Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Haski Apriliandi
"Pemeliharaan adalah merupakan unsur utama dalam setiap kegiatan operasional sebuah kapal. Demi mencegah terjadinya kerusakan pada komponen sebuah kapal, maka harus ada sebuah sistem pemeliharaan yang terencana sebelum kapal itu memulai kegiatan operasionalnya. Hal tersebut sudah menjadi aturan baku yang diatur oleh International Safety Management (ISM) Code mengenai pemeliharaan pada seluruh komponen kapal. Kegiatan pemeliharaan diatas kapal merupakan tanggung jawab para kru kapal dan diawasi oleh biro klasifikasi tempat kapal tersebut didaftarkan.
Dari seluruh komponen yang ada diatas kapal, mesin utama kapal merupakan elemen penting pada sebuah kapal, karena berkenaan langsung dengan kegiatan operasional kapal. Maka perancangan kegiatan pemeliharaan yang terencana atau lebih dikenal dengan istilah Planned Maintenance System (PMS) menjadi hal yang penting demi menjaga kinerja dari sebuah mesin utama. Mesin Utama berjenis diesel 2 langkah dengan jumlah silinder tujuh buah dan bertenaga 15820 KW menjadi objek penelitian yang akan menjadi contoh penerapan Planned Maintenance System pada sebuah mesin utama di kapal.

Maintenance is an essential element in all operations of a ship. To prevent damage to the components of a ship, then there must be a system of planned maintenance before the ship started its operations. It is already a rule that is set by the International Safety Management (ISM) Code concerning maintenance on all components of the ship. Maintenance activities on the ship is the responsibility of the ship's crew and overseen by a classification bureau where the ship is registered.
From all components on board, the ship main engines are an important element on a ship, because it directly relating to the operations of the ship. Then design activities planned maintenance or better known as the Planned Maintenance System (PMS) to be essential in order to maintain the performance of a main engine. Main engine type diesel 2 stroke seven the number of cylinders and 15820 KW powered the object of research that will be the example of Planned Maintenance System on a main engine on board.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Huda Salasa Majid
"ABSTRAK
Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan
dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk
menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada
mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan
berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah
produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua
komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety
Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan
terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini komponen-komponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal
Bulk Carrier 13601 DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan
tersebut.

ABSTRACT
In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the
main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship
performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance
system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so
as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all
components contained in a ship also have been regulated in the International Safety
Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned
Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine
room of a 13601 DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of
the maintenance system."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garry Fajri Garcia
"Pada pengoperasian kapal pengangkut batu bara diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan peralatan pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat merugikan kapal, seperti breakdown pada peralatan dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat mencegah penurunan produktivitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Oleh karena itu dibuatlah Planned maintenance system pada peralatan di kapal. Dalam hal ini komponen-komponen peralatan Self unloading pada kapal pengangkut batu bara MV. Sartika Baruna yang akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem pemeliharaan tersebut.

In the operation of coal carrier ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the equipments of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship performance, such as the breakdown in the equipments of the ship and so on. Moreover, a maintenance system which is done in a well-planned and regular period can also extend the life of a ship and resist the decline in productivity of the ship. Things related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). Accordingly, it becomes necessary to arrange a Planned maintenance system (PMS) for the equipments on ship. In this case the components in the Self unloading Equipment on coal carrier ship MV. Sartika Baruna will be the object of research for the production of the maintenance system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasse, David A.
"ABSTRAK
Perum Pelabuhan II yang berdiri sejak tahun 1983 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983 dan mengalami perubahan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1985 membawahi pelabuhan Tanjung Priok sebagai cabang utamanya. Dari sejumlah bidang usaha yang dikelola oleh cabang Pelabuhan Tanjung Priok terdapat 2(dua) jenis pelayanan jasa yang memerlukan penanganan sehingga secara ekonomi maupun secara yuridis dapat terlaksana sebagaimana mestinya yaitu kegiatan-kegiatan pemanduan (piloting) dan penundaan (towing) kapal-kapal niaga di dalam wilayah perairan wajib pandu dan wajib tunda yang sudah ditetapkan batas-batasnya oleh Pemerintah. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.159/K/PHB- 1 74 tanggal 25 Apr11 1974 dan Nomor KM. 92/PR.302/PHB- 1 85 tanggal 11 April 1985 daerah wajib pandu ~ dan wajib tunda di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari perairan-perairan pandu A, B, C dan D namun hingga sekarang perairan-perairan pandu C dan D tersebut belum dapat dilayani dengan alasan bahwa armada pemanduan Tanjung Priok berupa kapal tunda, kapal pandu dan kapal kepil yang masing-masing sebanyak 13, 8 dan 8 unit belum memadai baik kuantitatif maupun kualitatif. Keadaan terakhir inilah yang mengundang perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang bertujuan menganalisa aspek-aspek ekonomi management dan hukum disertai dengan penyusunan langkah-langkah managerial menuju sistim pengelolaan armada pemanduan yang lebih berdayaguna dan berhasilguna dengan selalu berpedoman pada prinsip-prinsip perusahaan menurut kebijaksanaan Pemerintah."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Tegar Pratama
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan perilaku konsumen produk makanan anjing dan kucing berdasarkan Theory of Planned Behaviour. Berdasarkan teori, peneliti menggunakan model teoritis yang terdiri dari variabel attitude, subjective norms, perceived behavioural control (PBC), intention, behaviour dan diperluas dengan dimasukkannya variabel self-identity dan social norms. Survei dilakukan terhadap 300 pemilik anjing dan kucing melalui penyebaran kuesioner menggunakan platform online. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan software LISREL 8.8 Full Version dan hasilnya menunjukkan bahwa intention cenderung dipengaruhi oleh attitude, subjective norms, perceived behavioural control (PBC), self-identity dan social norms. Selain itu, niat untuk membeli produk makanan anjing dan kucing cenderung mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Studi ini mendukung keselarasan Theory of Planned Behaviour dengan pemasaran produk makanan anjing dan kucing serta memperluas pemahaman tentang perilaku konsumen makanan anjing dan kucing.

