Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50401 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romy S. Edwin
"Penelitian terhadap Copper Slag (terak tembaga) berpotensi digunakan sebagai salah satu material untuk memproduksi beton bermutu tinggi. Penelitian ini menggunakan Copper Slag dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang merupakan produk PT. Smelting Co. Gresik, Jawa Timur, kehalusan 1798 cm2/gr dan 928 cm2/gr (Blaine) sebagai cementitious bagi Semen Portland Tipe I, Produksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dengan kadar 10% , 20%, 30% dan 40% dan Mix design menggunakan water cement ratio 0.3, 0.4., dan 0,5. Pengujian kuat tekan, permeabilitas, dan susut menggunakan benda uji silinder 10x20 cm2, kubus 20x20x12 cm3, dan balok 10x10x50 cm3. Hasil pengujian kuat tekan menunjukkan peningkatan kekuatan beton sebesar 10,734% umur 28 hari dan 9,828% umur 56 hari bila dibandingkan beton normal. Pengujian permeabilitas menunjukkan makin tinggi persentase copper slag terhadap cementitious makin besar koefisien permeabilitas. Susut beton pada c?/c. 20% lebih besar dibandingkan c?/c. 0% dan 10%. Pengujian TCLP pada beton yang menggunakan c?/c. 10% dan 20% menunjukkan kandungan logam berat (B3) sangat rendah dan tidak membahayakan lingkungan. Pendekatan empiris telah dilakukan berdasarkan rumusan klasik Abrams yang dimodifikasi dengan tambahan copper slag yang dikaitkan dengan hasil penelitian kuat tekan yang menghasilkan rumusan Abrams-RET untuk rancang campuran beton bermutu tinggi.

Research the Copper Slag (terak tembaga) have potency to used as by one of material to produce the high strength concrete. This research use the Copper Slag from PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk representing product PT. Smelting Co. Gresik, East Java, fineness 1798 cm2/gr and 928 cm2/gr (Blaine) as cementitious for Cement Portland Type I, Produce PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk with the contain 10% , 20%, 30% and 40% and Mix design use the water cement ratio 0.3, 0.4., and 0,5. The Compressive Strength Test, Permeability, and Shrinkage to use the object test cylinder 10x20 cm2, cube 20x20x12 cm3, and balok 10x10x50 cm3. Result of Compressive Strength Test show increasing concrete strength equal to 10,734% age 28 day and 9,828% age 56 day if compared to normal concrete. Permeability Test show to more high percentage of copper slag to cementitious increasing the Permeability Coefficient. Concrete Shrinkage at c'/c. 20% is bigger than c'/c. 0% and 10%. TCLP Test at concrete using c'/c. 10% and 20% showing heavy metal content (B3) very low and not endanger the environment. Empirical approach have been done based on the classical Abrams formula which modification additionally copper slag which related by result of Compressive Strength Test yielding formula Abrams-Ret for high strength concrete mix design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T40618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Aditya Syarif
"Terak nikel, yang merupakan sisa dari proses smelting nikel, selama ini hanya menjadi limbah yang tidak terpakai. Setiap satu ton produksi nikel dihasilkan 6-16 ton terak. Padahal, terak nikel memiliki potensi nilai tambah yang jauh lebih besar jika digunakan sebagai bahan baku pembuatan geopolimer. Geopolimer, yang dapat digunakan sebagai material pengganti semen, memiliki beberapa kelebihan, seperti lebih cepat keras dan ramah lingkungan. Untuk penerapan di lapangan salah satunya dijadikan beton, diperlukan rancang campuran beton geopolimer sesuai dengan target kekuatan tekan yang diinginkan. Jika mengacu pada rancang campuran beton standar (K225 & K400), hasil beton geopolimer tidak mencapai kekuatan minimum yang ditargetkan. Ini disebabkan oleh penambahan air yang mengacu pada rancang campuran beton standar akan membuat kuat tekan dari beton geopolimer menjadi sangat buruk. Pembuatan rancang campuran beton geopolimer dengan penggunaan air seminimum mungkin dan jumlah aktivator.

