Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ega Dyas Nindita
"Taman Sari merupakan sebuah taman yang dibuat di masa Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). Hal yang kerap muncul di benak orang mengenai Taman Sari adalah sebuah tempat di mana seorang sultan memilih satu dari para selir yang berendam di kolam untuk kesenangan pribadinya. Kolam tempat para selir berendam sembari dipilih oleh sri sultan berada di sebuah bagian dari Taman Sari, yaitu Pasiraman Umbul Winangun. Pertanyaan yang muncul adalah: betulkah Pasiraman Umbul Winangun merupakan tempat di mana para selir berperan sebagai obyek bagi si sultan? Betulkah pasiraman tersebut merupakan sebuah ruang profan? Apa yang sebenarnya terjadi di pasiraman tersebut? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dilakukan penelitian yang melibatkan studi literatur, observasi langsung di lapangan, wawancara, serta interpretasi. Periode yang difokuskan pada penelitian ini adalah Taman Sari di masa Sultan Hamengkubuwono I (pertengahan abad ke-18), karena masa itulah masa awal keberadaan Taman Sari dengan Pasiraman Umbul Winangun nya. Diskusi mengenai ruang dan gender yang selama ini banyak dijumpai lebih fokus pada kasus atau asumsi yang terjadi di dunia Barat. Terdapat perbedaan cukup mendasar antara kasus yang terjadi di Barat dan yang terjadi di Timur. Sebagai contoh kasus dalam tesis ini, wanita Jawa bukanlah wanita Eropa masa Victoria. Kajian terhadap aspek budaya Jawa, serta kaitannya dengan pandangan kosmologis Jawa, mengindikasikan adanya kesetaraan posisi antara pria dan wanita. Bagaimana Pasiraman Umbul Winangun ditempatkan pada kompleks Taman Sari juga mengindikasikan kesetaraan tersebut. Hasil analisis saya menemukan bahwa posisi Pasiraman Umbul Winangun tepat berada di sebuah persimpangan, di mana dua buah axis, axis yang dilewati oleh Sultan (Utara-Selatan) dan axis yang dilewati oleh klangenan (Timur-Barat), saling bertemu. Sumbu dari suatu perempatan memiliki makna sakral bagi banyak kebudayaan di Nusantara, tak terkecuali Jawa. Terkait dengan itu, kesetaraan peran antara Sultan dan klangenan di Pasiraman Umbul Winangun terindikasikan. Dari situ disimpulkan bahwa ruang pada pasiraman tersebut bukanlah ruang yang bersifat pria-sentris.

Taman Sari is a garden founded during the reign of Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). What comes up in mind when Taman Sari is mentioned is a place where the sultan chose one of his klangenans (concubines), who were in the pools, for his personal pleasure. The pools where the concubines bathed prior getting chosen by the sultan are located at a part of Taman Sari: the Pasiraman Umbul Winangun. Questions then came up: is it true that Pasiraman Umbul Winangun was a place where the concubines acted as objects for the sultan? Is the pasiraman (bathing place) really a profane space? What did really happen at the pasiraman ? In order to answer these questions, a research was conducted, involving literary studies, field observation at Taman Sari, interviews, and interpretation. The research focused on Taman Sari during the time of Sultan Hamengkubuwono I (mid 18th century), for it is the initial period of Taman Sari?s presence with its Pasiraman Umbul Winangun. Most discussions on space and gender tend to touch upon Western cases, or assumption of such cases. There is a basic difference between Western and Eastern cases in such subject. In the case discussed in this thesis, Javanese women were not European women of Victorian era. Studies on aspects of Javanese culture, with their relation to Javanese cosmological view, indicate that women were not that inferior to men. The manner in which Pasiraman Umbul Winangun is located within Taman Sari complex also indicates such lack of inferiority; My analysis found that the position of Pasiraman Umbul Winangun is located at the crossing where two axes?the one passed through by the Sultan (North-South) and the one passed through by klangenans (East- West)?meet. Such crossing has a sacred meaning in many cultures of Indonesia, including in Java. In relation to that, equality in roles between the Sultan and the klangenans is indicated. Based on this, it is concluded that the pasiraman was not a phallus-centric space."
