Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okke Saleha K. Sumantri Zaimar
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan
"Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika untuk menganalisis teks berita konflik Israel-Palestina. Teori semiotika Barthes mengenai konotasi digunakan untuk menggali makna konotasi yang terdapat dalam sejumlah kata atau ungkapan yang menjadi tanda dalam teks berita. Korpus bersumber dari teks berita Kompas pada momentum pengajuan proposal Palestina untuk menjadi anggota PBB, yaitu September-Oktober 2011.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konotasi sangat berperan dalam menggambarkan tanda yang sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin diberitakan media Kompas. Hasil analisis ini juga membentuk makna konotasi yang mengungkap sudut pandang Kompas tentang Palestina, Israel, dan reaksi negaranegara di dunia selama momen tersebut.

This research uses qualitative method with semiotic approach to analyze the news text of the Israeli-Palestinian conflict. The semiotic theory of Barthes about connotations is used to find the meanings of the words or phrases that acted as sign in the news text. Corpus is taken from Kompas‟s news text at the moment of submission of Palestinian proposal for UN membership, during September-October 2011.
The results of the research analysis show that the connotation is crucial in describing the sign that correspond to what Kompas really want reported. The results of the research analysis also find the connotation meaning which reveal a perspective of Kompas on the Palestinian, Israel, and the reaction of countries in the world during this moment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T36138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Excel Elfando Tobing
"Nawal El Saadawi adalah seorang feminis dan sastrawan yang beraliran simbolisme-filosofis. Salah satu karya yang telah ia tulis adalah cerpen “نام الرجل بعد العشاء” /Nāma ar-Rajul ba‘da al-‘Asyā’/. Cerpen ini mengandung simbol-simbol berupa penokohan dan latar yang perlu diinterpretasi agar pesan yang disajikan oleh Nawal El Saadawi sampai kepada pembaca. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur kebudayaan dalam cerpen “Nāma ar-Rajul ba‘da al-‘Asyā’”, mengetahui makna semiotik dari penokohan, latar, dan unsur kebudayaan cerpen tersebut, serta menjelaskan budaya patriarki yang digambarkan oleh Nawal El Saadawi. Metode penelitian yang dipakai dalam tulisan ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik studi pustaka. Dengan menggunakan pendekatan semiotika-struktural dan teori semiotika Peirce, penelitian ini menyimpulkan bahwa Nawal El Saadawi menggunakan penokohan, latar, dan unsur kebudayaan untuk menggambarkan kondisi budaya patriarki dan mengungkapkan keresahan yang dirasakan oleh perempuan. Tokoh raja dalam mimpi Abdul Imam merepresentasikan laki-laki dalam budaya patriarki yang selalu ingin dipatuhi. Sementara itu, tokoh wanita digambarkan sebagai orang yang mempunyai keinginan memberontak, tetapi tidak mampu melakukannya di dunia nyata. Latar cerita menggambarkan perbedaan antara kondisi ideal (kondisi yang diangankan oleh istri Abdul Imam) dan kondisi riil (kondisi nyata). Selain itu, sepatu dalam cerpen ini merupakan simbol kehormatan raja yang digunakan oleh Nawal untuk menunjukkan kelemahan laki-laki tanpa peran perempuan.

Nawal El Saadawi is a feminist and writer with philosophical symbolism device. One of the works he has written is the short story “نام الرجل العشاء” /Nāma ar-Rajul ba‘da al-‘Ashā’/. This short story contains symbols in the form of characterizations and settings that need to be interpreted so that the message presented by Nawal El Saadawi reaches the reader. This study aims to describe the intrinsic and cultural elements in the short story “Nāma ar-Rajul ba'da al-'Ashā'”, to find out the semiotic meaning of the characterizations, setting, and cultural elements of the short story, and to explain the patriarchal culture that illustrated by Nawal El Saadawi. The research method used in this paper is a qualitative research method using library research techniques. By using a structural-semiotic approach and Peirce's semiotic theory, this study concludes that Nawal El Saadawi uses characterizations, settings, and cultural elements to describe the condition of patriarchal culture and express the anxiety felt by women. The king figure in Abdul Imam's dream represents men in a patriarchal culture who always want to be obeyed. Meanwhile, the female character is described as a person who has the desire to rebel, but is unable to do so in the real world. The setting of the story illustrates the difference between ideal conditions (the conditions imagined by Abdul Imam's wife) and real conditions (real conditions). In addition, the shoes in this short story are a symbol of the king's honor used by Nawal to show the weakness of men without the role of women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwilia Jolest Putri
"Perempuan yang telah menjadi ibu mengalami domestikasi tidak hanya dibebankan untuk mengurus rumah tangga, tetapi juga mengasuh anak. Domestikasi tersebut menyebabkan ibu sulit untuk mengembangkan diri dan melakukan pemenuhan diri karena identitas pengibuan akan memberikan stereotip ibu jahat. Dikotomi ibu baik dan ibu jahat tidak hanya menjadikan ibu mengalami domestikasi tetapi juga menjadi stres dan pemarah. Oleh sebab itu, diperlukan redefinisi yang mengonstruksi pengibuan kompleks agar ibu tidak terjebak dalam dikotomi ibu jahat dan ibu baik. Caranya, menghadirkan pengalaman ibu dalam tatanan semiotik ke dalam tatanan simbolik.