Nickel slag, a by-product from nickel smelting process, has been considered as waste 6-16 tonnes of slag is produced for every tonne of nickel from the nickel smelting process. Whereas, nickel slag is a material with high potential if used as a geopolymer raw material. Geopolymer can be used as a substitute of cement which has several advantages, such as its ability to solidify faster and its eco-friendliness. A mix design of geopolymer concrete is needed to produce a geopolymer with desired compressive strength. Referring to the standard of the mix design of concrete (K225 & K400), the geopolymer concrete produced is yet to reach the minimum compressive strength desired. The addition of water, which is refers to the standard of mix design of concrete, is known to be the cause of the geopolymer concretes compressive strength low value. A mix design of geopolymer concrete with a very minimum use of water and an optimum amount of activator produced a geopolymer concrete with a compressive strength value above the standard of K400."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Shidqi Ashari
"Terak merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan mineral yang masih dapat dimanfaatkan seperti contohnya pada bidang konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beton dari Ordinary Portland Cement (OPC) dengan campuran terak terhadap ketahanan korosi baja tulangan berdasarkan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan Linier Polarization. Penelitian ini menggunakan terak akhir timah dan terak akhir nikel yang dicampurkan dengan OPC masing-masing sebanyak 0%, 30%, dan 40% dari berat total semen didalam beton. Rasio terak timah dan terak feronikel didalam beton adalah 1:1. Beton  dilakukan proses curing selama 28 hari lalu direndam di dalam larutan NaCl 3.5% selama 1 bulan sebelum pengujian korosi. Hasil menunjukkan baja di dalam campuran 40% terak memiliki ketahanan korosi yang paling baik dibandingkan dengan dua sampel.

Slag is side product of mineral processing that still beneficial such as in construction sector. This research intend to study about characteristics of Ordinary Portland Cement (OPC) concrete with slag mixture concrete against corrosion resistance of steel reinforcement embedded inside the concrete with Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and Linear Polarization Method. There are two kind of slag used in this research, tin slag and ferronickel slag, mixed to OPC with many percentage that is 0%, 30%, and 40% from weight total of cement inside concrete. Ratio of tin slag and ferronickel inside the concrete is 1:1. Concrete has 28 days of curing time then concrete immersed in NaCl 3.5% solution for one month before  corrosion testing. Result shows steel that embedded in concrete with 40% slag mixture has better corrosion resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Raysha Putri
"Penggunaan limbah terak feronikel dapat membantu dalam upaya mengurangi limbah yang menimbun di Lingkungan. Terak feronikel memiliki kandungan berharga dan suhu leleh yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai filler pada flame retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) dengan campuran amonium polifosfat yang digunakan sebagai aditif. Dimana, saat ini formula FR-RPUF masih diperlukaan improvisasi untuk dapat meningkatkan kemampuan flame retardant. Variabel yang diamati yaitu penambahan terak feronikel dengan APP sebesar 2:3, 3:2, dan 1:1. Proses diawali dengan terak feronikel dilakukan pengujian XRD, XRF, dan SEM untuk mengambil informasi material yang akan digunakan. Kandungan terak feronikel yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas flame retardant pada RPUF dengan adanya jenis-jenis terak feronikel. Proses pengujian pembakaran menggunakan uji flammability (UL-94) dan karakterisasi SEM untuk melihat struktur pori yang terbentuk untuk melihat efektivitas terak feronikel dan APP. Kandungan terak feronikel yang kaya akan oksida dan unsur Si, Fe, dan Mg bersama dengan APP mampu membentuk lapisan char pada FR-RPUF yang berguna sebagai lapisan termal barier sehingga dapat mencegah oksigen untuk dapat memperbesar proses pembakaran. Proses uji flammanility menunjukkan hasil sampel yang memiliki sifat flame retardant tinggi yaitu RPUF dengan penambahan terak feronikel dan APP (1:1).