2010
T40871
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Egadyas Nindita
"Taman Sari merupakan sebuah taman yang dibuat di masa Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). Hal yang kerap muncul di benak orang mengenai Taman Sari adalah sebuah tempat di mana seorang sultan memilih satu dari para selir yang berendam di kolam untuk kesenangan pribadinya. Kolam tempat para selir berendam sembari dipilih oleh sri sultan berada di sebuah bagian dari Taman Sari, yaitu Pasiraman Umbul Winangun. Pertanyaan yang muncul adalah: betulkah Pasiraman Umbul Winangun merupakan tempat di mana para selir berperan sebagai obyek bagi si sultan? Betulkah pasiraman tersebut merupakan sebuah ruang profan? Apa yang sebenarnya terjadi di pasiraman tersebut?
Untuk menjawab penanyaan-pertanyaan tersebut, dilakukan penelitian yang melibatkan studi literatur, observasi langsung di lapangan, wawancara, serta interpretasi. Periode yang difokuskan pada penelitian ini adalah Taman Sari di masa Sultan Hamengkubuwono l (pertengahan abad ke-18), karena masa itulah masa awal keberadaan Taman Sari dengan Pasiraman Umbul Winangunnya. Diskusi mengenai ruang dan gender yang selama ini banyak dijumpai lebih fokus pada kasus atau asumsi yang terjadi di dunia Barat.
Terdapat perbedaan cukup mendasar antara kasus yang terjadi di Barat dan yang terjadi di Timur. Sebagai contoh kasus dalam tesis ini, wanita Jawa bukanlah wanita Eropa masa Victoria. Kajian terhadap aspek budaya Jawa, serta kaitannya dengan pandangan kosmologis Jawa, mengindikasikan adanya kesetaraan posisi antara pria dan wanita. Bagaimana Pasiraman Umbul Winangun ditempatkan pada kompleks Taman Sari juga mengindikasikan kesetaraan tersebut.
Hasil analisis saya menemukan bahwa posisi Pasiraman Umbul Winangun tepat berada di sebuah persimpangan, di mana dua buah axis, axis yang dilewati oleh Sultan (Utara-Selalan) dan axis yang dilewati oleh klangenan (Timur-Barat), saling bertemu. Sumbu dari suatu perempatan memiliki makna sakral bagi banyak kebudayaan di Nusantara, tak terkecuali Jawa. Terkait dengan itu, kesetaraan peran antara Sultan dan klangenan di Pasiraman Umbul Winangun terindikasikan. Dari situ disimpulkan bahwa ruang pada pasiraman tersebut bukanlah ruang yang bersifat pria-sentris.

Taman Sari is a garden founded during the reign of Sultan Hamengkubuwono I (l755-l792). What comes up in mind when Taman Sari is mentioned is a place where the sultan chose one of his klangenans (concubines), who were in the pools, for his personal pleasure. The pools where the concubines bathed prior getting chosen by the sultan are located at a part of Taman Sari: the Pasiraman Umbul Winangun.
Questions then came up: is it true that Pasiraman Umbul Winangun was a place where the concubines acted as objects for the sultan? ls the pasiraman (bathing place) really a profane space? What did really happen at the pasiraman? In order to answer these questions, a research was conducted, involving literary studies; field observation at Taman Sari, interviews, and interpretation. The research focused on Taman Sari during the time of Sultan Hamengkubuwono I (mid l8"? century), for it is the initial period of Taman Sari's presence with its Pasiraman Umbul Wimangun.
