Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74449 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuda Setiawan
"Global Mobile Personal Communications by Satelite (GMPCS) merupakan pemanfaatan teknologi satelit yang memungkinkan seseorang untuk melakukan komunikasi antar personal secara bergerak (mobile) via sate/it dengan cakupan global. GMPCS pertama kali diperkenalkan dalam ITU-report sebagai terminologi untuk sistem satelite bergerak yang beroperasi pada frekuensi di atas 1 Ghz dengan slot orbit LEO (Low Earth Orbit) dan MEO (Medium Earth Orbit). Namun perkembangan selanjutnya mengisyaratkan bahwa lingkup pembahasan GMPCS tidak terbatas hanya pada sistem LEO dan MEO saja, tetapi meliputi semua sistem satelit yang digunakan secara langsung ke end user dalam area transnasional, regional maupun global untuk memenuhi layanan baik yang bersifat mobile terminal maupun fixed terminal. Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan "lizasih banyaknya daerah-daerah terpencil, adalah sangat bermanfaat bila ikut berperan serta dalam bisnis GMPCS ini. Sistim GMPCS ini dirasakan sangat perlu dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi dengan cepat dan modern sebagai suatu alat dalam mendukung pembangunan sosial-ekonomi secara merata keseluruh pelosok tanah air. PT Satelindo sebagai salah satu operator telekomunikasi mempunyai peluang untuk mengembangkan bisnis GMPCS ini karena mempunyai Gateway yang bisa dimanfaatkan sebagai alat penghubung antara GMPCS dengan PSTN di Indonesia dan juga dapat memanfaatkan jaringan GSM untuk dapat dual mode."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Setiawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA2975
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kar Ferri Novezar
"Dengan terjadinya kegagalan pada sistim pencatu daya satelit Palapa Cl, maka PT Satelindo dihadapkan pada kenyataan harus melepaskan kepemilikan satelit ini kepada pihak asuransi terhitung sejak 15 Februari 1999. Setelah itu, beberapa masalah muncul seperti terjadinya pengurangan pemakaian transponder yang cukup tajam karena harus dipadatkan dari 2 satelit menjadi 1 satelit yang pada gilirannya menyebabkan occupancy rate satelit Palapa C2 menjadi cukup padat, dan disamping itu berkurangnya kemampuan bisnis satelit PT Satelindo karena tidak lagi mempunyai satelit back-up. Utilisasi transponder yang padat dapat menimbulkan masalah karena disamping banyaknya kemungkinan untuk terjadinya interferensi, juga tidak memberikan kemungkinan bagi direktorat satelit PT Satelindo untuk menambah pelanggan-pelanggan baru dan kecilnya kesempatan untuk melakukan pengembangan usaha.
Dan gambaran situasi satelit saat ini terlihat bahwa kelebihan kapasitas transponder dan pengaruh krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan dalam tarif sewa transponder dan meningkatkan persaingan antar sesama operator satelit di kawasan ini. Dan dari kecenderungan bisnis satelit di kawasan ini terlihat bahwa industri satelit sedang mengalami evolusi dari network oriented menjadi user-oriented, dengan memberikan pelayanan langsung ke ujung pemakai (end-user).
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, dan juga dengan lambatnya pertumbuhan bisnis satelit PT Satelindo serta dengan peluang-peluang bisnis yang muncul, beberapa strategi dapat diambil yang secara umum dibagi atas strategi jangka pendek yang harus dicapai dalam waktu dekat dan strategi jangka panjang yang harus dicapai dalam waktu 3-5 tahun kedepan.
Diantara strategi yang harus diambil dalam waktu dekat adalah : dengan menyusun ulang carrier, digitalisasi, mencari altematif satelit backup, usaha promosi yang lebih agresif, penyesuaian tarif, pengembangan usaha dengan investasi minimum, disamping harus memperkuat lingkungan internal secara keseluruhan.
Sedangkan strategi yang akan dicapai dalam jangka panjang adalah : program satelit baru yang perencanaannya harus disesuaikan dengan permintaan akan jasa-jasa baru dan kecenderungannya, sehingga harus dilakukan beberapa modifikasi dari generasi satelit Palapa C sebelumnya. Dalam strategi jangka panjang ini juga dapat dilakukan pengembangan usaha yang salah satunya dapat ditujukan untuk mendukung program satelit barn dengan menciptakan demand yang lebih banyak akan transponder.

