Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22025 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aristyowati
"ABSTRAK
Kawasan transit yang ditinjau dari pembangunan berorientasi transit memiliki keunggulan meningkatkan konsentrasi angka penggunaan angkutan umum kota pada titik-titik transit, mengurangi intensitas jumlah kendaraan bermotor pribadi, membantu pemeliharaan terhadap area hijau dan ruang terbuka kota, mengurangi polusi udara dan tingkat penggunaan energi kota, serta meningkatkan keamanan umum pada kawasan transit itu sendiri. Kawasan Blok M memiliki aksesibilitas tinggi dan kedudukan cukup strategis terhadap Kota Jakarta karena kawasan ini dilintasi berbagai moda angkutan yang tidak hanya melayani penduduk pada tingkat kecamatan di dalam wilayah saja, tetapi juga melayani tingkat wilayah Jakarta Selatan dan bahkan Kota Jakarta. Saat ini, keberadaan Terminal Bis Blok M turut berperan besar memperluas jangkauan pelayanan tersebut. Selain itu, rencana Pemda DKI Jakarta yang akan mengembangkan jaringan Jakarta Mass Rapid Transit merupakan momentum yang tepat untuk melakukan usaha-usaha perbaikan ruang kota di Kawasan Blok M. Oleh karena itu pembangunan berorientasi transit merupakan pendekatan perancangan yang tepat bagi Kawasan Blok M. Panduan Rancang Kawasan Blok M melalui pendekatan pembangunan beorientasi transit ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi Kawasan Blok M sebagai kawasan transit intermoda dengan cara memicu kegiatan berjalan kaki yang nyaman dan aman di dalam kawasan sehingga akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Hal ini akan memberikan kontribusi terciptanya suatu lingkungan kota yang lebih sehat dan tertib. Selain itu, peranan peruntukan lahan campuran yang mendukung fungsi transit seperti kegiatan komersial perdagangan dan jasa, diharapkan semakin menjadikan Kawasan Blok M salah satu tujuan wisata hiburan dan wisata belanja yang ramai dikunjungi masyarakat Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Lukitosari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainul Abidin
"Kebijakan pengembangan daerah reklamasi adalah bagian penting dari tata ruang kota Jakarta. Kebijakan reklamasi pantai utara Jakarta dalam rezim perkotaan hampir tidak ada yang diteliti oleh para scholar, termasuk dinamika rezim perkotaan dalam tata ruang kota pada kebijakan pembangunan reklamasi pantura Jakarta. Dalam teori urban rezim, ada tiga tipologi rezim kota. Pertama, rezim instrumental. Tujuannya adalah mewujudkan program dan motifnya ialah hasil. Kedua, rezim simbolik. Tipologi rezim yang memiliki motivasi untuk mengekspresikan politik rezim. Ketiga, rezim organik. Tujuannya yaitu mengabadikan status quo. Dalam rezim perkotaan, efektivitas kebijakan rezim dipengaruhi oleh tindakan kekuasaan aktor pada rezim perkotaan. Agar efektif, pemerintah harus memadukan kapasitas mereka dengan berbagai aktor non-pemerintah. Akan tetapi dalam kebijakan reklamasi pantura Jakarta, aktor non-pemerintah lebih khusus pengembang sangat dominan dalam mengambil kebijakan politik penyelenggaraan pembangunan kawasan reklamasi. Dominasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan reklamasi oleh pengembang menciptakan konflik politik dan ekonomi yang luas, antara masyarakat, aktor, dan negara. Dampak dari dinamika tersebut menyebabkan kebijakan tata ruang kota di Jakarta tidak efektif. Kesimpulan dalam penelitian ini menguatkan teori urban regime Clerence Stone. Bahwa dominasi politik merupakan bagian masalah yang utama setelah menyatukan kapasitas kekuasaan antar aktor pada rezim perkotaan.