Most discussions on space and gender tend to touch upon Western cases, or assumption of such cases. There is a basic difference between Western and Eastern cases in such subject. In the case discussed in this thesis, Javanese women were not European women of Victorian era. Studies on aspects of Javanese culture, with their relation to Javanese cosmological view, indicate that women were not that inferior to men. The manner in which Pasiraman Umbul Winangtm is located within Taman Sari complex also indicates such lack of inferiority;
My analysis found that the position of Pasiraman Umbul Winengun is located at the crossing where two axes-the one passed through by the Sultan (North-South) and the one passed through by klangenans (East-West)--meet. Such crossing has a sacred meaning in many cultures of Indonesia, including in Java. In relation to that, equality in roles between the Sultan and the klangenans is indicated. Based on this, it is concluded that the pasiraman was not a phallus-centric space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27628
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. S. Dwidjasaraja
"Buku ini menguraikan tentang petilasan Taman Sari di Yogyakarta. Diawali dengan peta Taman Sari dan nama-nama bangunan di Taman Sari, kemudian dibahas mengenai siapa yang mendirikan Taman Sari."
Yogyakarta: Sakti, [date of publication not identified]
BKL.0507-LL 52
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta: Pusat Kebudayaan Jawa Tengah Sasonomulyo Baluwarti, 1975
899.26 TAM (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Vincentiya
"Skripsi ini mengenai hubungan antara aktor, dalam konteks ini antara stranger dengan stranger, dan aktor dengan lingkungan sekitarnya.  Dengan adanya perubahan makna dari stranger yang awalnya stranger adalah, orang yang tidak termasuk dalam lingkungan tempat seseorang tinggal, menjadi orang lain yang memiliki kesamaan umum dengan seseorang tersebut. Karena, sekarang kita berada pada tahap appearance dari spectacle, yang mana kita akan menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat atau tampak, skripsi ini menggunakan teori coding appearance, yang mana aktor akan beraktivitas berdasarkan tiga hal, yaitu: lokasi (location), appearance, dan sikap (behavior). Para aktor ini akan bersikap dan membawa properti menyesuaikan dengan ruang publik (lokasi), sebaliknya ruang publik juga dapat memengaruhi aktor dalam bersikap dan properti yang dibawa. Lalu, interaksi yang terjadi antar-stranger dalam ruang publik ini dapat terlihat dari keberadaan shield of privacy yang tidak bisa dilihat secara fisik namun, dapat diukur secara keruangan.

This study focusing in the relationship between actor, in this context stranger with stranger, and actor with the surrounding. Stranger then was categorized by those who did not live in someons living territory, and now stranger categorized as the people who have the same commonness with someone. With the state of appearance in spectacle, where we judge based on what we see (what appear in front of us), this study mainly use the theory about coding appearance, where actor will act based on three things: location, appearance, and behavior. They behave (behavior) and bring property (appearance) as what supposed in that public space (location), also the public space may affect the behavior and appearance of the actor. In the same location, interaction between stranger could be seen in the existence of shield of privacy, that is not physical but it is there with a measurement in space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Karunia Illahi
"ABSTRACT
Skripsi ini dibuat untuk membahas bagaimana motivasi pelanggan Taman Sari Royal Heritage Spa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan pengamatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi yang mendasari pelanggan Taman Sari Royal Heritage Spa melakukan perawatan ialah kebutuhan akan relaksasi dan penyegaran dari rutinitas sehari-hari, perawatan badan, menghargai tubuh, ingin tampil bugar, serta panjang umur dan awet muda. Motivasi tersebut dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan budaya informan seperti keluarga, pendidikan, dan pekerjaan. Perawatan yang dilakukan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga. Informan dengan pekerjaan padat termotivasi untuk relaksasi dan penyegaran dari rutinitas kesehariannya. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi membuat adanya kesadaran untuk menjalani gaya hidup sehat agar selalu tampil bugar sekaligus penghargaan terhadap tubuh. Pekerjaan yang bersinggungan dengan publik membuat informan termotivasi selalu merawat badan untuk tetap tampil bersih, enak dilihat dan awet muda.

