Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Depkes , 2005
613.208 3 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Anak usia sekolah dasar merupakan aset negara dalam bentuk sumber daya manusia yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan bangsa. Anak usia sekolah dasar memerlukan perhatian khusus dalam hall kecukupan gizi sesuai kebutuhannya. Anak dengan gizi kurang yang kronis memiliki IQ lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mengalami masalah gizi. Masalah gizi anak usia sekolah saat ini tidak hanya pada masalah gizi kurang, namun berkembang dengan meningkatnya pravalensi gizi lebih berupa overweight dan obesitas. Kebiasaan jajan makanan dan minuman yang berenergi tinggi namun kekurangan zat gizi lainnya menjadi salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian, karena kelebihan energi memicu anak mengalami kelebihan berat badan dan berpotensi menderita obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan perilaku konsumsi terhadap status gizi anak sekolah dasar di kota Serang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, mencakup data kebiasaan konsumsi pangan utama dan makanan serta minuman jajanan, pengukuran antropometri dan status gizi anak SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan sebelum berangkat ke sekolah berkorelasi positif sangat nyata terhadap status gizi siswa, dengan r = 0,263**. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar siswa sekolah dasar membiasakan diri sarapan setiap pagi serta harus memperhatikan jumlah dan jenis makanan dan minuman jajanan untuk menghindari risiko kelebihan berat badan karena mengonsumsi makanan yang kandungan gizinya tidak berimbang."
JMSTUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
"Anak usia sekolah berada dalam fase persiapan untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pada masa ini anak harus mendapatkan pemenuhan makanan bergizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup. Gizi kurang pada anak usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan mudah terserang penyakit, keadaan ini akan diperparah apabila anak menderita infeksi cacingan. Anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajarannya di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi kurang dan cacingan dan faktor lainya yang berhubungan serta faktor paling dominan yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar/ Madrasyah Ibtidaiyah di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa tahun 2003. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel sekolah dilakukan secara purposive, diambil 4 sekolah dari 18 sekolah yang ada yaitu : SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. Sampel murid adalah murid kelas I sampai dengan kelas V dari 4 sekolah, yang dipilih secara sistematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, observasi keadaan kuku, pengukuran berat badan, perhitungan umur (bulan) dan pengambilan, pemeriksaan feces anak dengan metode Kato di laboratorium, serta berdasarkan catatan tentang anak di sekolah.
Hasil penelitian ini ditemukan prevalensi gizi kurang sebesar 37.5 % berdasarkan indikator berat badan perumur dan prevalensi cacingan sebesar 73.9 %. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara status gizi anak sekolah dengan status cacingan (intensitas cacing gelang) nilai p= 4.001, dan perilaku hidup sehat anak nilai p= 0.006. Dari hasil analisis multivariat ada dua variabel yang masuk dalam model yaitu intensitas cacing gelang dan perilaku hidup sehat anak. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dibuat model akhir persamaan logistik : logit (status gizi) = -3.470 + 0.946 (perilaku hidup sehat) + 1.643 (intensitas caring gelang). Oleh karena itu, variabel yang paling dominan adalah variabel intensitas casing gelang sebesar 5.170 (95% Cl: 2.006-13.318), artinya bahwa intensitas cacing gelang yang berat berpeluang mendapatkan gizi kurang 5.2 kali dibandingkan dengan intensitas cacing gelang yang ringan setelah dikontrol variabel perilaku hidup sehat anak.
Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah di Kecamatan Langsa Timur, pada institusi pendidikan perlu dilakukan pembinaan yang rutin dan kontinu tentang perilaku hidup sehat anak dan perbaikan lingkungan sekolah yang bersih dan aman dari penularan cacingan. Dinas Kesehatan perlu memikirkan pendekatan bersifat preventif edukatif yang lebih baik dan menjadikan cacingan merupakan salah satu kegiatan usaha kesehatan sekolah. Peneliti lain perlu melakukan penelitian lanjutan dengan melihat aspek-aspek yang lebih luas dan berpengaruh terhadap status gizi kurang anak usia sekolah.

The children of school age are being in preparatory stage of growth and fast development In this age, children should get enough nutrition either in quantity or quality. Lack of nutrition may cause them of being fatigued, and easy to be infected by disease. This condition will be worse if they suffer worm disease. They will be difficult to follow and understand their school subjects.
