Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21829 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok: Pusat Leksikologi & Leksikografi FSUI, 1993
UI-KATA 1998/2003
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastomo Bagus Prakoso
"ABSTRAK
The focus of this research is to analyze the the use of Active and Passive Form in the translation News Text Prabowo : Ein Geist Namens Vergangenheit. The purpose of this study is to find out, how far a transposition of passive form to active form and vice versa during the translation process of the source text to target text could affect the discourse and meaning of a text. The text is analyzed using semantic and syntax approach, as well as critical discourse analysis to reveal the discourse that is contained in both source text and target text.

ABSTRACT
In dieser vorliegenden Arbeit geht es um die Analyse der Wahl von Aktiv und Passiv in der Übersetzung Berichttext Prabowo : Ein Geist Namens Vergangenheit. Das Ziel der Arbeit ist, um zu behaupten, wie ist die Wirkung der Transposition von Passiv- zu Aktivform und vice versa zu der Botschaft im Zieltext im Vergleich zu der des Ausgangstextes. Die Texte werden anhand der syntaktischen und semantischen Theorie, sowie die der kritischen Diskursanalyse, analysiert, um doe Texte kritisch zu analysieren"
2015
S61134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
499.221 5 UNG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Darma Laksana
"ABSTRAK
Kajian terhadap tajuk bermajas dalam surat kabar berbahasa Indonesia dimaksudkan untuk menemukan hubungan antara struktur gramatikal dan semantik--pragmatik sebagai refleksi dari karakteristik tajuk. Sumber data berupa enam buah surat kabar: lima dari surat kabar yang berskala nasional yakni Kompas, Suara Pembaruan, Suara Karya, Berita Buana, dan Merdeka; dan satu dari surat kabar kota yakni Pas Kota. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan segi stilistik dan gramatikal majas, cara pemahaman, dan fungsinya pada tajuk.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perpaduan dari ancangan stilistik dan ancangan gramatika. Ancangan stilistik sendiri diperoleh dari perpaduan tiga macam teori: semantik, pragmatik, dan kognitif. Teori semantik dimanfaatkan untuk mengungkapkan bentuk majas yang dicirikan oleh kesamaan fitur semantik; teori pragmatik dimanfaatkan untuk mengungkapkan bentuk majas yang tidak dicirikan oleh kesamaan fitur semantik karena penciptaannya sudah keluar dari pola yang ada (sistem); dan teori kognitif dimanfaatkan untuk menjelaskan tema-tema ungkapan majasi. Selanjutnya, ancangan gramatika didasarkan pada teori gramatika fungsional. Teori gramatika fungsional --.tersebut dipandang dapat menjelaskan pola gramatikal tajuk karena tajuk hakikatnya adalah sebuah kalimat teks.
Perpaduan antara ancangan stilistik dan ancangan gramatika itu menghasilkan salah satu temuan yaitu bentuk majas, dalam hal ini metafora, yang salah satu unsurnya berfungsi sebagai pengekspresif makna. Temuan lainnya dapat dikemukakan berikut ini.
Penelitian terhadap lima ratus tajuk bermajas menghasilkan simpulan bahwa kategori majas perbandingan lebih tinggi frekuensi pemakaiannya dibandingkan dengan majas pertautan, yakni dalam perbandingan 420:80 (84%:15%). Di antara kategori majas perbandingan itu dapat diketahui pula bahwa subkategori metafora menempati posisi teratas, yakni 370 buah (74%); kemudian personifikasi dan perumpamaan masing-masing: 18 buah (3,60%) dan 32 buah (6,40%). Sementara itu, pada metafora, pola pemakaian Tb-Mt (metafora predikatif) menduduki posisi paling tinggi, yakni 220 buah (59,46%). Dua pola lain yaitu Tb-Pb (metafora nominal) dan gala Pb-Mt (metafora kalimat) masing-masing: 115 buah (31,08%) dan 35 buah (9,46%). POla Pb-Mt (metafora kalimat) tersebut'digolongkan dalam metafora inovatif. Pada metonirmia, pola Pu-OTu lebih tinggi frekuensinya daripada pola Tu-Pu; dalam perbandingan 42:18 (70%:30%).
Makna suatu ungkapan majasi--terutama yang tergolong dalam bentuk inovatif--hanya dapat dipahami berdasarkan prosedur rekonstruksi makna, baik dengan bantuan kebahasaan maupun bantuan luar kebahasaan. Berdasarkan rekonstruksi makna ungkapan majasi itu, secara garis besar, dapat dikelompokkan dua tipe makna, yaitu makna bahasa dan makna budaya dengan perbandingan frekuensi 370:130 (74%:26%).