The policy of developing reclamation areas is an important part of the spatial layout of Jakarta. The policy of reclamation of Jakarta in urban regimes is almost nothing that is researched by scholars, including the dynamics of urban regimes in urban spatial city on the development of reclamation in Jakarta. In the urban regime theory, there are three typologies of the city regime. First, the instrumental regime. The aim is to realize the program and the motive is the result. Second, symbolic regime. The typology of the regime which has the motivation to express the regime's politics. Third, the organic regime. The goal is to perpetuate the status quo. In urban regimes, the effectiveness of regime policies is influenced by acts of actor power in urban regimes. To be effective, the government must integrate their capacity with various non-government actors. However, in the Jakarta reclamation policy, non-government actors, especially developers, are very dominant in taking political policies in the implementation of the construction of reclamation areas. Domination in the planning and implementation of the construction of reclamation by the developer creates a broad political and economic conflict between the community, actors and the state. The impact of these dynamics has led to ineffective urban spatial planning policies in Jakarta. The conclusions in this study reinforce the urban theory of the Clerence Stone. That political domination is a major part of the problem after uniting power capacity between actors in urban regimes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Shendy Marita
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
S23948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Agustina
"Pemerintah Kota Pematangsiantar merupakan daerah hinterland sebagai pusat distribusi dan pembangunan untuk daerah disekitarnya. Pemeratan pembangunan dan pemberdayaan potensi Kota Pematangsiantar yang mantap, maju dan jaya merupakan tema RKPD kota ini. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kota Pematangsiantar adalah kurangnya kinerja apatur pemerintah dan kerjasama lintas sektoral antar pemerintah, SKPD dengan masyarakat. Hal ini berakibat pada keterlambatan pembuatan rencana strategis pembangunan dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
Penelitian ini dilakukan mengetahui bagimana perencanaan strategis dan target capaian program pembangunan, serta mengetahui apa saja faktor penghambat program pembangunan di Kota Pematangsiantar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif murni dan menggunakan wawancara mendalam dengan informan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Kota Pematangsiantar menyusun rencana strategis program pembangunan dalam tujuh prioritas strategi sebagai dasar pelaksanaan pembangunan daerah. Permasalahan yang dihadapi yaitu seperti kurangnya koordinasi dan kesadaran Pemerintah, SKPD dan masyarakat dalam mempersiapkan perencanaan strategis yang akan disusun sehingga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan daerah.

Pematangsiantar City Government is a hinterland area as a distribution and development center for the surrounding area. Equalization of the development and potential empowerment of Pematangsiantar City to be great, advanced and, victorious is the theme of this city's RKPD. The problems faced in the development of Pematangsiantar City are the lack of performance of the civil servant and cross-sectoral cooperation between governments, SKPD and, the community. This results in delays in the preparation of strategic development plans and action plans to be carried out.
This research was conducted to find out how strategic planning and the target achievement of development programs, as well as knowing what are the inhibiting factors for development programs in Pematangsiantar City. This research is purely qualitative and uses in-depth interviews with informants.
The results of this study prove that Pematangsiantar City has prepared a strategic plan for its development programs in seven strategic priorities as the basis for implementing regional development. The problems faced are such as the lack of coordination and awareness of the Government, SKPD and, the community in preparing strategic planning that will be compiled so that it will affect the implementation of regional development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
Malang: Inteligensia media, 2021
307.76 ZUL r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fithri Mayasari
"Perencanaan kota tidak pernah terlepas dari proses pembentukan image yang sesuai dengan kondisi sosial budaya dan lingkungan fisiknya. Image kota menjadi salah satu unsur penting untuk memberikan kenyamanan psikologis dan sosial bagi masyarakat kota. Dalam proses perancangan kota tersebut terdapat dua elemen yang dapat dibentuk untuk membentuk image yang sesuai. Elemen tersebut menurut Roger Trancik adalah hard space dan soft space. Hard space adalah ruang yang tercipta akibat adanya batasanbatasan dinding arsitektural yang dapat menciptakan keterlingkupan ruang bagi masyarakat yang beraktivitas di ruang tersebut. Sedangkan soft space adalah ruang yang sebagian besar terdiri dari lingkungan alami, baik di dalam maupun luar kota, berupa taman atau jalur hijau untuk rekreasi sehingga menciptakan lingkungan yang asri dan tenang.
Sasarannya dalam pusat kota adalah memberikan warna ruang yang dapat diterima masyarakat. Hard Space dan soft space saling berkontribusi untuk menciptakan ruang bagi aktivitas manusia dalam skala urban. Perpaduan yang baik antar hard space dan soft space akan menghasilkan image yang mencerminkan identitas kawasan. Kota terencana bermula dari karya budaya bangsa Summeria dan Assyria yang menjadi embrio peradaban manusia. Buah karya mereka terus berkembang menjadi kota modern dengan melewati jatuh bangunnya teoriteori perencanaan kota.