This research aimed to know the prevalence of nutrition lack and worm disease among Elementary Students, other related factors, and the most significant factors to Nutritional Status in East Langsa Sub District of Kota Langsa in 2003. Design of the study was cross sectional. The samples were taken in purposive manner, where four schools were taken from the eighteen schools. They were: SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. The samples were students of the first to fifth year of the four schools, who were selected by using sistematic random sampling. Data were collected by using questionaire, students' nails observation, body mass weighing, age (months) counting, students' feces check by using Kato method in the laboratory, and other general records from school.
The result of the study showed the prevalence of nation lack, where indicator of body mass per age was 37.5 %, while worm disease prevalence was 73.9 %. The result of bivariat analysis that showed significant relationship of the students nutritional status was worm disease (intensity of roundworms), where the p-value = 0.001 and students' healthy behavior, p = 0.006. The result of multivariate showed two variables that was included in the model, intensity of roundworms and students' healthy behavior. By using logistic regression equation and exponential value (B) or Odds Ratio, final logistic equation that could be made was: logit (nutritional status) = -3.470 + 0.946 (students' healthy behavior) + 1.643 (intensity of roundworms). The most dominant variable was intensity of roundworms, as much 5.170 (95% CI:2.006-13.318). This meant that the high intensity of roundworms had probability to the nutrition lack 5.2 times compared with the low intensity of roundworms after being controlled by the variable of students' healthy behavior.
To decrease the lack of nutrition prevalence among elementary students in East Langsa Sub District, it is necessary to conduct a regular illumination on children healthy behavior in educational institutions. Health Office is necessary to concern the better approach that is more preventively educative, and to make worm disease is one of health school zeals. To other researchers, they need to carry out further studies that focus to wider aspects influence children of school age nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitriani Sumarlis
"Menumt Erikson (dalam Hamner & Turner, 1990) krisis perkembangan yang dialami anak pada masa usia sekolah adalah industry vs inferiority. Keberhasilan anak mengatasi krisis in! akan menimbulkan rasa industri yang akan membentuk konsep diri yang posltif. Rasa industri seorang anak pada masa ini sangat ditentukan oleh prestasi belajamya di sekolah (Erikson dalam Hjelle & Ziegler 1991). Prestasi belajar anak di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah keluarga karena dalam perkembangan seorang anak tidak ada pengalaman lain yang bisa mempengaruhi anak sebanyak pengaruh hubungan orangtua dan anak (Turner & Helms, 1991). Orangtua melalui interaksinya dengan anak dalam proses pengasuhan dapat berperan dalam upaya pencapaian prestasi' belajar anak.
Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih dikaitkan dengan peran sebagai pendukung ekonomi yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan intelektual (Signer, 1994; Hamner & Turner, 1990; Parsons & Bales dalam Signer 1994; Phares, 1996) sehingga keterllbatan ayah dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Namun jaman berkembang dan jumlah wanita yang bekerja meningkat. Ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam pengasuhan anak.
Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan yang sama dengan Ibu dalam mengasuh anak. Penelitian lain pun menunjukkan bahwa keteriibatan ayah dalam pengasuhan dapat berpengaruh terhadap keseluruhan perkembangan sosial, emoslonal dan Intelektual anak (Crouter & Jenkins 1987)^ Khususnya bag! anak usia sekolah pengaruh ayah lebih ditekankan pada perkembangan intelektual anak dalam kaltannya dalam pencapaian prestasi belajar. Karakteristik-karakteristik tertentu yang ditampilkan ayah selama proses pengasuhan -hangat atau kontrol- akan berpengaruh bagi pencapaian prestasi belajar anak. Dari beberapa peneiitian yang dilakukan oleh Radin (1981) terhadap ayah anak prasekolah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kehangatan yang diberikan ayah dengan fungsi intelektual dan prestasi belajar anak. Sedangkan kontrol ayah berhubungan negatif dengan prestasi belajar anak. Di Indonesia, peneiitian Yusuf (1996) menunjukkan bahwa kebanyakan orangtua siswa yang berprestasi unggul memiliki pengasuhan yang cenderung demokratis maupun tidak demokratis. Oleh karena itu, peneiitian ini akan melihat bagaimanakah karakteristik pengasuhan ayah anak usia sekolah yang berprestasi belajar tinggi dan rendah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai dua kelompok sampel yaitu para ayah yang memiliki anak usia sekolah berprestasi belajar tinggi dan rendah. Subjek peneiitian ini adalah 65 orang ayah. Mereka memiliki anak yang duduk di kelas Vl sekolah dasar dan tergolong siswa yang berprestasi belajar tinggi dan