Payback Period (PP) is within two years and six months. From the business feasibility perspective, these result show us that the implementation of AMR is reliable/feasible and acceptable and also profitable for the company. This moderate traffic growth projection is taken with the consideration that the effort needed to reach some traffic trend is not that difficult."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24641
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnhu Ajie Febrianto
"Implementasi Mobile Wimax IEEE sebagai teknologi wireless broadband pertama dari WiMAX menjadi sangat menarik. Khususnya di daerah DKI Jakarta dengan luas wilayah 649.71 km2 dan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Pendekatan dilakukan dengan perhitungan cakupan, kapasitas dan analisa kelayakan penyelenggaraan bisnis. Perhitungan cakupan dan kapasitas menunjukkan bahwa modulation yang digunakan adalah 64 QAM ¾ dengan bandwidth 10 MHz. Dari kesimpulan didapatkan dalam tiga simulasi kondisi pasar pesimis, moderate dan optimis. Analisa NPV hanya kondisi pesimis yang tidak layak yaitu menunjukkan angka negatif. Untuk analisa IRR didapat angka bervariasi mulai dari 29% untuk kondisi pesimis hingga 98% untuk kondisi optimis. Analisa payback period menunjukkan lama waktu kembalinya modal pada kondisi pesimis 6 tahun dan 9 bulan dan waktu tercepat pada kondisi optimis dengan waktu 3 tahun dan 4 bulan. Analisa terakhir yaitu benefit to cost ratio menunjukkan bahwa semua kondisi layak untuk diimplementasikan dengan angka BCR berkisar dari 1,13 hingga 1,72.

Implementation of Mobile Wimax technology as the first wireless broadband technology from WiMAX Group with mobility support would become very interesting. Furthermore it have design in urban metropolitan Jakarta with overall area width 649.71 km2 and number of population approximate 10 million people in the year 2010. A lot of approximation to design this network have been use like coverage planning, capacity planning and finansial analysis to observe how profitable this technology is. Coverage and capacity planning shows that the most appropriate modulation and bandwidth to use is 64 QAM ¾ with 10 MHz of Bandwidth. From the summary chapter we can see this implementation of technology in three different condititions; optimis, moderate and pesimis. NPV analysis shows that pesimis conditition is not recommended cause it shows negative indication. From IRR analysis we get variation from 29% of pesimis condition until 98% for optimis conditition. Payback periode analysis shows that pesimis condition will return capital in 6 years and 9 months and the fastest time from optimis condition in 3 years and 4 month. Last analysis would be BCR analysis shows that all scenarios are suitable for implementation with range of BCR from 1,13 until 1,72."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26248
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnhu Ajie Febrianto
"Implementasi Mobile Wimax IEEE sebagai teknologi wireless broadband pertama dari WiMAX menjadi sangat menarik. Khususnya di daerah DKI Jakarta dengan luas wilayah 649.71 km2 dan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Pendekatan dilakukan dengan perhitungan cakupan, kapasitas dan analisa kelayakan penyelenggaraan bisnis. Perhitungan cakupan dan kapasitas menunjukkan bahwa modulation yang digunakan adalah 64 QAM _ dengan bandwidth 10 MHz. Dari kesimpulan didapatkan dalam tiga simulasi kondisi pasar pesimis, moderate dan optimis. Analisa NPV hanya kondisi pesimis yang tidak layak yaitu menunjukkan angka negatif. Untuk analisa IRR didapat angka bervariasi mulai dari 29% untuk kondisi pesimis hingga 98% untuk kondisi optimis. Analisa payback period menunjukkan lama waktu kembalinya modal pada kondisi pesimis 6 tahun dan 9 bulan dan waktu tercepat pada kondisi optimis dengan waktu 3 tahun dan 4 bulan. Analisa terakhir yaitu benefit to cost ratio menunjukkan bahwa semua kondisi layak untuk diimplementasikan dengan angka BCR berkisar dari 1,13 hingga 1,72.