Using terak feronikel waste can help reduce waste in the environment. Ferronickel slag has valuable content and a high melting temperature, so it can be used as a filler in Flame Retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) with a mixture of ammonium polyphosphate which is used as an additive. Where currently, the FR-RPUF formula still needs improvisation to be able to increase its flame retardant ability. The variables observed were the addition of ferronickel slag with APP of 2:3, 3:2, and 2.5:2.5. The process begins with ferronickel slag; XRD, XRF, and SEM tests are carried out to retrieve information on the material to be used. The ferronickel slag content will affect the flame retardant's effectiveness in RPUF in the presence of ferronickel slag types. The combustion testing process uses the flammability test (UL-94) and SEM characterization to see the pore structure formed and the effectiveness of ferronickel slag and APP. The content of ferronickel slag ,which is rich in oxides and the elements Si, Fe, and Mg together with APP, can form a char layer on FR-RPUF which is helpful as a thermal barrier layer so that it can prevent oxygen from increasing the combustion process. The flammability test showed that the samples had high flame retardant properties, namely RPUF, with the addition of ferronickel slag and APP (1:1)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Cahyadi
"Terak akhir timah merupakan produk samping hasil peleburan terak-1 yang mengandung jenis oksida serupa dengan semen Portland OPC , yaitu SiO2, CaO, Al2O3, dan Fe2O3 sehingga terdapat potensi untuk diutilisiasi sebagai beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik OPC dan semen campuran terak-2 terhadap korosivitas material semen dan baja berdasarkan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS dan Cyclic Polarization. Penelitian ini menggunakan terak akhir timah Bangka yang dicampurkan dengan OPC masing-masing sebanyak 10 , 20 , dan 30 . Beton yang dicetak memiliki rasio 0.5 w/c dengan proses curing selama 28 hari lalu direndam di dalam larutan NaCl 3.5 selama 6 hari. Hasil analisa menunjukkan baja di dalam campuran 20 terak memiliki ketahanan korosi yang paling kompetitif dan stabil terhadap beton OPC murni, diikuti campuran 10 , dan 30 terak secara berturut-turut.

Final tin slag is a byproduct of slag 1 smelting process that contains similar oxides compared to Portland cement OPC , which is SiO2, CaO, Al2O3, and Fe2O3 so that there is potential to be initiated as a concrete. The aim of this research is to know the characteristics of OPC and cement of slag 2 mixture against corrosivity of cement and steel material based on Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS and Cyclic Polarization methods. This study uses final tin slag from Bangka mixed with OPC each of 10 , 20 , and 30 . The molded concrete has a ratio of 0.5 w c with 28 days curing process then immersed in a 3.5 NaCl solution for 6 days. The analysis shows that the steel in 20 slag 2 concrete mixture has the most competitive and stable corrosion resistance compared to original OPC concrete, followed by 10 , and 30 slag mixture respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Christopher
"Bahan limbah berkelanjutan selalu menjadi studi penelitian terdepan di industri konstruksi dan akademisi. Inovasi dan penerapan bahan yang lebih hemat biaya dan berkelanjutan yang dapat digunakan dalam industri konstruksi nyata adalah salah satu tujuan utama yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian di bidang teknik sipil. Menurut laporan bank dunia tahun 2018, hasil sampah tahunan global diperkirakan akan tumbuh sebesar 70 persen menjadi 3,4 miliar ton selama 30 tahun ke depanm naik 30% dari 2,01 miliar ton pada tahun 2016 dan masalah ini akan terus ada dan bertambah buruk jika tidak ada kebijakan dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Isu ini secara global akan menimbulkan dampak yang dapat merugikan berbagai sektor seperti ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Menyadari bahwa masalah sampah akan segera terjadi di masa mendatang, semua pemangku kepentingan yang terlibat, seperti organisasi pemerintah, organisasi swasta, dan komunitas ilmiah telah menemukan berbagai solusi untuk masalah daur ulang segala bentuk. bahan limbah yang dapat mendukung ekonomi sirkular dan memperpanjang siklus hidup suatu produk atau bahan secara keseluruhan. Penelitian di sini adalah untuk menganalisis kemungkinan penerapan bahan limbah pada beton berkelanjutan untuk mengurangi emisi dan untuk mencapai konstruksi yang lebih berkelanjutan.