Penelitian ini menggunakan metode kritik sastra feminis pendekatan semiotic language dari Julia Kristeva pada 6 judul puisi buku dalam kumpulan puisi Ibu Mendulang Anak Berlari karya Cyntha Hariadi. Enam judul puisi tersebut adalah Anak Perempuan, Mandi, Jalan-jalan, Katamu Kataku, Surga, dan Ibu Mendulang Anak Berlari.
Teori yang digunakan dalam analisis teks adalah teori sastra (diksi, majas, citra), teori pengibuan biologis perspektif Adrienne Rich, dan teori pengibuan perspektif Julia Kristeva. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa teks puisi menghadirkan suara ibu yang mengalami opresi oleh identitas pengibuan dan menghadirkan kompleksitas pengalaman ibu untuk meredefinisi identitas pengibuan melalui bahasa (diksi, majas, citra).

Women who already has become a mother experienced the domestication that have to work for maintenance the household and rise the children. This domestication impacts to the loss of mother's self-development and self-fulfillment because of the motherhood's identity will stereotype the mother who did those as a bad mother. Dichotomy of good and bad mother not only effected to domestication but also change the mother's behavior to easily stress out and angry. So, the redefinition of motherhood complexity is needed. One of the ways to achieve this redefinition is adding the semiotic of motherhood view to the symbolic one.
The method of this study is critical literature with semiotic language approaches from Julia Kristeva's work on 6 poems of Ibu mendulang Anak Berlari book written by Cyntha Hariadi. The tittle of this six poems are Anak Perempuan, Mandi, Jalan-jalan, Katamu Kataku, Surga, and Ibu Mendulang Anak Berlari.
The references that used in this study were literature (diction, figure of speech, image) theory, Adrienne Rich's motherhood biological perspective theory, and Julia Kristeva's motherhood perspective theory. Based on this results, poems showed the mother oppression because of motherhood's identity and described the complexity of motherhood experiences in order to redefinition of motherhood's identity through a literature.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Dermawan
"Penelitian ini bertujuan menemukan koherensi struktur intrinsik Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan menemukan koherensi struktur trilogi itu dengan struktur sosial masyarakat yang menjadi acuannya. Kerangka teori yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah teori semiotik dan teori strukturalisme-genetik. Teori semiotik menganggap karya sastra sebagai fakta semiotik, sebagai tanda; sedangkan teori strukturalisme-genetik. menganggap karya sastra sebagai fakta sosial. Penggunaan kedua teori itu dalam penelitian ini saling melengkapi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik. Dengan metode itu penelitian berlangsung secara dialektis, dari fakta-fakta linguistik yang aktual ke fakta-fakta sosial dan semiotik yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya penemuan fakta-fakta sosial dan semiotik itu digunakan kembali untuk pemahaman ulang mengenai fakta-fakta linguistik. Proses dialektis itu berlangsung secara terus-menerus sampai ditemukannya koherensi struktur teks.
Dengan menggunakan kerangka teori dan metode tersebut di atas penelitian ini akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa keberhasilan Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor semiotik dan faktor sosiologis. Faktor semiotiknya berupa penggunaan dan penyangkalan terhadap sistem semiotik tingkat umum, sistem semiotik tingkat khusus, dan sistem semiotik tingkat sastra lokal. Faktor sosiologisnya berupa pengekspresian secara tepat pandangan dunia tragik wong cilik dan santri yang hidup di tengah masyarakat yang sedang berubah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T2069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Purnamasari
"Ragam bahasa keilmuan saat ini menjadi Salah satu unsur penting yang dibahas di perguruan tinggi dalam pengajaran bahasa Jerman bagi penutur asing. Satu dari sekian banyak ciri khas yang kerap ditemukan dalam bahasa Jerman ragam keilmuan adalah pronomina es.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan pronomina es dari segi sintaktis dan semantis. Secara sintaktis pronomina es berfungsi sebagai kata ganti, pengisi rumpang, dan bagian dari valensi verba, sementara dari segi semantis dibicarakan pronomina es yang berperan sebagai pemarkah relasi semantis antara anteseden dan pengacunya.