Implementation of Mobile Wimax technology as the first wireless broadband technology from WiMAX Group with mobility support would become very interesting. Furthermore it have design in urban metropolitan Jakarta with overall area width 649.71 km2 and number of population approximate 10 million people in the year 2010. A lot of approximation to design this network have been use like coverage planning, capacity planning and finansial analysis to observe how profitable this technology is. Coverage and capacity planning shows that the most appropriate modulation and bandwidth to use is 64 QAM _ with 10 MHz of Bandwidth. From the summary chapter we can see this implementation of technology in three different condititions; optimis, moderate and pesimis. NPV analysis shows that pesimis conditition is not recommended cause it shows negative indication. From IRR analysis we get variation from 29% of pesimis condition until 98% for optimis conditition. Payback periode analysis shows that pesimis condition will return capital in 6 years and 9 months and the fastest time from optimis condition in 3 years and 4 month. Last analysis would be BCR analysis shows that all scenarios are suitable for implementation with range of BCR from 1,13 until 1,72."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T40869
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deris Riyansyah
"Kebutuhan pelanggan akan layanan multimedia broadband dengan kecepatan akses yang lebih cepat terus meningkat, bukan tidak mungkin layanan 3G yang ada saat ini sudah tidak dapat lagi memenuhi harapan pelanggannya. Walaupun masih menjadi pertanyaan tentang sampai dimana batasan bentuk layanan multimedia broadband dimasa mendatang, teknologi LTE diharapkan dapat mewadahi memberikan solusi layanan yang terintegrasi baik layanan eksisting maupun layanan masa depan. Implementasi LTE sebagai teknologi wireless broadband akan sangat menarik, khususnya di daerah DKI Jakarta dengan luas wilayah 740,28 km2 dan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa.
Pendekatan dilakukan dengan perhitungan kapasitas dan analisa ekonomi kelayakan investasi penyelenggaraan layanan LTE. Perhitungan kapasitas menunjukan bahwa BTS LTE yang diperlukan di DKI Jakarta adalah sebanyak 455. Pertumbuhan pelanggannya broadband Telkomsel diperkirakan mencapai 7.000 user per bulan, angka churn rate di asumsikan 10%, analisa NPV menunjukan angka positif dan analisa IRR didapat sebesar 52%. Analisa pacback periode menunjukan lama waktu kembalinya modal adalah selama 4 tahun 2 Bulan. Dengan demikian proyek ini layak untuk di implementasikan.

Customer requirement of broadband multimedia services with more high speeds access rise faster, it is not impossible that 3G services now are no longer able to meet the expectations of customers. Although still become a question where is the boundaries of broadband multimedia services in the future, LTE technology expected to facilitate providing integrated service solutions both existing services and future services. LTE implementations as broadband wireless technology will be very interesting, particularly in the DKI Jakarta area with a total area of 740,28 km2 and a population of approximately 10 million people.
The approach done by calculating the capacity, and economic analysis of investment feasibility for LTE services. Capacity calculations show that the LTE base stations required 455 in DKI Jakarta. Telkomsel?s broadband subscriber growth expected to reach 7000 users per month, the rate of churn rate is assumed 10%, NPV analysis shows positive figures and analysis obtained 52% IRR. Pacback analysis showed long periods of time is the return of capital over four years. And 2 Month. Thus this project are feasible to implement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T39603
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaneta Pelangi Dwi Setiati
"Pada penelitian ini diusulkan peramalan trafik jaringan menggunakan Artificial Neural Network dengan model Nonlinear Autoregressive. Model prediksi beban trafik dilakukan dalam tiga skenario yaitu tanpa input eksogen, dengan input eksogen jumlah pelanggan, dan dengan input eksogen jumlah pelanggan dan inflasi. Hasil penelitian dengan nilai MAPE dan MSE terkecil terdapat pada prediksi beban trafik dengan input eksogen jumlah pelanggan. Pada penelitian diprediksi beban trafik hingga l tahun kedepan untuk dapat merencanakan pembangunan dan peningkatan kapasitas node-b/ BTS 3G. Diharapkan dengan melakukan peramalan penggunaan-jaringan-oleh-pelanggan akan menghasilkan estimasi akurat permintaan kebutuhan pelanggan di masa mendatang sehingga organisasi dapat melakukan strategi yang tepat dalam merencanakan peningkatan kapasitas demi menjaga 4aality ofservice.

This research proposed network traffic forecasting using Artificial Neural Network with Nonlinear Autoregressive models. The traffic load prediction model is done in three scenarios: without exogenous input, with the input of exogenous number of customers, and with exogenous inputs the number of subscribers and inflation. The smallest MAPE and MSE values are in the traffrc load prediction with subscribers as exogenous inputs. The traffic load is predicted up to 1 year ahead in order to plan the development and improvement of the capacity of the node-b / 3G base stations. By forecasting the network usage generate by the customer, we expect to have an accurate estimated demand of customer needs in the future so that the organization can perform the right strategy for planning the capacity to maintain the quality of service."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulya Agustin Dwi Andhini
"Penelitian ini membahas secara rinci mengenai alternatif penerapan Model auto regressive integrated moving average (ARIMA) dalam melakukan forecasting terhadap trafik. Model ARIMA dapat digunakan dalam rangka mengurangi deviasi yang sangat besar antara anggaran dan realisasi. Model penganggaran yang digunakan saat ini adalah menggunakan metode judgmental yang mengandalkan keahlian manajer atau Top Management dalam menentukan target RKAP. Terbatasnya keahlian manajer dalam menentukan target anggaran tesebut mengakibatkan deviasi yang besar antara target dan anggaran. Penelitian ini menyarankan kepada Manajemen untuk mengimplementasikan penggunaan model ARIMA dalam melakukan forecasting terhadap trafik maupun variabel lain dalam RKAP.