rendah. Pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Mat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada para ayah dari kedua kelompok ayah tersebut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan ayah dalam peneiitian ini memiliki tingkat kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam pengasuhan. Saran bagi peneiitian yang akan datang adalah menyeimbangkan jumlah item pengasuhan ayah yang hangat dan kontrol serta membandingkan tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang diharapkan maupun yang diharuskan ayah dan ibu. Untuk peneiitian serupa, diharapkan dapat memperbesar jumlah sampel sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang variabelvariabel yang berkaitan dengan pengasuhan ayah seperti faktor budaya, pengalaman bersama ayah atau karakteristik kepribadian ayah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Singgih Dirga Gunarsa
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
155 SIN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Nur Hidayati
"Anak usia sekolah sering mengalami masalah gizi kurang. Model Anak Untuk Anak (AUA) Terpadu merupakan inovasi tindakan keperawatan dalam pengelolaan gizi kurang yang mengintegrasikan model Child to Child dengan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Hasil penerapan AUA Terpadu menunjukkan adanya peningkatan kemampuan (pengetahuan, sikap dan perilaku) anak usia sekolah dengan gizi kurang, kader kesehatan sekolah, dan kemandirian keluarga IV sebanyak 70%, dan menurunnya prevalensi gizi kurang sebanyak 14,3%. Perencanaan program UKS dalam pengelolaan gizi kurang disarankan melibatkan partisipasi kader kesehatan sekolah dalam pengelolaan gizi kurang dengan AUA Terpadu.

Under nutrition problem is a common health problem in school age aggregate. The model of child to child integrated is a nursing innovation intervention in managing under nutrition. It integrates application of the child to child model with school health program. The implementation showed elevation in knowledge, attitudes and behavior of school-age children with under nutrition, the school health volunteers and the levels of family self-sufficiency IV as much as 70%, and decrease prevalence of under nutrition 14,3%. The planning of school health program, therefore, suggested involving active participation from school health volunteer in managing under nutrition with Child to Child Integrated model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Fitriani
"Sarapan merupakan asupan makanan pertama dan terpenting dalam sehari. Kebiasaan sarapan penting bagi anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengetahuan ibu mengenai kebiasaan dan sikap sarapan anak usia sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Teknik stratified random sampling digunakan untuk pengumpulan data pada 106 responden. Penelitian menggunakan kuesioner untuk kemudian dianalisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan 64,2% ibu mengetahui frekuensi sarapan anak setiap hari dan 50,94% ibu memiliki pengetahuan baik mengenai sikap sarapan anak. Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan kebiasaan sarapan anak dengan mengoptimalkan pengetahuan ibu mengenai manfaat sarapan bagi anak usia sekolah.

Breakfast is the first and the most important meal of the day. Eating breakfast is beneficial for school-age children. The aim of the study is to describe mother’s knowledge about breakfast habits and attitudes of their children. This study design was quantiative descriptive. Stratified random sampling technique on 106 respondents was used to collect data. This study used questionnaire in purpose analyzed by univariate analysis.
The results showed 64,2% mothers knew that children eat breakfast everyday and 50,94% mothers had good knowledge about children breakfast attitudes. Optimazing mother’s knowledge was needed to improve breakfast habits of school-age children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Josephine Aditya
"[Pendahuluan: Obesitas adalah suatu permasalahan pandemik yang ditemukan di
negara maju maupun berkembang, dengan peningkatan prevalensi dalam dua
dekade terakhir. Obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit
kronik, baik fisik maupun psikis. Gangguan psikososial yang berkaitan dengan
obesitas pada anak meliputi: depresi, cemas, rendah diri, gangguan hiperkinetik,
serta peningkatan agresivitas. Diperkirakan obesitas berhubungan dengan
gangguan perilaku dan emosional akibat ekspresi genetik rentan pada individu
obes. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada anak usia sekolah dasar
di SDN 01 Menteng Jakarta untuk mengetahui hubungan tersebut. Penelitian
dilakukan dengan membandingkan status gizi anak dengan skrining gangguan
perilaku dan emosional melalui kuesioner PSC-17. Hasil: Sebaran anak obes di
SDN 01 Menteng Jakarta mencapai 23,18%. Hasil analisis obesitas pada anak
terhadap gangguan perilaku secara signifikan bermakna untuk subskala
eksternalisasi (p = 0,036). Sedangkan obesitas pada anak tidak memiliki hubungan
bermakna secara statistik untuk subskala internalisasi (p = 0,428), perhatian (p =
0,233), dan skor total PSC-17 (p = 0,824). Secara umum, obesitas tidak
berhubungan dengan gangguan perilaku dan emosional pada anak (p = 0,602).
