Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
050 REF 9:1 (2007)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar : Program Magister Ilmu Agama & Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia
050 DMS 1:1 (2003) (1)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lembaga Studi Filsafat (LSF)
050 JFU 1:1 (1991)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Fakultas Adab dan Himaniora UIN Syarif Hidayatullah
050 TUR 9:2 (2003)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Putu Putra
"ABSTRAK
"Sekalipun agama Hindu diperkirakan berumur lebih dari 5000 tahun, dan sebagai agama tertua yang tetap hidup, banyak orang tidak mengetahui dengan benar paham ketuhanan yang dianutnya, termasuk orang-orang Hindu sendiri. Sebagian besar orang-orang di luar Hindu menganggap Hindu menganut politheisme. Dalam banyak buku perbandingan agama dikatakan demikian. Orang-orang Hindu, menyatakan bahwa agama Hindu adalah monotheistik. Sikap semacam ini bisa diartikan sebagai upaya orang Hindu untuk menyesuaikan diri dengan kategori-kategori yang dibentuk oleh orang lain. Orang-orang Hindu seperti tunduk di bawah kekuasaan wacana orang lain, dalarn hal ini filsafat Barat dan agama-agama Abrahamik, khususnya Kristen dan Islam. Tetapi bisa juga karena kekeliruan menafsirkan teks-teks di dalam Weda maupun Upanisad yang menyebut Tuhan sebagai ""Yang Esa,"" ""Satu-satunya"", ""Tiada Yang Kedua"" dan sebagainya. ""Para maharesi menyebut banyak nama kepada Yang Satu."" (RigVeda I: 164, 6; 46); ""Dalam kebenaran sejati Yang Satu menjadi seluruh dunia."" (RigVeda VIII: 58, 2-8, vi); ""Dia adalah Satu menyusupi segalanya, tamu manusia"" (AtharvaVeda VII: 21, vi); ""Dia adalah Satu, Satu-satunya, yang hanya Satu. Di dalamnya semua para Dewa menjadi Satu."" (AtharvaVeda XIII: 4, 12- 24). Tetapi `""Yang Satu"" di ini bisa berarti, selain monotheisme, juga pantheisme, parwntheisme atau monisme. Kekeliruan menafsirkan kata ""Yang Esa"" atau ""Yang Satu"" dapat terjadi karena filsafat ketuhanan di dalam agama Hindu, sangat berbeda dengan filsafat Barat. Di dalam Hindu, kategori-kategori seperti politheisme, monotheisme dan sebagainya tidak dikenal. Pemikiran ketuhanan berfokus pada perbedaan antara Tuhan berpribadi dengan nama dan rupa (Saguna Brahman) dan Tuhan tak berpribadi tanpa nama dan rupa (Nirguna Brahman). Di samping itu, di dalam Hindu terdapat konsep Istadewata, di mana setiap orang bebas memilih Ideal yang ingin dipujanya. Seseorang dapat mengikuti filsafat ketuhanan tertentu yang dikehendakinya, Nirguna Brahman atau Saguna Brahman. Bila ia mengikuti filsafat Saguna Brahman, ia dapat memilih nama dan rupa tertentu dari Tuhan yang ingin dipujanya. Konsep Istadewata ini lalu menimbulkan kesan bahwa Hindu adalah politheistik atau henotheistik. Upanisad menjelaskan Tuhan, yang disebut Brahman, ada di dalam ciptaan, sekaligus melingkupi ciptaan. Maka paham ketuhanan menurut Upanisad, dalarn kategori filsafat ketuhanan Barat, adalah pantheistik/panentheistik. Tetapi Upanisad juga menjelaskan Tuhan, sebagai substansi transenden dan personal, disebut Isvara, yang dalam kategori filsafat Barat dapat dikategorikan sebabai monotheisme. Brahman sebagai substansi tunggal, dicari ke dalam diri melalui meditasi atau jnana dan raja yoga. Sedangkan Isvara dipuja sebagai praktek dari bhakti yoga. Di samping diperbolehkan memilih nama rupa, orang Hindu juga bebas memilih berbagai jalan menuju Tuhan. Tuhan yang mahatakterbatas, tidak mudah untuk didefinisikan, diberikan batasan-batasan. Akses kepadanya juga tidak mungkin dibatasi. Ramakrishna Paramahamsa seorang yogi Ilindu menyatakan,""
2007
T39133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Septriana
"Dominasi kelompok identitas religius di Indonesia, yang diperkuat dengan kekuasaan negara akan meminggirkan wacana yang datang dari kelompok identitas minoritas. Demokrasi harus melindungi iklim keberagaman dan pola hidup yang setara antar-individu, untuk menjaga pertukaran nilai yang dinamis dalam ranah masyarakat. Kekuasaan negara dalam ranah demokrasi, tidak bisa berpegang pada kepentingan sebuah kelompok identitas. Keberagaman, dan nilainilai yang terkandung dalam tiap kelompok identitas merupakan salah satu hal yang bisa dijadikan negara sebagai sumber kekuasaannya. Prioritas negara adalah merekognisi kelompok-kelompok identitas minoritas, dengan regulasi-regulasi yang dikeluarkannya.