Ideologi kota mereka sangat memperhatikan pengaturan estetika kota dan lingkungan sosial di sekitarnya. Rencanarencana kota yang dibuat merupakan ilustrasi bentuk fisik dari konsep tentang kota yang didasarkan pada interprestasi atas masalahmasalah sosial. Ideologi kota ini mempengaruhi pembentukan image dan karakter sebuah kota sehingga perpaduan yang harmonis antara komponenkomponen utama perancangan kota yaitu hardspace dan softspace merupakan hal yang sangat esensial untuk pembentukan image sebuah ruang kota.
Salah satu kota di Indonesia yang berkembang cukup pesat adalah kota Depok dengan kawasan Margonda Raya sebagai kawasan inti kota yang strategis dan potensial bagi pengembangan kawasan melalui fungsifungsi yang sesuai. Idealnya kawasan Margonda sebagai kawasan pusat kota Depok ini memiliki penataan kota yang mencerminkan image kawasan utama kota Depok. Namun hal ini belum sepenuhnya bisa tercapai karena pembangunan yang berkembang pesat di kawasan ini cenderung tidak terarah dan tidak ada keselarasan antara hard space dan soft space.
Perkembangan kota yang sedemikian pesat kurang ditunjang oleh peningkatan kualitas hard space dan soft space sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan kota. Penataan elemen citra kota dan ruang terbuka di kawasan Margonda belum cukup mengakomodasi kualitas ruang kota yang mencerminkan image kawasan pusat kota. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis dan sosial bagi pengguna kawasan. Penulisan karya ilmiah ini membahas mengenai pengaruh elemen citra kota dan ruang terbuka sebagai elemen perancangan kota terhadap image ruang kota dengan tinjauan khusus pada ruang kota kawasan Margonda Raya Depok."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Rakhmawati Saputri
"Kota Jambi yang berada di pesisir timur Pulau Sumatera dan menjadi ibu kota Provinsi Jambi, memiliki topografi yang relatif rendah, dan dialiri oleh Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi Utara dan Selatan, sebelah Utara dikenal dengan 'Kota Seberang' dan sebelah Selatan dikenal dengan 'Kota Jambi'. Seiring berjalannya waktu, semakin terlihat perbedaan di kedua daerah yang dibelah oleh aliran Sungai Batanghari ini, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti ekonomi, sosial, dan budayanya. Daerah di sebelah Utara sering dinilai kurang berkembang, statis, masih sangat tradisional bahkan cenderung kumuh. Padahal daerah ini memiliki begitu banyak potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mempercepat pembangunan, salah satunya adalah kerajinan Batik Jambi.
Tujuan dari tesis perancangan ini adalah untuk menghasilkan pedoman dalam pengembangan kawasan Kota Seberang yang menjadi daerah penghasil kerajinan, serta mengidentifikasi bentuk fisik ruang kota yang terjadi akibat penataan tersebut. Untuk itu dalam prosesnya perancangan ini menggunakan metode studi kasus dan konsep urban katalis yang dapat memberikan multiplier effect dalam pembangunan daerah disekitarnya. Tesis perancangan ini menghasilkan bahwa katalis diperlukan untuk mempercepat pembangunan di Kota Seberang, hal ini terjadi karena efek-efek positif dari munculnya katalis.

Jambi city which is located on the east coast of Sumatera Island and became the capital of Jambi Province, has a relatively low topography, and fed by the Batanghari River which is the longest river on the island of Sumatera. Batanghari River divides Jambi city into north and south, in the north known as the ldquo Kota Seberang rdquo and the south known as ldquo Jambi rdquo. There are some differentiation between this two areas which divided by the Batanghari River, both physical and non physical, such as economic, social, and cultural. The north area often rated less developed, static, traditional and tend to be seedy. This area has so much potential that can be used to develop and accelerate the development of Seberang Kota, one of them is Batik Jambi.