ABSTRACT
This thesis discuss customer s motivation of Taman Sari Royal Heritage Spa. This research use qualitative method through in depth interview and observation. The found of the research show that customer s motivation of Taman Sari Royal Heritage Spa is the needs of relaxation and refresh from daily routine, body treatment, self reward, desire to look fit and having a long life and stay young. These motivations are influenced by informan s social and cultural background such as family, education and occupation. Treatments activities are supported by the family. Informant with high pressures of work want to get relax and refresh from daily routine. Well educated informant aware to have healthy life style to always look fit. Occupation in public sector makes informant go to spa in order to good looking and stay young."
2016
S66808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
": Street space, as a form of public space, accommodates various activities. Jenderal Sudirman Street in Salatiga is an example of a main street downgraded to a lesser classification because it has to accommodate accumulating function and activities. This condition has a direct bearing on the development of the physical Setting of formal activities on the street space. Informal act ivities emerge as a response of space user to the existence of establish formal activity Setting. Predominant commercial function, especially traditional markets, give rise to informal activities in the form of street vendors and its internodes. Limited high-value street space causes conflict among its users. The aim of this research is to formulate types of relationship among formal and informal activity in the street space than describe element which interconnected based on type of relationship . This can be achieved by identifying factors influencing the relationship between behavior of informal activities and formal physical Setting. The method applied by this research is behavioral mapping. This method applies a mapping technique called Placed Centered Map to identify the pattern of various activities happening at an activity node and another mapping technique, Person Centered Map, which identifies the pattern of a street user character dynamically along the street space which function as public space. This method can be used to describe specific human needs at the physical Setting depending on local behavior. Relationship between growing informal an formal activities developing in the same street space will be interconnected an mutually influencing, especially in character, intensity an the physical Setting of street vendors as informal activity. This research has found different types of relationship, interconnected elements and relational pattern between formal and informal activities at Jenderal Sudirman Street, Salatiga. The research focuses on the relationship between traded commodities and the street vendors motivation. In conclusion, four types of relationship were established : same commodity relationship, complementary commodity relationship, neutral commodity relationship and no relation with no street vendors in the area. Elements which interconnected from each type of relationship are fixed element that are pedestrian ways, building character and building set front ; semi fixed elements that are display and drop off area ; and non fixed elements that are pedestrian intensity, speed of vehicle and internodes. This research also found various factors which influence the relationship that are concentric commercial area such as traditional market as main activity nodes, linier commercial area such as shop matters will be attract ed people to walk along the street, access to the building block area, operational time of formal activity, various street users, building physical character and achievable distance for pedestrian."
2008
720 JAP 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kurniawan
"Dalam tesis ini penulis ingin menunjukkan kegiatan pelacuran bertaraf kelas menengah yang terjadi di kawasan Taman Sari Jakarta Barat. Kegiatan pelacuran yang terjadi di kota Jakarta khususnya di kawasan Taman Sari mulai merebak sekitar tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada masa itu banyak para wanita dari berbagai daerah datang ke kawasan ini dalam rangka mencari nafkah dengan rnenjadi pelacur. Karena perkembangan jaman dan teknologi, maka berkembang pula kegiatan pelacuran dalam berbagai sifat, bentuk dan tingkatannya. Tak terkecuali di kawasan Taman Sari ini yang semakin hari semakin bertambah marak dengan berdirinya berbagai tempat pelacuran berkedok tempat hiburan seperti Panti-panti Pijat, Pub dan Karaoke. Tak mengherankan kalau di kawasan ini dapat dikatakan merupakan kompleks pelacuran bertaraf kelas menengah. Maraknya kegiatan placuran di kawasan ini salah satu penyebabnya adalah tidak tersentuhnya kawasan pelacuran ini dari kegiatan operasi razia yang dilakukan pihak Kepolisian dan Dinas Sosial Pemda DKI Jakarta. Disinyalir kegiatan pelacuran di kawasan ini mendapat bekingan dari para oknum yang memanfaatkan kegiatan pelacuran sebagai penghasilan tambahan yang menggiurkan.
Permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam tesis ini meliputi kegiatan pelacuran kelas menengah di kawasan Taman Sari, pola hubungan antara oknum, germo dan agen serta lingkungan sekitarnya, juga tindakan dan penanganan yang dilakukan oleh Polsek Metro Taman Sari.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi, dengan pendekatan kualitatif yaitu mernpelajari dan menganalisis gejala serta pola hidup dan budaya obyek. Sedangkan mengenai penggalian datanya menggunakan teknik pengamatan terlibat, wawancara dan kajian kepustakaan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan pelacuran yang terjadi di kawasan ini menggambarkan adanya hubungan Patron Klien antara germo, pelacur, agen dan oknum yang terlibat. Karena hubungan yang selalu ditekankan pada alur timbal balik yang membentuk tatanan sosial yang saling menjaga dan memelihara, maka kegiatan pelacuran yang terjadi di kawasan Taman Sari ini terus bertahan dan berkembang bahkan luput dari adanya usaha pihak-pihak tertentu yang menginginkan penutupan lokasi ini."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyono
"Tesis ini membahas tentang strategi dan kebijakan penanganan yang dilakukan oleh Polsek Metropolitan Taman Sari terhadap PSK asing di wilayah Taman Sari, Jakarta Barat. Perhatian utama dalam kajian tesis ini adalah bentuk penanganan yang dilakukan oleh Polsek Metropolitan Taman Sari terhadap keberadaan PSK asing dan tempat hiburan penyedia PSK asing di kawasan Taman Sari selama ini adalah dengan metode pengayoman. Pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode etnografi. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, pengamatan terlibat dan wawancara berstruktur dan tidak berstruktur.
Hasil penelitian menunjukan:
1) para PSK asing yang melakukan praktek prostitusi di kawasan Taman Sari scat ini hanya terdiri dari PSK asing yang berasal dari China, walaupun pada awal maraknya PSK asing juga terdapat PSK dari negara lain seperti Uzbekistan, Rusia, Thailand dan Vietnam;
2) para PSK asing tersebut merupakan korban dari haficking in person yang dilakukan oleh sebuah sindikat yang yang bekerja sangat rapi dan profesional serta mempunyai jaringan baik di dalam dan di Iuar negeri;
3) Polsek Metropolitan Taman Sari dalam menindak dan menangani para PSK asing dan tempat hiburan penyedia PSK asing hanya sebatas pengayoman, walaupun nyata-nyata mereka adalah pelanggar hukum;
4) adanya subsidi dan kontribusi yang diberikan oleh manajemen tempat hiburan kepada jajaran Polsek Metropolitan Taman Sari menyebakan Polsek Metropolitan Taman Sari dihadapkan pada kondisi dilematis, karena disatu sisi Polsek Metropolitan Taman Sari merupakan bagian dari Poin yang bertugas sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, disisi lain para PSK asing tersebut merupakan pelanggar hukum yang perlu mendapatkan penanganan dan penindakan;
5) tidak dilakukannya penanganan dan penindakan terhadap keberadaan para PSK asing dan tempat tempat hiburan penyedia PSK asing di kawasan Taman Sari oleh Polsek Metropolitan Taman Sari terkait adanya pemberian subsidi yang dilakukan oleh manajemen tempat hiburan penyedia PSK asing dapat dikategorikan sebagai tindakan diskresi kepolisian yang bentuknya pasif.