The purpose of this research study was to identify the factors that determine the consumer behaviour of dog and cat food products based on the theory of planned behaviour. According to the theory, researchers propose a theoretical model consisting of the constructs of attitude, subjective norms, perceived behavioural control (PBC), intention, behaviour, and expanded with the inclusion of the self-identity and social norms construct. The survey was conducted with 300 dog and cat owners through a questionnaire distribution using an online platform. Data obtained were analyzed using structural equation model using LISREL 8.8 Full Version software and the results indicate that the intention tends to be influenced by the attitude, subjective norms, perceived behavioural control, self-identity and social norms constructs. Furthermore, the intention to purchase dog and cat food products tend to influence consumer purchasing behaviour. The study supports the alignment of the theory of planned behaviour (TPB) adherence to the marketing of dog and cat food products, extending the understanding of the behaviour of the dog and cat food consumers."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eki Hikmah Febriansyah
"Kapal kerja merupakan aset penting bagi kontraktor kelautan, tidak terkecuali PT Timur Bahari. Kapal kerja berperan sebagai alat utama kerja konstruksi di laut, akomodasi kru, dan alat untuk memasarkan profil perusahaan. Melihat pentingnya kapal kerja, maka downtime kapal akan berakitbat kapal kerja tidak berproduksi dan mengurangi pendapatan perusahaan. Sebaliknya, uptime diharapkan selalu berada pada tingkat yang tinggi agar kapal kerja tetap berproduksi. Sehingga penerapan Maintenance Management System kapal kerja menjadi sangat vital bagi Financial Performance perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi agar penerapan Maintenance Management System dapat membantu meningkatkan Financial Performance perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode survey, studi literatur dan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat empat variabel dominan yang dapat mempengaruhi Financial Performance yaitu; integrasi terhadap Business Process, tersedianya Work Order, Maintenance Stores Control, dan kategori tingkat maintenance. Evaluasi untuk perbaikan dari sistem yang ada adalah dengan merekomendasikan perbaikan di dalam Business Process dengan menambah keterlibatan maintenance hampir di setiap proses. Selain itu juga merekomendasikan perbaikan Standard Operating Procedures untuk kegiatan maintenance yang lebih jelas penanggung jawabnya, sinkronisasi dengan departemen terkait, dan pembaharuan data base.

The working vessel is an important asset for marine contractors, including PT Timur Bahari. It plays important role as main equipment for marine constructions, crew accommodation, and marketing tools for the company. Recognizing the pivotal role of working vessel, any downtime would result in unproductive and reducing company’s revenue. On the other hand, uptime is expected to always be at the high level so that working vessel keep productive. Therefore, the implementation of Maintenance Management System for working vessels becomes vital to the company’s Financial Performance. The study utilizes survey methods, literature reviews, and case study. The conclusion of this study indicate that there are four dominant variables that can impact Financial Performance; integration within Business Process, provided work order, maintenance stores control, and maintenance level categories. The evaluation for improvement of the existing system involves recommending enhancements within Business Process by increasing the involvement of maintenance in nearly every process. Additionally, it suggest improving the Standard Operating Procedures for maintenance activities by clearly defining responsibilities, synchronizing with relevant departments, and updating the data base."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Pratama Ariesta
"Perlengkapan keselamatan merupakan syarat utama untuk menjamin keselamatan seluruh penumpang dan kru pada saat kapal beroperasi. Perlengkapan keselamatan harus selalu dalam kondisi sempurna dan siap pakai pada saat-saat darurat yang tidak terduga agar seluruh penumpang dan kru kapal dapat menyelamatkan diri. Untuk itu perlu adanya suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan perlengkapan keselamatan di kapal tersebut. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah produktivitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itulah perlu dibuat sebuah sistem rencana pemeliharaan untuk komponen-komponen yang termasuk perlengkapan keselamatan di kapal.

Safety equipment is a main requirement on a ship to ensure all people safety on board. Safety equipment should be always in good condition and ready to use in an unpredictable emergency situation, in order to save all people on board. It is essential to have a system that regulates the maintenance of the safety equipment on the ship. Moreover, a maintenance system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned Maintenance System (PMS) of the components of safety equipment on the ship."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>