Sustainable waste materials have always been at the forefront of research studies in the construction industry and academics in the surrounding space. The innovation and the implementation of more cost-efficient and sustainable materials that can be used in the real construction industry is one of the key goals to be met in conducting research in civil engineering. According to the world bank 2018 report the global annual waste generation is expected to grow by 70 percent to 3.4 billion tonnes over the next 30 years which is up 30% from 2.01 billion tonnes in 2016 and this problem will continue to exist and grow worse if there are not policy and steps taken to address the issue. The issue globally will cause a detrimental impact on many sectors such as the economy, environment, and health issues. Realizing that the issue of waste and sustainability will be imminent in the coming future, all the stakeholders that are involved, such as the government organizations, private organizations, and the scientific community, have come up with various solutions to the problem of recycling all forms of waste materials that can support the circular economy and prolong the life cycle of a product or material as a whole. The research here is to analyze the possibility of implementation of waste materials in sustainable concrete to reduce emissions and to achieve a more sustainable construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timotius Nico Farel
"Beton geopolimer adalah beton yang tidak menggunakan semen sebagai material bindernya melainkan prekursor alumina silika dan aktivator alkali. Terak Nikel merupakan limbah hasil pembakaran batu bara. Di Indonesia Terak Nikel sudah tidak tergolong sebagai limbah B3, sehingga pemanfaatannya dapat ditingkatkan. Terak Nikel yang mengandung aluminas silika dapat dimanfaatkan sebagai prekursor dalam pembuatan beton geopolimer. M sand merupakan pasir yang terbuat dari debu tambang, atau batu alam berukuran besar yang dihancurkan dan diayak sehingga dapat digunakan sebagai agregat halus. Penelitian ini menguji 3 variasi rasio aktivator dan prekursor pada beton geopolimer berbahan dasar terak nikel dengan M Sand sebagai agregat halus yaitu 0.4, 0.45, dan 0.5 sedangkan pengetesan yang dilakukan adalah slump test, ultrasonic pulse velocity test, uji kuat tekan, digital image correlation dan strain gauge. Studi ini meneliti mengenai properti mekanis seperti kuat tekan, tipe kegagalan, poisson ratio, stiffness, dan modulus elastisitas pada beton geopolimer berbahan dasar terak nikel dengan M Sand sebagai agregat halus dengan rasio aktivator dan prekursor yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rasio aktivator dan prekursor akan menghasilkan nilai slump dan stiffness yang lebih besar, hubungan antara ultrasonic pulse velocity dengan kuat tekan yang dihasilkan bersifat exponential, tipe kegagalan yang dihasilkan berkisar dari tipe 1, 2, 4, dan 7 menurut CS1:2010, dan nilai poisson rasio beserta modulus elastisitas yang dihasilkan sama seperti beton normal.

Geopolymer concrete is concrete that does not use cement as its binder material, but rather a silica alumina precursor and alkaline activator. Nickel Slag is a waste from coal manufacturing. In Indonesia, Nickel Slag is no longer classified as B3 waste, so its utilization can be increased. Nickel Slag which contains alumina silica, can be used as a precursor in the manufacture of geopolymer concrete. M sand is sand made from mine dust, or large natural stone that is crushed and sifted so that it can be used as fine aggregate. Variations of activators and precursors tested were 0.4, 0.45, and 0.5 while the tests carried out are slump test, ultrasonic pulse velocity, compressive strength test, digital image correlation, and strain gauge. This study examines mechanical properties such as compressive strength, type of failure, poisson ratio, stiffness, and modulus of elasticity in nickel slag based geopolymer concrete with M Sand as fine aggregate with different activator to precursor ratios. The results show that increasing the activator and precursor ratio will result in a larger slump and stiffness value, the relationship between ultrasonic pulse velocity and the resulting compressive strength is exponential, the resulting type of failure ranges from types 1, 2, 4, and 7 according to CS1:2010, and the value of poisson ratio along with the resulting modulus of elasticity is the same as for normal concrete."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eristra Nungsatria Tresna Ernawan
"Produksi limbah ferronikel berupa terak nikel di Indonesia mencapai 13 juta ton metrik per tahun. Terak nikel ini belum sepenuhnya diolah dengan baik. Berbagai penelitian telah menyatakan potensi yang dimiliki terak nikel sebagai agregat halus dalam beton. Performa terak nikel sebagai agregat halus beton tercatat cukup baik berdasarkan uji kekuatan berbagai penelitian. Skripsi ini membahas properti mekanik beton dengan substitusi agregat halus terak nikel 0%, 50%, dan 100% dengan agregat halus kontrol pasir manufaktur (M-sand). Penelitian ini akan menganalisis workabilitas, kuat tekan, homogenitas menggunakan UPV, serta karakteristik deformasi dan regangan, berupa kekakuan, modulus elastisitas, dan Poisson’s ratio menggunakan digital image correlation (DIC) analysis dan strain gauge. Hasil analisis beton dengan terak nikel secara garis besar memiliki properti mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan beton tanpa terak nikel. Beton dengan substitusi terak nikel menunjukkan hasil workabilitas lebih baik, kuat tekan, kecepatan gelombang UPV, dan kekakuan yang lebih besar, serta nilai Poisson’s ratio yang lebih rendah dibandingkan beton tanpa substitusi terak nikel. Sedangkan modulus elastisitas dalam penelitian ini masih belum setara dengan perhitungan teoritis. Performa terak nikel sebagai agregat halus beton dalam penelitian ini mengonfirmasi penelitian terdahulu, di mana terak nikel memiliki potensi dan dapat memenuhi potensi tersebut sebagai alternatif agregat halus beton pengganti pasir alami.