Korpus data berjumlah 90 (sembilan puluh) kalimat diperoleh dari empat buah buku yang mewakili dua bidang ilmu, eksakta dan noneksakta. Dua buku yang mewakili bidang ilmu eksakta adalah teknik dan kedokteran, sedangkan dua buku lainnya mewakili bidang noneksakta, yakni hukum dan linguistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara sintaktis prosentase kekerapan kemunculan pronomina es sebagai kata ganti, sebagai pengisi rumpang atau sebagai bagian dari valensi verba tidak sama antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya meskipun berada dalam kelompok ilmu yang sama. Pronomina es yang ditemukan dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik dan kedokteran; misalnya. Dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik prosentase kemunculan pronomina es yang berlilngsi sebagai kata ganti hanya sebesar 7,69%, sedangkan dalam bidang kedokteran Sebesar 31%. Sementara berdasarkan analisis semantis diperoleh simpulan sebagai berikut; Secara umum pronomina es yang paling kerap muncul dalam keempat bidang ilmu yang diteliti adalah pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai bagian dari valensi verba seperti dalam frasa verbal es regnet 'hujan'. Pronomina es tersebut -mengacu pada von Polenz- tidak memiliki makna secara semantis (Ieeres semanticsubjec) karena tidak membuat rujuk silang dengan nomina atau hal yang berada di depannya atau di belakangnya.
Pronomina es yang memperlihatkan hubungan anaforis antara anteseden dan pengacunya ditemukan paling kerap muncul dalam ragam bahasa keilmuan bidang linguistik. Dalam ragam ini pula pronomina es yang rnemperlihatkan hubungan kataforis paling kerap muncul. Pronomina es yang merupakan pronomina katafor secara sintaklis adalah pronomina yang berfungsi sebagai pengisi rumpang dan memiliki pola-pola kalimat tertentu, seperti Es... Nebensatz, ob... Akan tetapi tidak semua pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai pengisi rumpang memperlihatkan hubungan yang bersifat kataforis antara anteseden dan pengacunya. Pronomina es yang tidak memiliki pola kalimat khusus dan hanya merupakan sebuah dummy subject dalam kalimat tidak bermakna secara semantis, karena ia tidak membuat rujuk silang silang dengan lingkungannya.

Scientific language is now becoming one of significant studies which is tought at universities in teaching german for foreign speaker. One of the characteristics mostly found in scientific german is the pronoun es.
This research tried to describe and to emphasize the syntactical and semantical phanomen of the pronoun es. The pronoun es has -according to van der Elst- three syntactical functions as followed: Es as pronoun, es as expletive, and es as part of the verb valence. And es semantically shows the relation between the determiner and its antecedent, anaphoric or cathaphoric.
90 (ninety) sentences as corpus was taken from four scientific books, which represent two group of studies, namely science and social. Technik and medicine were chosen to represent science, and law and linguistics to social.
The result revealed that the frequency of the syntactical function of pronoun es found in four books is not the same one with another, although they are in the same group of study. Those found in technic and medicine for example. Both are science books, but the pronoun es as pronoun is found more in medicine as in technic, 31% to only 7,69%. Semantical analysis on the other hand indicated that the pronoun es, which are meaningless -this pronoun syntactically functions as part of the verb valence- generally found mostly in all four books. The anaphoric relationship is showed mostly in linguistics, so is the cataphoric one. The cataphor pronoun es is that, which functions syntactically as expletive and has particular sentence model, such as Es ... Nebensatz, ob .... Those, which also has the same syntactical iilnction but doesn?t have particular sentence model and it is only the dummy subject of the sentence are meaningless.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T17211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellysa Pia Beauty
"“The Blue Kite” (藍風箏 Lán fēngzheng) adalah sebuah film yang diproduksi tahun 1993 dan disutradarai oleh Tian ZhuangZhuang. Film yang dibintangi oleh Lu Liping dan Pu Quanxin mengambil latar pada kehidupan sebuah keluarga dan masyarakat pada Masa Revolusi Kebudayaan. Film yang diceritakan dari sudut pandang Tietou ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Ayah, Paman,dan Ayah Tiri. Hal yang menarik dalam film ini adalah pemilihan simbol “Layang-Layang Biru” sebagai judul film dan memiliki keterkaitan antara beberapa adegan dalam film yang bila dianalisis dengan pendekatan semiotic menyimbolkan suatu makna tertentu.
