Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amir Rochkyatmo
"ABSTRAK
Wayang Klithik atau masyarakat Jawa Timur menyebutnya Wayang Krucil adalah salah satu jenis wayang yang dapat dikatakan tinggal sisa. Hidupnya telah diambang senja dan dalam kondisi merana.
Pengertian sisa atau hidup merana bukan bermakna tinggal satu-satunya atau tersia-sia, akan tetapi diakibatkan oleh berbagai sebab, kemajuan teknologi elektronik di bidang seni rekreasi banyak memberikan banyak pilihan dan ada yang menganggapnya lebih atraktif dan ongkosnya murah. Selain itu jenis wayang yang lain pun, seperti wayang purwa dirasakan lebih populer terhadap minat masyarakat peminat. Dampaknya kehidupan wayang klithik makin terdesak ke pinggir. Peminat jarang, panggilan tanggapan kian berkurang. Kelanjutannya seniman pendukung dan dalang hidup mengawang.
Penelitian ini bermaksud menguak perhatian peminat seni tradisional untuk menggugah minat, membangkitkan semangat dan memacu hasrat untuk meminati kembali kesenian ini. Beberapa grup wayang klithik masih ada meski jumlahnya tidak sampai puluhan, dalang dan panjaknya masih tersedia, wayang dan peralatannya juga masih ada, namun permintaan atau panggilan pentas makin menyusut. Untuk itu perlu ada penelusuran lebih lanjut sebab musabab makin surutnya perhatian.
Metode yang dipergunakan adalah metode pengumpulan data, khususnya data pustaka, dilengkapi dengan data yang dikumpulkan dari lapangan saat berlangsungnya pergelaran.
Hasil penelitian merupakan paparan atas kondisi kesenian bersangkutan yang dapat memberikan masukan guna ;
1. Mengenal kembali jenis kesenian tersebut.
2. Penanganan pembinaan dari instansi terkait secara berkelanjutan
Dengan masukan tersebut mudah-mudahan dapat diatur upaya pembinaan demi kelestarian kehidupan wayang klithik.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"ABSTRAK
Aspek gending dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa cukup menarik untuk diteliti, karena di dalamnya dikandunq unsur instrumen dan vokal, yang merupakan perpaduan antara irama, alunan qamelan dengan sindhenan. gerongan, narasi dan komoangan.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah: 1. baqaimanakah bentuk, penyajian, kedudukan dan funqsi gendhing dalam lakon/pertunjukan wayanq purwa.
Tujuan penelitian ini iaiah mengungkapkan makna gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa secara wholleness(utuh). tinjauan ini memfokuskan pada penelitian qendhinq iringan wayanq kulit purwa klasik dan mengesampingkan Gendhing iringan Penqembangan.
Sedangkan bahan sebagai data penelitian bersumber pada teks-teks karya sastra tertulis dan lisan. Teks-teks karya sastra tertulis yang dimaksud adalah bentuk lakon wayang berupa pakem tuntunan pedalangan semalam suntuk (utuh), lenqkap beserta unsur-unsur yanq mendukung. Sedangkan sumber taks lisan terdiri atas pengamatan peneliti dalam menyaksikan pergelaran langsung dan juqa mendengarkan pita kaset rekaman baik rekaman yang sifatnya live maupun rekaman studlo.
Metode penelitian yanq diterapkan ialah metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode yang berusaha untuk menquraikan obyek (teks karya sastra - lisan tertulis) seje1as-jelasnya dan sedalam-dalamnya, sehingga didapatkan makna yang utuh. Kesimpulan yanq dapat dipetik dari penelitian ini yaitu, bahwa:
1. Gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa terdiri atas pelbagai bentuk komposisi, seperti: lancaran, ladrangan, ketawangan dan gendhing. Komposisi ini kemudian diramu sehingga menjadi padu dengan unsur-unsur yang lain, seperti: suluk, sindhenan, gerongan, dan komoangan.
2. Dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa, gendhing disajikan berdasarkan aturan (konveksi) yang telah disepakati bersama di antara seniman, sehingga adegan-adegan di dalam pertunjukan wayang kulit purwa mempergunakan gendhing-gendhing iringan yang telah ditentukan bersama.
3. Gendhing merupakan salah satu unsur di dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa yang sangat vital. Oleh karena itu unsur gendhing sangat diperlukan keberadaannya.
4. Fungsi gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa disamping sebagai musik iringan juga turut serta dalam memberikan suasana, nuansa pergelaran wayang, sehingga gendhing juga ikut menjalin keterkaitan dengan unsur-unsur yang lain.
Menqinqat kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka aspek gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang purwa mempunyai pengaruh yang besar dan keberadaannya sangat diperlukan, karena dapat dibayangkan: sebuah pertunjukan wayang kulit purwa tanpa mempergunakan gendhing sebagai iringan, tentu di sana akan terasa hambar, "njomplang", dan tidak harmonis.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Balok Safarudin
"ABSTRAK
Wayang topeng Malangan mempunyai banyak lakon yang mengandung kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal tersebut terdapat dalam lakon Adege Kadiri yang dipertunjukkan dalam acara Gebyak Topeng Senin Legian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk kearifan lokal dalam lakon Adege Kadiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kearifan lokal yang ada di dalam lakon Adege Kadiri. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Teori kearifan lokal digunakan untuk membedah kearifan lokal yang ada di dalam lakon Adege Kadiri. Simpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa lakon Adege Kadiri mengandung kearifan lokal yang dapat dijadikan tuntunan atau ajaran."