Ferronickel waste production in the form of nickel slag in Indonesia carry out up to 13 milion metric ton a year. These nickel slags are not yet treated with good measure. A couple of research stated the potential of nickel slag to be used as concrete’s fine aggregate. Nickel slag’s performance as fine aggregate recorded to be as good as common fine aggregate based on previous research. This report will discuss the mechanical properties concrete with nickel slag fine aggregate 0%, 50%, and 10% substitute with manufactured sand (M-sand) as fine aggregate control. This research will analyse workability, compressive strength, homogenity using UPV, as well as deformation and strain characteristic, such as stiffness, modulus of elasticity, and Poisson’s ratio using digital image correlation analysis and strain gauge. The analysis outcome of concrete using nickel slag has better mechanical properties compared to concrete without nickel slag. Concrete with nickel slag substitute shows better workability, higher compressive strength, pulse velocity, and stiffness, as well as a lower value of Poisson’s ratio compared to concrete without nickel slag. Whilst the result of modulus of elasticity in this research have not reach it’s theoritical value. Nickel slag’s performance as concete’s fine aggregate in this research confirm preceding research, where nickel slag has potentials and can fulfill those potentials to becomen concrete fine aggregate alternative as opposed to natural sand."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Industri pelapisan logam (electroplating) melupakan salah satu jenis industri
yang menghasilkan limbah B3. Volume limbah yang dihasilkan pada proses
pelapisan logam tidak besar tetapi konsentrasinya sangat pekat, sehingga berbahaya
jika dibuang langsung ke lingkungan. Salah satu sumber limbah pada industri
pelapisan logam adalah sisa larutan dari bak rendaman (Bath) logam pelapis yang
sudah habis masa pakainya. Larutan dalam bak rendaman tersebut meskipun sudah
tidak dapat dipergunakan, tetapi tidak dapat dibuang Iangsung ke lingkungan karena
masih mengandung logam berat dan senyawa kimia beracun dalam konsentrasi
tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasa perlu dilakukan penanganan
limbah electroplating sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran
lingkungan
Salah satu alternatif penanganan limbah larutan rendaman adalah dengan
memperoleh kembali logam pelapis yang kadarnya masih cukup tinggi dengan
metode electrawinning. Metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan
logam dari larutan ruah yang kaya akan ion logam secara elektrolisa. Larutan ruah
adalah limbah Copper Bath yang masih kaya akan kandung logam tembaga. Hasil
yang didapat dari proses electrowinning berbentuk serbuk logam tembaga.
Beberapa variabel yang berpengaruh pada proses electrowinning diantaranya adalah
rapat arus, lama waktu, besar tegangan, ion logam pengotor besi, dan pH limbah.
Hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap limbah Copper Bath
menunjukkan bahwa limbah terdiri dari beberapa logam berat dengan kandungan
terbesar adalah tembaga, yaitu sebesar 66.250 ppm dan kandungan besi sebesar
9750 ppm. Limbah bersifat asam kuat karena kandungan sulfat yang cukup besar
dengan nilai pH 1,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses electrowinning
dapat memperoleh kembali (recovery) sejumlah logam tembaga sampai 13% dari
keseluruhan kandungan tembaga di dalam limbah.
Peningkatan tegangan dalam kisaran 3,5 V - 7 V cenderung meningkatkan
jumlah tembaga yang terdeposisi dan efisiensi arus meskipun perubahannya tidak
signifikan. Konsumsi energi meningkat seiring peningkatan tegangan, sebaliknya
kemurnian tembaga menurun. Variabel tegangan yang menghasilkan jumlah
tembaga terdeposisi terbesar, efisiensi arus tertinggi dan konsumsi enengi terbesar
adalah pada 6 Volt. Tegangan yang menghasilkan konsumsi energi terkecil dan
kemurnian tertinggi adalah 3,5 Volt
Peningkatan waktu electrowinning pada rentang 10-60 menit meningkatkan
jumlah tembaga yang terdeposisi maupun kemurniannya dengan nilai maksimum
dicapai pada waktu 60 menit. Peningkatan waktu memperbesar efisiensi arus dan
mencapai titik maksimum pada waktu 30 menit, pada titik ini konsumsi energi
mencapai nilai terendah.