Due to the failure occurring in Palapa CI 's battery system, it became an unavoidable fact for PT Satelindo to release its satellite's ownership to insurance party since 15th February 1999. Since then, some problems appeared into surface such as the drastic decreasing amount of transponder usage due to the process of user's compressing from two satellites into one and the bigger occupancy rate of Palapa-C2 satellite while the capability of PT Satelindo's satellite business seemed decreasing towards satellite back-up case. The full utilization of transponder could cause some problems like the possibility of interference, less opportunities for PT Satelindo to increase new number of customers and business development as well.
Seeing the current situation of satellite business, it seems that the exceeding number of transponder capacity and economic crisis influence have made impact on the decreasing transponder lease tariff and the increasing competition among satellite operators in this Asia-Pacific region. From the trend of satellite business in this region has shown that satellite industry is also having evolution from network-oriented to user-oriented by providing services directly to the end user.
In solving those matters as well as the slow business growth of satellite directorate PT Satelindo along with the appearing business opportunities, some strategies must be taken i.e. generally divided on short-term to be implemented in the near time and long-term to be implemented in 3 - 5 years.
Among strategies to be taken in the near time are : re-arrange carriers, channels digitalization, satellite back-up alternative, aggressive promotion, tariff adjustment, business development with minimum investment, while the entire internal environment must also be strengthened.
While the strategy for long term are : program of new satellite that its implementation must be adjusted with the demand of new services and its trend, therefore, we need some modifications of previous Palapa-C satellite generation. In this long term strategies, we can also expand our businesses which is one of among goals is to support new satellite program by creating more demand on transponder.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Puji Lestari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kar Ferri Novezar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA3055
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Riyanto
"Pada saat bisnis properti lainnya sedang dalam suasana lesu akibat tight money poIicy sebaliknya bisnis apartemen justru sedang dalam keadaan menanjak. Di satu sisi permintaan akan apartemen mencapai jumlah yang besar sedangkan di lain sisi apartemen yang tersedia masih sedikit (terutama di Jakarta), hal tersebut menyebabkan timbulnya peluang bisnis yang menarik.
Setelah kepemilikan bersama dalam sebuah bangunan diatur secara tegas, investasi properti mulai bergairah, saIah satu diantaranya adalah bisnis apartemen. Bisnis apartemenpun kernudian tidak hanya mengenal sistem sewa tetapi juga sistem penjualan strata title dimana sistem ini memungkinkan seseorang untuk membeli/memiliki suatu unit unit apartemen. Bisnis apartemen yang semula merupakan bisnis yang mempunyai resiko tinggi dan waktu pengembalian modal yang panjang (sekitar 8-15 tahun), kini dapat mencapai ?break even point? dalam waktu yang relatif singkat (2-3 tahun). Pasar investasi apartemen yang selama puluhan tahun terakhir ¡ni tidur nyenyak, kmh rnendadak bangun dan bergerak cepat Dalam waktu singkat teadi penambahan suplai apartemen baru sampai lebih dan 2000 unit. Sebagian besar diantaranya selesai dibangun akhir tahun 1993 atau awal tahun 1994. Akibatnya setelah melewati tahun 1995 ada kemungkinan over supply. Dengan makin meningkatnya potensi pasar yang diikuti oleh makîn banyaknya pelaku bisnis yang masuk ke dalam bisnis apartemen ¡ni mengakibatkan persaingan akan Semakn ketat. Bisnis apartemen merupakan bisnis jasa . dimana kepuasan konsumeri ditentukan oleh hal-hal yang tidak mudah dihitung, maka perusahaan harus bertindak proaktif dengan cara menciptakan suatu keunggulan bersaing yang dapat menjadi faktor kunca dan keberhasilan. Dengan kata lain produk yang däiasilkannya harus rnemilikj fluai tambah dibandingkan dengarl produk pesaing, terutama dalam menghadapi kemungkinan over supply.
Kunci sukses lainnya untuk pengusaha dalam bisnis aparternen yang harus menjadi perhatian adalah faktor lokasi yang strategis, dengan akses yang dekat dengan pusat bisnis, pusat perbelanjaan dan kegiatan sehari-hari.
Golf Hall Terrace yang merupakan obyek dan studi kasus dalam karya akhir ini merupakan produk yang merniliki banyak kelebihan, yaltu lokasi yang nyaman dengan pemandangan langsung kelapangan golf bertaraf intemasional, dekat dengan
pusat perbelanjaan, lokasi yang prestisius, rumah sakit, sekolah, juga fasilitas yang prima dan Golf Hill Terrace. Keunggulan utama dan Golf Hill adalah akses lalu lintas yang
cepat ke tempat-tempat yang penting. Meskipun lokasinya tidak begitu dekat dengan tempat kerja, namun hal tersebut dapat ditutupi dengan akses lalu untas yang cepat.