This study discusses in detail the alternative application of the auto regressive integrated moving average (ARIMA) Model in the conduct of the traffic forecasting. ARIMA model can be used in order to reduce the very large deviations between budget and actual. Budgeting models in use today are using judgmental methods that rely on managers or top management expertise in determining the target (RKAP). Limited expertise of managers in determining proficiency level budget targets resulted in a large deviation between the target and budget. This study suggests the management to implement the use of ARIMA models in the conduct of the traffic forecasting and other variables in the RKAP."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Olive Suryono
"Permintaan akan solusi komunikasi yang cepat, andal, dan adaptif telah meningkatkan minat pada teknologi nirkabel. Sistem komunikasi Free Space Optics (FSO) dan integrasinya dengan High Altitude Platforms (HAPs) menawarkan peluang unik untuk meningkatkan konektivitas. Namun, tantangan muncul dalam mengoptimalkan kinerja sistem di tengah kondisi ketinggian dan cuaca yang bervariasi. Makalah ini melakukan evaluasi komparatif menyeluruh terhadap skema line coding, termasuk NRZ, RZ, Manchester, dan Duobinary, untuk transmisi uplink dalam sistem FSO-HAPs dengan 5G sebagai koneksi backbone di berbagai skenario menggunakan OptiSystem. Hasil menunjukkan NRZ sebagai sistem dengan kinerja terbaik, unggul dalam pengaturan kanal tunggal dan kanal WDM karena kesederhanaan dan efisiensi spektralnya. RZ menunjukkan kinerja optimal, terutama dalam sistem WDM yang mencakup hingga ketinggian 50 km. Adapun implementasi sistem memerlukan perhatian penuh karena kemampuan saat ini mungkin belum memadai untuk berdiri sendiri, terutama dalam kondisi cuaca buruk.

The demand for fast, reliable, and adaptable communication solutions has led to increased interest in wireless technologies. Free-Space Optical (FSO) communication systems with the integration of FSO with High Altitude Platforms (HAPs) presents unique opportunities for enhancing connectivity. However, challenges arise in optimizing system performance amidst varying altitude and weather conditions. This paper conducts a thorough comparative evaluation of line coding schemes, including NRZ, RZ, Manchester, and Duobinary, for uplink transmission in FSO-HAP systems with 5G as backbone connection across diverse scenarios using OptiSystem. Results indicate NRZ as the top performer, excelling in both single channel and Wavelength Division Multiplexing (WDM) setups due to its simplicity and spectral efficiency. RZ demonstrates optimal performance, particularly in WDM systems spanning up to 50 km. Caution is warranted in HAPs deployment, as current capabilities may be insufficient for standalone implementation, particularly under adverse weather conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Soeparma
"Kecenderungan perkembangan teknologi yang mengarah kepada teknologi nirkabel (Wíreles) dengan kemampuan penyaluran data berkecepatan tinggi mendorong para operator telekomunikasi berlomba-lomba memperluas jaringannya, khususnya bagi operator telekomunikasi dengan basis teknologi nirkabel.
Indosat sebagai satu-satunya operator telekomunikasi yang sekaligus menyelenggarakan jasa Selular dan FWA (Fixed Gíreles Access) belum secara optimal memanfaatkan infrastrukturnya untuk pengembangan kedua jasa tersebut. Penggunaan 2 (dua) platform teknologi yang berbeda dalam penyelenggaraan kedua jasa tersebut, yaitu GSM dan CDMA, akan mengakibatkan kompleksitas aspek operasional, pemeliharaan dan pengembangan di masa mendatang. Oleh karenanya penyelenggaraan jasa FWA dan Selular menggunakan satu platform teknologi yang sama dipandang akan menguntungkan Indosat secara jangka panjang.
Terkait dengan hal tersebut, maka dilakukan analisa kelayakan terhadap kemungkinan penggunaan teknologi GSM dalam penyelenggaraan jasa FWA. Analisa dilakukan terhadap berbagai aspek, yaitu:
- Aspek teknologi, yang mencakup tinjauan kemungkinan pemanfaatan teknologi GSM untuk jasa FWA
- Aspek regulasi
- Aspek finansial mencakup analisa kebutuhan dan penghematan capex dan opex, serta analisa terhadap indikator kelayakan bisnis
- Aspek operasional, pemeliharaan dan pengembangan sistem/jaringan di masa mendatang
- Aspek pasar, yang mencakup daya saing dengan kompetitor dalam penyelenggaraan jasa FWA.
Hasil analisa terhadap aspek-aspek di atas menunjukkan bahwa penyelenggaraan jasa FWA menggunakan teknologi GSM layak di implementasikan oleh Indosat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>