Analisis fungsi majas pada tajuk menghasilkan simpulan yang berikut: pertama, majas sebagai penghemat ruang dalam Surat kabar; kedua, majas sebagai penarik minat pembaca; dan ketiga, majas dapat mengkongkretkan hal yang diungkapkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Imelda Pasha
"Dalam skripsi ini, saya melakukan penelitian terhadap artikel berita utama pada surat kabar Jerman Bildzeitung. Fokus penelitian saya adalah menganalisis koherensi tematis dalam artikel berita utama dari aspek tekslinguistik dan aspek semantis. Skripsi ini terdiri atas empat bab. Dasar teori yang digunakan pada skripsi ini adalah teori teks dan koherensi Brinker, teori makna Blanke, serta teori teks jurnalistik Luger. Data yang digunakan adalah artikel-artikel berita utama mengenai perang antara Irak dan Amerika yang terdapat dalam surat kabar Jerman Bildzeitung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa koherensi tematis dalam artikel berita utama mengenai perang antara Irak dan Amerika yang terdapat dalam surat kabar Jerman Bildzeitung dibangun dengan baik, meskipun Bildizeitung merupakan surat kabar yang menekankan tampilan beritanya (seperti tampilan gambar dalam ukuran besar). Tampilan gambar dalam surat kabar Bildzeitung memiliki pesan penting dalam membangun makna asosiatif. Makna referensial dan makna asosiatif dari setiap kata atau kalimat membantu terbentuknya koherensi tematis. Selain itu, pilihan kata yang sesuai dengan tema juga turut membantu terbentuknya koherensi tematis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The writer analyze the description of the politeness in Karonese Nganting Manuk ceremony by the data and analysis, finally the writer comes to the conclusion that the politeness is one of the important factors in one's socialization and it is used to maintain the social value of the community, including in virtual-community. There are 6 situations of politeness that is used in the conversations of Karonese Nganting Manuk ceremony on 6th May 2009. They are: greeting, thanking, offering, invitation, apologizing, and leaving-taking. There are 3 types of politeness used in the conversation of Karonese Nganting Manuk ceremony. They are: positive politeness strategy amounts to 23 conversations or 58,9%, negative politeness strategy amounts to 13 conservations (33,4%) and off-record strategy amounts to 3 conservations (7,7%).
"
EPISTEME 1:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sintawati
"Penelitian ini mengenai pelafalan. diftong Bahasa Indonesia yang dilafalkan_oleh para pemhaca berita Televisi Republik Indonesia (TVRI). Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari 1982 sampai bulan September 1988. Tujuannya ialah untuk mencari pola pelafalan diftong Bahasa Indonesia yang dilafaltan oleh pembaca berita TVRI. Serta meninjau kembali apakah Pola-Pola yang ditemui dalam penelitian sesuai atau sedikit banyak mempunyai kesamaan dengan Pola yang diperikan oleh para penulis tata bahasa bahasa. Indonesia. karena mengingat -selama ini ada anggapan bahwa pembaca berita TVRI untuk sementara dapat dijadikan contoh sebagai pelafal bahasa Indonesia yang baik. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik merekam. Semua berita inti yang ada pada TVRI direkam sebanyak lima kali pada masing-masing pembaca hasil perekaman. ditranskripsi secara fonetis. dan obyektif. Data yang telah ditranskripsi dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya dua puluh lima persen dari pembaca berita yang melafalkan diftong sesuai dengan-kaidah tata bahasa bahasa Indonesia. Selebihnya melafalkan diftong, seperti lafal dalam bahasa percakapan (lisan) dalam skripsi ini disebut menurut Pembaca Berita (PB). Dengan demikian pola pelafalan dif_tong pembaca berita TVRI dominant pada bunyi [_y] atau [ey] dan [cw] yang banyak ditemukan dalam bahasa lisan dari lebih sedikit yang melafalkan- [ayJ dan [aw] (menurut kaidah tata bahasa)."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Laksman-Huntley
"ABSTRAK
Sejak diputuskan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, para ahli bahasa sibuk membenahi dan mengembangkan norma-norma bahasa tersebut. keputusan untuk menentukan cara penulisan, tata bahasa dan perbendaharaan kata muncul pada Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938 di Solo (Java Tengah). Bahasa Indonesia lebih terpacu untuk berkembang pada masa penjajahan Jepang karena bahasa ini merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi dan akhirnva menjadi lambang kesatuan nasional Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting sebagai lambang kesatuan nasional. Sejak dibentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. penyempurnaan bahasa terutama normalisasi tata bahasa selalu dilaksanakan. Berkat komisi ini juga pada akhir penjajahan Jepang tahun 1945 bahasa Indonesia diperkaya dengan sekitar 7.000 istilah haru (St. T. Alisjahbana, 1983: 15).