Domination of religious identity groups in Indonesia, which got more strength from the power of constitution will repress every discourse that come from minor identity groups. Democracy must protects the diversity and people_s way of life in egalitarian rules, to keep the dynamics of value-exchange in society. The power of the state in a field of democracy, cannot rely on one identity group_s interests. Diversity, and the values of every identity groups are sources of government_s power. A prior responsibility of the state is to recognize minor identity groups, through regulations which is produced by government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S16012
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Nabi adalah manusia yang mendapat wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri. Iatidak diperintahkan menyampaikan wahyu yang memuat pelajaran keagamaan kepada umat manusia. Sedangkan Rusul adalah nabi yang mendapat wahyu dari Allah dan diperintahkan menyampaikannya kepada umatnya. Jadi tidak semua nabi adalah Rusul."
[Arab, Universitas Indonesia], 2005
UI-ARABIA 7(14-15)2004/2005
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eky Triwulan Kusumaningrum
"Manusia pada dasarnya memiliki banyak keinginan yang ingin dipenuhi di dalam kehidupannya. Ternyata hal tersebut didorong oleh hasrat di dalam dirinya. Namun dalam praktiknya, keinginan seseorang tidak dengan mudah dapat tercapai. Oleh karena, pastilah ada keinginan yang bentrok dengan keinginan orang lain. Namun, kehadiran orang lain bukan hanya sebagai sebuah alat bagi pemenuhan keinginan seseorang, tapi orang lain tersebut menjadi objek hasrat itu sendiri. Demi untuk memenuhi hasratnya manusia bahkan menggunakan banyak cara, bahkan yang manipulatif sekalipun. Komik 20th Century Boys dan 21st Century Boys karangan Naoki Urasawa merupakan salah satu gambaran realitas mengenai penggunaan manipulasi tanda demi memenuhi hasratnya yang dituangkan ke dalam sebuah komik

Basically, human-being have several wants that is must be fulfill in their life. In fact, those are driven by their desire. But, what they want can not be reached easily. It is because of clash between one_s interest and the other_s. The present of the others are not only instruments for one_s desire fulfillment, but also the object of that desire itself. For desire fulfillment, one can do it in many ways, even the manipulative one. In 20th Century Boys and 21st Century, a comic by Naoki Urasawa are one of a picturing from the reality about manipulation of signs that human uses to fullfil their desire"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S16112
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Indra
"Skripsi ini membahas pandangan Driyarkara mengenai konsep pendidikan dengan memperhatikan tujuan eksistensi manusia. Pendidikan diharapkan mampu kembali kepada tujuan awalnya untuk mendapatkan kebijaksanaan. Adanya relasi dengan kebudayaan diharapkan mampu terciptanya konsep manusia yang bisa mewakili peradaban bangsanya di mata dunia.

This essay discusses Driyarkara?s opinion about education`s consep which remark humans existentialist purpose. Education expected may return to earlier purpose to get wisdom. Therefore relation with culture may expect create a consep of a great humans who can represent their civilitation to other nations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16041
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulka Alia
"Zulka Alia. Abstrak sbb. Upacara kematian di Jepang bisa dilaksanakan dalam berbagai cara baik menurut ajaran agama yang dianut, maupun atas permintaan dari yang meninggal semasa hidupnya. Namun menurut statistik, 90 % upacara kematian di Jepang dilaksanakan menurut agama Buddha. Hal ini disebabkan karena dalam ajaran Buddha memiliki pandangan tentang alam sesudah kematian yang disebut raisei. Sebagaimana dikemukakan oleh Ian Reader dalam bukunya Japanese Religion Past and Present bahwa orang Jepang lahir secara Shinto dan meninggal secara Buddha (1993:52). Dengan kata lain, orang Jepang akan berhubungan dengan pendeta Budda ketika mereka memerlukan pertolongan dalam upacara kematian. Sedangkan dalam ajaran Shinto lebih mengutamakan yang bersifat keduniawian beranggapan bahwa segala hal yang berkaitan dengan kematian adalah hal yang kotor dan tidak suci ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>