The purpose of this design thesis is to produce guidelines to develop Kota Seberang as crafts region, and identifying the physical form of urban space resulting from the arrangement. This design process using the case study method and the concept of urban catalyst that can provide a multiplier effect in the development of the area. The results of this thesis is the catalyst needed to accelerate development in Seberang, this could happens because the positive effects of the rise of the catalyst.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Fijriah
"Kepercayaan, dalam bentuk apapun, merupakan hal fundamental yang dimiliki oleh setiap makhluk berakal. Dalam kaitannya dengan manusia sebagai penghuni kota, tesis ini membahas kepercayaan para penghuni kota atau urban faith sebagai hal yang berpengaruh pada bagaimana ruang-ruang kota digunakan. Penggunaan tersebut secara sadar maupun tidak kemudian membentuk suatu pola dalam ruang kota. Pengamatan selanjutnya mengarah pada bagaimana pola atas dasar kepercayaan terwujud dalam ruang kota. Tebuireng – Jombang merupakan salah satu kawasan pendidikan dan wisata religi yang terbentuk dengan sangat kuat atas dasar kepercayaan sekelompok manusia. Dalam studi kasus pada kawasan tersebut, perwujudan urban faith dalam ruang kota dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap suatu pemahaman keagamaan, serta penghormatan kepada sosok kiai yang berstatus sebagai pemimpin dengan pemahaman agama tertinggi. Analisis menunjukkan bahwa mekanisme spasial konvergensi-subduksi serta pola tingkah laku kiai-santri ditemukan sebagai perwujudan fisik urban faith dalam ruang kota. Temuan ini kemudian mengantarkan pada metode merancang kota berbasis mekanisme swelling space (efek dari konvergensi-subduksi) dan bowing (dari pola tingkah laku kiai-santri).

Faith, in any form, is a fundamental matter that exists in every human being. In relation to human and citizenship, this thesis discusses urban faith as a matter that impresses how city spaces are used. The uses somehow create certain pattern in city spaces. Observation leads to how this faith-based pattern occurs. Tebuireng – Jombang is a very case of faith-based area which is mainly occupied for educational and religious tourism matters. In this case study, manifestations of urban faith in city spaces are influenced by religious doctrines and affection to kiai as a religious leader that holds qualified knowledge. The discussion denotes spatial mechanism of convergence and kiai-santris behavioural pattern as visible manifestations of urban faith in the city. This matter leads to initiate the mechanism of swelling space and bowing as approaches to redesign the area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Andara Siskania Alyani
"Sense of place rsquo; merupakan sebuah konsep mendasar dalam disiplin urban design. Pada tatanan praktis/professional, sense of place lebih banyak ditekankan pada aspek fisik sebuah ldquo;tempat rdquo;, yang merupakan atribut utama mereka. Akan tetapi, kajian akademis menyatakan bahwa sense of place merupakan konsep multidimensi yang melampaui hanya atribut fisik sebuah lokasi. Di sisi lain, inisiatif tactical urbanism yang sedang berkembang populer, merupakan sebuah gerakan dan alternatif yang muncul dari komunitas sebagai respon terhadap metode formal spasial perencanaan yang kaku dan cenderung mono-dimensi ke arah sistem perencanaan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan keseharian pengguna. Dalam tactical urbanism, semua berfokus pada satu hal, yaitu: tindak an atau action. Di Indonesia, sense of place selain sebagai tujuan akhir perancangan formal, ia sebetulnya sangat erat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Ruang kota dalam skala mikro pada keseharian masyarakat Indonesia, seperti street corner/pojokan jalan, hawkers spaces maupun negosisasi pemanfaatan ruang trotoar, yang dapat dikatakan sebagai aksi tactical urbanism, berperan besar dalam menciptakan sense of place suatu tempat. Skripsi ini berfokus kepada bagaimana secara khusus sebuah kawasan publik yang didesain dengan prinsip mono-dimensi fisik dalam penggunaan atau implementasinya berinteraksi dengan tindakan lsquo;tactical urbanism rsquo; para penggunanya, sehingga dapat tercipta sense of place yang berbeda.

Sense of place is a mandatory concept and aim within urban design. In the realm of formal city planning, sense of place is likely correlated with physical feature of a city. However, academic studies shows that sense of place is multidimensional, which involves factors that is beyond mere physical attributes. In the other hand, tactical urbanism as an emerging concept which describes intervention that is implemented in a city, is conceived as public's opportunistic response to formal spatial planning. Being associated as interventions throughout the city, one of tactical urbanism's main character is its bottom up nature which responds certain issues that lie behind the movement. Moreover, tactical urbanism focuses on action. In Indonesia, negotiation of micro scale spaces such as pedestrian, street corners, and hawker spaces can be considered as tactical urbanism action, as it defines the character of an area which eventually generates certain sense of place. The focus of this study is to investigate the creation of sense of place within a public realm that undergoes tactical urbanism initiation by interrogating whether the factors of tactical urbanism contribute to enhancement of a certain area's sense of place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>