Komisi kerja yang di bentuk pada 18 Juni 1945 berhasil menyelesaikan istilah-istilah ilmiah dan teknik serta mencatat 5.000 kata-kata baru. Setelah perpindahan/serah terima teknik serta mencatat 5.000 kata-kata baru. Setelah perpindahan/serah terima kekuasaan pekerjaan di atas dilanjutkan oleh Komisi Istilah T'eknik yang bertugas menyusun kamus baru dan menyempurnakan yang sudah ada untuk pengajaran."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Swasono Hadi
"ABSTRAK
Self deception adalah suatu konsep dengan banyak
definisi. Dalam penelitian ini sendiri penggunaan istilah
Self deception mengacu kepada penjelasan Goleman (1997) yaitu
suatu keadaan tidak disadarinya keberadaan informasi negatif
pemicu kecemasan, baik sebagian atau seluruhnya, sebagai
akibat bekerjanya mekanisme pengalihan perhatian atau
mekanisme penyimpangan ingatan yang dilakukan oleh skemaskema
di luar kesadaran.
Sementara itu, salah satu perkembangan menonjol yang
terjadi dewasa ini adalah semakin meningkatnya peran media
massa dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan
tersebut tidak bisa dihindari bahwa berita-berita yang
disampaikan media massa turut pula menimbulkan efek perasaan
negatif dalam kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanya
disebabkan karena adanya faktor penilaian subyektif masingmasing
anggota masyarakat tetapi juga unsur keberpihakan
dalam diri media massa itu sendiri.
Mencermati hal tersebut peneliti melihat ada
kemungkinan keterkaitan antara pemberitaan media massa dengan
proses self deception, di mana berita-berita yang disajikan
media massa berpotensi menimbulkan kecemasan pada masyarakat
sehingga dapat menjadi faktor pendorong terjadinya proses
self deception. Untuk meneliti kemungkinan hubungan tersebut,
sekaligus dalam upaya untuk lebih memahami proses self
deception, maka peneliti melakukan eksperimen secara
randomized two group.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah secara
insidental. Subyek penelitian diambil dari kelompok Forum
Studi Orientasi Islam (Forsis). Dengan pertimbangan
kemudahan, penelitian ini dikhususkan kepada berita dalam
bentuk tertulis atau berita media cetak. Prosedur yang
dilakukan adalah memberikan berita netral kepada kelompok
kontrol dan berita negatif kepada kelompok eksperimen,
kemudian meminta mereka me-recall kata-kata tertentu yang
diminta. Walau kedua bacaan tersebut berbeda isi dan
konteksnya, namun kata-kata yang harus di-recall sama persis
untuk kedua kelompok. Faktor agama menjadi dasar interpretasi
berita, dimana berita negatif merupakan berita
memojokkan agama yang dianut subyek penelitian (kelompok
eksperimen). Hipotesa alternatif penelitian ini adalah bahwa
kelompok eksperimen yang menerima berita negatif hasil recall-nya akan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang menerima berita netral. Jika hal itu terbukti,
maka defisit dalam ingatan kelompok eksperimen
mengindikasikan kemungkinan terjadinya proses self deception.
Hasil analisa kuantitatif penelitian ini menunjukkan
bahwa hipotesa alternatif ditolak, yang berarti tidak ada
perbedaan bermakna antara hasil recall kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen. Walau demikian hasil analisa
kualitatif menunjukkan terjadi penyimpangan dalam sejumlah
recall kelompok ekseprimen, dimana sebagian kecil di
antaranya memenuhi kriteria sebagai proses sel f deception.
Melalui penelitian ini juga diperoleh beberapa hasil
sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai masalah self
deception, yaitu: 1. Pemberian informasi negatif yang terkait
langsung dengan subyek penelitian kemungkinan akan berpotensi
lebih besar memicu terjadinya proses self deception.
2. Kredibilitas sumber informasi hendaknya mendapat
perhatian, karena informasi negatif yang berasal dari sumber
yang kredibel dan memiliki data penunjang yang kuat akan
lebih mudah menimbulkan kecemasan. Hal ini penting karena
dalam teori Goleman kecemasan merupakan intervening faktor
dalam menimbulkan self deception. 3. Kesempatan untuk
mengalihkan perhatian nampaknya merupakan faktor pendukung
bagi terjadinya self deception, karena hal tersebut akan
menghambat informasi negatif untuk disadari. 4. Adanya
perbedaan individual para subyek penelitian dalam menyikapi
informasi negatif menunjukkan kemungkinan adanya secondary
variabel yang berpengaruh terhadap proses self deception,
seperti mungkin faktor rentang perhatian, usia atau tingkat
kecemasan. Untuk itu diperlukan studi lanjutan yang bertujuan
mengidentifikasi karakteristik individual yang dapat
mempengaruhi self deception tersebut. Pengidentifikasian
secondary variabel tersebut juga akan berguna dalam
menerapkan prosedur kontrol penelitian yang lebih ketat.
Untuk meningkatkan validitas pengukuran hal lain yang dapat
dilakukan adalah menambah jumlah sampel, hal ini selain akan
meningkatkan kemampuan generalisasi penelitian juga akan
mempertinggi nilai t. 5. Dengan memperhatikan sejumlah saran
yang telah diberikan hendaknya dapat dibuat alat ukur baku
atau standar baku untuk mengukur self deception."
2003
S3217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>