Implikasi kajian dari tesis ini adalah:
1) perlu adanya peningkatan koordinasi antar instansi terkait seperli Kepolisian, Ditjen Imigrasi dan Dinas Pariwisata;
2) untuk masa-masa mendatang penanganan dan penindakan terhadap keberadaan PSK asing dan tempat hiburan penyedia PSK asing harus lebih dioptimalkan;
3) perilunya komitmen yang tinggi dari Polsek Metropolitan Taman Sari dalam menangani keberadaan PSK asing dan bentuk¬bentuk kegiatan yang dilakukannya;
4) perlunya penindakan yang lebih tegas kepada para pelaku traficking in person yang nyata-nyata merupakan pensuplai utama para PSK asing ke wilayah Taman Sari;
5) perlunya merekrut personal Paid yang memiliki dan menguasai bahasa Mandarin, atau penyidik yang saat ini ada dikursuskan bahasa Mandarin, sehingga apabila ada penyidikan terhadap para PSK asing yang tidak menguasai berbahasa Inggeris, maka proses penyidikan tidak perlu didampingi oleh penterjemah bahasa Mandarin yang secara tidak langsung akan mengurangi beban biaya yang dikeluarkan;
6) perlunya peningkatan kesejahteraan para persanil Palri, sehingga diharapkan dalam melaksanakan tugasnya benar-benar dilandasi dengan nilai-nilai moral sehingga dapat memenuhi apa yang diharapkan masyarakat;
7) perlu ada pemikiran kawasan Taman Sari dapat dijadikan sebagai lokalisasi resmi praktek prostitusi atau dapat dicarikan alternatif lain seperti pemindahan lokasi kegiatan prostitusi di suatu lokasi tertentu misalnya di salah satu pulau di Kepulauan Seribu.

This thesis discusses concerning handling strategy and policy conducted by Precinct Police Station Taman Sari toward foreign commercial sex workers in the area of Taman Sari, West Jakarta. The main concern in this thesis study is the handling form conducted by Precinct Police Station Taman Sari toward the existence of foreign commercial sex workers and entertainment clubs providing commercial sex workers in the area of Taman Sari during the time is by protecting method. The approach used is qualitative method with ethnography method. The data collection conducted through observation, participatory observation and structured and non structured interviews.
The research results indicate:
1) the foreign commercial sex workers conducting prostitution practices in the area of Taman Sari at present only consist of foreign commercial sex workers coming from China, though initially the increasing foreign commercial sex workers also came from other countries such as Uzbekistan, Russia, Thailand and Vietnam;
2) the foreign commercial sex workers are the victims of trafficking in person conducted by a syndicate working in very neat and professional way and has network both in home and abroad;
3) Precinct Police Station Taman Sari in enforcing and handling the foreign commercial sex workers and entertainment clubs providing foreign commercial sex workers only limited in protection, though apparently they are the law violators;
4) existing subsidy and contribution given by entertainment dubs management to the staffs of Precinct Police Station Taman Sari leading to Precinct Police Station Taman Sari is faced to dilemmatic conditions, as on one hand, Precinct Police Station Taman Sari is part of National Police assigned as protector and servant of public, on the other hand the foreign commercial sex workers are the violators of law needing handling and enforcing;
5) no handling and enforcing toward the existence of the foreign commercial sex workers and entertainment sport providing the foreign commercial sex workers in the area of Taman Sari by Precinct Police Station Taman Sari related to the subsidy contributed by the management of entertainment spots management providing the foreign commercial sex workers can be categorized as discretion acts by police in passive form.
Study implications of this thesis are
1) It needs coordination improvement among the relevant institutions like Police. Directorate General of Immigration and Tourism Agency;
2) in the future the handling and enforcing toward the existence of foreign commercial workers and entertainment spots providing foreign commercial sex worker should be more optimized;
3) it requires high commitment from Precinct Police Station Taman Sari in handling the existence of foreign commercial sex workers and forms of acts it implements;
(4) it needs more decisive measure against the trafficking in person perpetrators who apparently are the main suppliers of the foreign commercial sex workers in the area of Taman Sari;
5) it is necessary to recruit Police personnel possessing and mastering Mandarin language, or existing investigators presently should be sent to attend Mandarin language course, so if they deal with the investigation to the foreign commercial sex workers who do not master English language, then the investigation processes do not need to be accompanied by Mandarin language interpreter which indirectly would reduce charges to pay;
6) it requires Police personnel welfare improvement so it is expected in conducting their duties truly based on moral values so they can meet that the people expect from them;
7) it requires thought that Taman Sari area could be made as legalized prostitution practices or other alternative could be sought such as the relocation of the prostitution activity location in a certain area for example a island in Kepulauan Seribu."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>