Pada rentang rapat arus 240 A/m2-360 A/m2, peningkatan rapat arus sampai
ke nilai terbesar, 360 A/m2, menghasilkan jumlah tembaga terdeposisi dan efisiensi
arus tertinggi serta konsumsi energi terendah. Sedangkan untuk tingkat kemurnian
tembaga tertinggi dicapai pada rapat arus terendah 240 A/m2.
Ion besi merupakan ion pengotor yang dapat mengganggu proses
electrowinning. Penghilangan ion pengotor besi (Fe3+, Fe2+) melalui proses
pengendapan pada nilai pH 3,5 dan pH 5 menghasilkan endapan coklat dan hijau.
Penghilangan ion pengotor besi cenderung meningkatkan jumlah tembaga yang
terdeposisi dan tingkat efisiensi arus, serta menurunkan konsumsi energi. nilai
tertinggi dicapai pada proses pengendapan dengan pH 3,5. Kemurnian tembaga
cenderung menurun dengan adanya proses penghilangan ion pengotor besi.
Peningkatan pH larutan limbah menjadi 3,5 dan 5 cenderung menghasilkan
dua jenis tembaga yang terdeposisi yaitu endapan yang berwarna hijau dan
berwama coklat dengan perkiraan senyawa yang terbentuk diantaranya adalah
CuFeS2, CuS, FeS (warna coklat) dan Cu4S04(OH)6 (warna hijau). Peningkatan pH
larutan limbah sampai pada nilai 3,5 cenderung meningkatkan jumlah tembaga yang
terdeposisi dan tingkat efisiensi arus. Nilai tertinggi dicapai pada rapat arus 360
A/m2, tegangan 6 Volt, dan lama waktu 30 menit dan akan menghasilkan konsumsi
energi terendah. Tingkat kemurnian logam tembaga tertinggi dihasilkan pada serbuk
coklat pada rapat arus 330 A/m2, tegangan 6 Volt, dan waktu 30 menit.
Konsentrasi minimum logam tembaga dalam limbah yang masih
memungkinkan proses electrowinning dilakukan secara efektif adalah 742 ppm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejauh ini beton hanya digunakansebagai bahan untuk berbagai tipe struktur. Salah satu kekurangan dari beton adalah ia tidak tahan terhadap tarik ( regangan ) sehingga dapat menyebabkan retak dengan mudah. Oleh karena itu telah banyak adanya permintaan untuk memonitor retak pada struktur beton dan perlindungannya untuk kerusakan yang lebih jauh. Upaya ini sangat penting untuk perbaikan yang tepat pada waktunya, aman, dan tahan lama terhadap keadaan kritis bangunan. Sistem evaluasi yang tanpa merusak dan aman seperti halnya menempelkan atau menanam sensor dalam struktur. Dalam hal ini dapat digunakan berbagai macam metode untuk memenuhi permintaan akan alat pemonitor retak pada beton tetapi harus kita pertimbangkan biaya yang mahal akan pemeriksaan ini. Dengan menambah sejumlah kecil karbon atau tembaga dalam beton maka tahanan listrik dari beton akan berkurang menjadi lebih kecil sehingga beton lebih bersifat konduktif. Tahanan listrik dari beton akan bertambah besar bila beton terdeformasi atau mengalami tekanan.Saat beton terdeformasi hubungan antara karbon atau tembaga dengan bahan campuran beton lain ( semen dan agregat ) akan menjadi rusak, hal ini akan berpengaruh pada tahanan listrik dari beton, sehingga regangan dapat dideteksi dari hambatan listriknya. Oleh karena itu smart concrete mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kerusakan struktur sebelum menjadi kerusakan yang lebih serius. Selain itu ia dapatjuga digunakan untuk memonitor kondisi internal struktur pada kondisi umum dan pada saat terjadi gempa.Selain berfungsi sebagai agregat dalam beton bahan konduktif ( karbon, tembaga ) juga dapat berfungsi sebagai alat kontrol retak, dengan adanya keistimewaan inilah beton ini dikatakan sebagai smart concrete."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>