The Blue Kite” (藍風箏 Lán fēngzheng) is a 1993 film directed by Tian Zhuangzhuang. This film, starring Lu Liping and Pu Quanxin, was set in a family during the Cultural Revolution era. The story was narrated from the viewpoint of Tietou, and was divided into three parts: that of the Father, the Uncle, and the Stepfather. This paper focuses on this film's choice of the "Blue Kite" symbol as its title, as well as this title's connection to a few scenes in the film that can be analyzed using semiotics to reveal certain meanings"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aris Munandar
"Karya sastra Jawa Kuno kaya dengan bermacam tema yang antara lain berhubungan dengan panutan kehidupan, nilainilai kebajikan, dan gagasan-gagasan yang baik lainnya, namun sukar untuk dipahami karena dituangkan dalam bentuk filosofis. Oleh karena itu dalam kajian ini karya sastra Jawa Kuno akan ditelisik prinsip dasar alur kisahnya sehingga dapat diketahui beberapa alasan yang membuat suatu kisah dipahatkan dalam bentuk relief dengan berbagai aspeknya.
Kajian ini menggunakan landasan teori semiotika Charles Sanders Peirce, karena bangun trikotomo (sign, referent, interpretant) yang dikemukakan olehnya terasa cocok untuk menelusuri makna yang tersembunyi dalam hal penggubahan suatu cerita yang kemudian dipahatkan dalam bentuk relief. Untuk menjelaskan proses bernalar dalam upaya pencarian makna juga diterangkan secara semiosis.

Old Javanese literatures are rich of themes which mostly are related to way of lives, goodness values and ideas, which unfortunately is not easy to understand their meaning because they were often written in philosophical phrases. We have to accept the fact that study on Old Javanese literature are mostly focused on its formal aspects such as the composing basic principles and story line. While on the other side, studies of reliefs based on Old Javanese literature at Hindu-Buddhist monuments are often focused on the physical appearance, carving style, and measurement aspects. This paper is intended to reveal the hidden meanings of some Old Javanese literature as depicted in the Old Javanese sacred monuments from the 13th?15th century using what is called semiosis process.
The study is based on the Charles Sanders Peirce?s semiotic theory. The trichotomy structure (sihn?referent?interpretant) is used in analyzing the meanings behind the carved stories and the composing of the story itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Supriyatna Marizar
"Semiotics is a science of signs and/or sign systems. Which is essentially a theoretical approach to communication and aims to establish widely applicable principles. The problem is that it is a too theoretical and speculative approach. The semioticians make no attempt to prove or disprove their theories in an objective, scientific way. Semiotic is an application of linguistic methods to objects other than languange. A semiotic approach is to understand an approach to the text of the context. Semiotics is created by the representatives of a narrow circle of scientific disciplines, first of all, of logic, architecture, arts, and linguistics."
Jakarta: Akademika (Jurnal Pendidikan Tinggi Universitas Tarumanegara), 2004
AKDMK 6:2 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhli
"ABSTRAK
Heineken adalah sebuah perusahaan bir skala internasional yang berasal dari Belanda. Sebagai perusahaan kelas internasional dapat dipastikan jika Heineken memiliki banyak kompetitor untuk produk sejenis. Tentunya Heineken memiliki strategi perencanaan pemasaran yang sangat efektif, salah satunya memaksimalkan iklan. Pada tahun 2015, dengan bantuan dari TBWA Advertising Agency di Belanda, Heineken merilis sebuah poster iklan untuk kegiatan promosi. Judul iklan tersebut adalah Heineken: Kwaliteit Centraal/Extravers. Heineken menggunakan empat kata kunci di dalam iklan tersebut yaitu Heerlijk Verfrissend, Heerlijk Puur, Heerlijk Vertrouwd, dan Heerlijk Magisch. Keempat kata kunci tersebut terselip makna lain atau makna sekunder. Penelitian ilmiah ini akan membedah makna tersebut dengan menggunakan teori milik Rolland Barthes yang membahas tentang denotasi dan kontasi.

ABSTRACT
Heineken is a international beer company from Nederland. As an international company Heineken has many competitors. In order to lead the market definitely Heineken must have an effective strategy. Maximalizing the advertising plan is a must. In 2015 Heineken with TBWA Advertising Agency in Nederland released a poster advertisement. The title is Heineken Kwaliteit Centraal Extravers. The poster has four punchlines inside, which are Heerlijk Verfrissend, Heerlijk Puur, Heerlijk Vertrouwd, and Heerlijk Magisch. In this article, the writer will analyze the meaning of these punchlines with Rolland Barthes rsquo s Theory of denotation and connotation. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>