Diskusi: Obesitas tidak berhubungan dengan gangguan perilaku dan emosional
pada anak secara general menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang
berperan dalam menimbulkan gangguan psikis pada anak. Namun, penggunaan
kuesioner PSC-17 yang singkat dapat menunjukkan adanya kemungkinan negatif
palsu, terutama untuk gangguan cemas. Obesitas berhubungan dengan gangguan
subskala eksternalisasi (agresivitas, dissosial) yang diduga berhubungan dengan
sosial stigma dari peer group;Introduction: Obesity has become a pandemic problem, which is common in
both developed and developing countries. The prevalence of obesity in children
has increased in the last two decades. Obesity in children can increase the risk of
various chronic diseases, both physically and mentally. Psychosocial disorders
associated with childhood obesity include: depression, anxiety, low self-esteem,
hyperkinetic disorder, as well as increased aggressiveness. It is estimated that
obesity is associated with behavioral and emotional disorders are due to
vulnerable genetic expression in obese individuals. Method: A cross-sectional
study conducted in primary school age children in SDN 01 Menteng Jakarta to
determine the relationship. The study was conducted by comparing the nutritional
status of children and behavioral/emotional disorders screening through PSC-17
questionnaires. Result: Distribution of obese children in SDN 01 Menteng Jakarta
reached 23.18%. Association between childhood obesity and behavioral disorders
is significant for externalizing subscale (p = 0.036). On the other side, childhood
obesity did not have a statistically significant relationship for internalization
subscale (p = 0.428), attention (p = 0.233), and PSC-17 total score (p = 0.824). In
general, obesity is not associated with behavioral and emotional disorders in
children (p = 0.602). Discussion: No associations between obesity and
behavioral/emotional disorders in children suggest that there are other factors
playing a role in causing mental disorders in children. However, the use of brief
PSC-17 questionnaires may indicate the possibility of false negatives, especially
for anxiety disorders. Association between obesity and externalizing subscale
disorders (aggresiveness, dissocial behavior) may be caused by the social stigma
of the peer group, Introduction: Obesity has become a pandemic problem, which is common in
both developed and developing countries. The prevalence of obesity in children
has increased in the last two decades. Obesity in children can increase the risk of
various chronic diseases, both physically and mentally. Psychosocial disorders
associated with childhood obesity include: depression, anxiety, low self-esteem,
hyperkinetic disorder, as well as increased aggressiveness. It is estimated that
obesity is associated with behavioral and emotional disorders are due to
vulnerable genetic expression in obese individuals. Method: A cross-sectional
study conducted in primary school age children in SDN 01 Menteng Jakarta to
determine the relationship. The study was conducted by comparing the nutritional
status of children and behavioral/emotional disorders screening through PSC-17
questionnaires. Result: Distribution of obese children in SDN 01 Menteng Jakarta
reached 23.18%. Association between childhood obesity and behavioral disorders
is significant for externalizing subscale (p = 0.036). On the other side, childhood
obesity did not have a statistically significant relationship for internalization
subscale (p = 0.428), attention (p = 0.233), and PSC-17 total score (p = 0.824). In
general, obesity is not associated with behavioral and emotional disorders in
children (p = 0.602). Discussion: No associations between obesity and
behavioral/emotional disorders in children suggest that there are other factors
playing a role in causing mental disorders in children. However, the use of brief
PSC-17 questionnaires may indicate the possibility of false negatives, especially
for anxiety disorders. Association between obesity and externalizing subscale
disorders (aggresiveness, dissocial behavior) may be caused by the social stigma
of the peer group]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Anak sebagai karena tuhan yang di dalam dirinya melekat harkat dan martabat manusia seutuhnya, mempunyai kedudukan yang khas dan khusus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Anak merupakan aset yang berharga yang diliki oleh suatu bangsa, sebab anak adalah potensi, tunas, masa depan dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, anak perlu mendapat kesempatan yang seluasnya -luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik intelektual mental maupun sosial. Oleh karena itu, perlindungan anak dan pemenuhan haknya merupakan syarat mutlak untuk pengembangan anak."
JHHP 2 (1-2) 2004
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>