Seteiah keberhasilan Brasali sebagai developer daril Golf Hill, kemungkinan besar dalam pandangan konsumen timbul image bahwa Brasali adalah developer untuk apartemen-apartemen yang merniliki nilai tambah tersendin. Hanya saja untuk mengulang kesuksesan dan Golf Hill bukanlah hal yang mudah. Pada saat ini mencan lokasi yang setara dengan lokasi Golf Hill sudah sangat sulit.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Munadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA3032
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ikhsan Sobirin
"Bisnis MLM merupakan salah satu cara atau metode dari penjualan langsung (direct selling) melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh tenaga penjual/member/distributor yang independent yang terstruktur dalam tingkatan- tingkatan yang berbeda. Tenaga penjual tersebut kemudian membangun jaringannya dcngan merekrut, memotivasi, mensuplai, melatih downline mereka untuk memperkenalkan barang atau jasa tertentu kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut dan bcluja berdasarkan komisi dan bonus yang dihasilkan dari penjualan produk dan bukan dari hasil perekrutan/referensi anggota Penjualan langsung ini dideflnisikan sebagai penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara langsung ke individu-individu tertentu di rumah dan tempat kerja mereka, melalui transaksi yang dilakukan oleh si penjual (Clothier, 1992). Penjualan pribadi (penjualan personal) merupakan suatu bentuk interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih dengan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan (Cravens,1994). Untuk itu dalam bisnis MLM, kinerja mitra usaha sangatlah penting untuk diperhatikan, dalam hal ini menarik bagi peneliti untuk meneliti topik analisis faktor-faktor pendukung terhadap kinerja mitra usaha CNI dalam pengembangan bisnis MLM-. Penelitian ini mengacu pada model yang dibuat oleh peneliti atas dasar survei wawancara terhadap 30 orang mitra usaha CNI dari berbagai posisif jenjang prestasi, dimana hasilnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh faktor utama yang mempengaruhi kinerja mereka yaitu kualitas produk, sistem komisi, jenjang prestasi, pelatihan, RPU, downline dan upline_ Dan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 responden.
Untuk menguji kerangka konseptual, regresi dimana variabel indikator diolah adalah dengan menggunakan SPSS 12. Peneliti kemudian menganalisis variabel apa yang memberikan pengaruh signifikan dan tidak signifikan terhadap kinerja mitra usaha CNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk, RPU (Rencana Pengembangan Usaha), downline dan upline memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja miua usaha CNI. Sedangkan sistem komisi, sistem jenjang prestasi dan pelatihan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja mitra usaha CNI. Maka dengan perbedaan ini, peneliti mencoba merumuskan beberapa upaya/solusi yang dapat ditempuh oleh CNI. Selain itu, peneliti juga mengajukan beberapa saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar lebih representatif.

MLM is a marketing method that makes use of direct selling through a network of independent salespersons structured in different levels. These independent salespersons (members/distributors) are encouraged to build and manage their own sales force by recruiting, motivating, supplying, and training others (downline) to sell products. They earn commissions from what they sell, as well as a certain portion of the commissions from the sales of their downlines, a reward for their effort in expanding the overall network of salespersons for the company. To a MLM company, these salespersons disregard of their levels are collectively called Business Partner (Mitra Usaha). This direct selling is defined as selling goods or services that are conducted directly to certain individuals in their house or their ofiice through transactions accomplished by the seller (Clothier, 1992). Personal selling is a form of direct interaction with a potential buyer or more by performing a presentation, answering question, and receiving order (Cravens, 1994). For a MLM company, the performance of business partner is a key factor of business success and there for it is an important parameter to monitor in the management of MLM network. In this case, it is interesting for the Researcher to research the topic for analyzing the supporting factors towards the performance of CNI business partner in developing MLM business. This research referred to a model that was developed by the Researcher based on an interview survey towards 30 CNI business partners from variable positions/achievement path where the results were concluded that there are seven main factors t.hat influence their cooperation which are product quality, commission system, achievement path, training, RPU, dovm-line and up-line. And total respondent in this research are 100 respondents.
In order to evaluate the conceptual tiamework, the variable indicator processed by using regression in SPSS 12. Then, the Researcher analyzed which variables that gave the significant influence and which not significant towards the CNI business partner performance. The result of the research showed that the product quality, RPU (Rencana Pengembangan Usaha / Business Development Plan), down-line and up-line give significant influence towards the improvement of CNI business partner performance. Meanwhile the commission system, achievement path and training are not giving significant influence towards the improvement of CNI business partner performance. Therefore, with these differences, the Researcher attempts to fonnulate several efforts/solutions that could be attained by CNI. Instead of that, the Researcher also provides several recommendations for subsequently researches that could be more representative.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>