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arps, Bernard
"The puppets are flat, the screens againts which they are placed and moved iswhite and devoid scenery. In what kinds of space do the stories of the clasical shadow-play of Java, Bali, Lombok, and the Malay World unfold despite this double flatness? How do performers use not only puppets and screen but also music and language to bring space into being?What must spectators know and do to make sense of these storytelling techniques? As a contribution to the narratological study of these storytelling techniques? As a contribution to the narratological study of the multimodal making of storyworlds, I demonstrate that wayang kulit caters for different understandings of the space that wayang potrays. An expert way of apprehendig space requires seeing beyond the screen, puppets, and silhouettes, or even looking away from them. At the same time the peculiar ways of narrating space in wayang point to a deeply felt spatiality in real-life contexts as well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
909 UI-WACANA 17:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Taufiqurrahman
"Tesis ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi satuan-satuan linguistik dalam mengomunikasikan pesan yang ingin disampaikan dalam tradisi lisan Metri Wayang Gandrung. Tradisi lisan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Pagung Kabupaten Kediri ketika mereka memiliki hajat dan nadzar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Peneliti melakukan transkripsi data dari data lisan menjadi sebuah teks Metri Wayang Gandrung.
Penelitian ini dilakukan dengan ancangan sintaksis dan kajian wacana. Dalam hal ini, teori sintaksis yang digunakan adalah pendapat dari Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Kridalaksana (2002). Sementara itu teori kajian wacana yang digunakan adalah pendapat Halliday & Hasan (1976) dan Renkema (2004). Di samping itu, peneliti juga menggunakan pendapat Rahyono (2009) untuk menganalisis makna dalam konteks budaya Jawa.
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa teks Metri Wayang Gandrung terdiri atas tiga bagian, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Peneliti menemukan 12 kata kunci sebagai konstituen inti yang membangun struktur kalimat-kalimat dalam teks Metri Wayang Gandrung. Dari kedua belas kata kunci yang mengisi fungsi sebagai predikat, 11 kata kunci memiliki kategori sebagai verba dan 1 kata kunci memiliki kategori sebagai nomina. Kedua belas kata kunci tersebut adalah kata suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang?, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, dan nyuwun ngapunten. Berdasarkan analisis makna referensial dan konteksual budaya, kedua belas kata kunci tersebut membangun sebuah makna wacana.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa makna wacana tersebut mengandung pesan yang dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fungsional, aspek sosial, dan aspek kehidupan masyarakat.

This thesis has an objective to identify and explain the units of linguistic in communicating the message in oral tradition of Metri Wayang Gandrung. The oral tradition of Metri Wayang Gandrung is carried by the people in Pagung-Kediri when they have an ambition and nadzar.
This research used qualitative method with an ethnographic approach. The researcher conducted a data transcription from oral data into text of Metri Wayang Gandrung.
This research was conducted by syntax analysis and discourse studies. In this research, the theory of syntax that is used are the point of view from Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), and Kridalaksana (2002). Meanwhile, the theory of discourse studies that is used are the point of view from Halliday & Hasan (1976) and Renkema (2004). In addition, the researcher used the point of view from Rahyono (2009) to analyze of meaning based on contextual of Javanese culture.
The findings of this research was that the text of Metri Wayang Gandrung consists of three parts; introduction, contents, and cover. The researcher found 12 keywords as core constituents that created the structure of sentences in text of Metri Wayang Gandrung. The twelfth of keywords as predicate in syntax function that consists of 11 keywords as verb and 1 keyword as noun in categories of syntax function. The twelfth of keywords are suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, and nyuwun ngapunten. Based on analysis of referential meaning and contextual meaning, the twelfth of keywords created a discourse.
In conclusion, the discourse of Metri Wayang Gandrung can be viewed by three aspect; the functional aspects, social aspects, and people life aspects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutamat Arybowo
"Panggung Bangsawan is a popular folk theatre in Riau Lingga. The ups and downs in its performance are atributed to changes in social, political, and cultural conditions. This article is a reconstruction of a near extinct Panggung Bangsawan group in the Teluk village in the islands of Riau Lingga. First, I have attempted to describe the staging process; second, to endeavour to understand the phenomenon of change which occurs when a folk tale is transformed from written work into a performance; and third, to expose the transformation of a script (text) divided into scenes into a performance. This is an attempt to explain the relation between the audience?s response to a text when it is staged. This article is expected to give a more profound understanding on how the society supporting Panggung Bangsawan remember their past and their ideal views while comprehending how the shift in life values emerges in a staged folk tale."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
S. Suryadi
"Due to the emergence of what in Indonesian is called industri rekaman daerah ?Indonesian regional recording industries?, which has developed significantly since the 1980s, many regional recording companies have been established in Indonesia. As a consequence, more and more aspects of Indonesian regional culture have appeared in commercial recordings. Nowadays commercial cassettes and Video Compact Discs (VCDs) of regional pop and oral literature genres from different ethnic groups are being produced and distributed in provincial and regency towns, even those situated far from the Indonesian capital of Jakarta. Considering the extensive mediation and commodification of ethnic cultures in Indonesia, this paper investigates the impact of the rise of a regional recording industry on Minangkabau oral literature in West Sumatra. Focussing on recordings of some Minangkabau traditional verbal art genres on commercial cassettes and VCDs by West Sumatran recording companies, this paper attempts to examine the way in which Minangkabau traditional verbal art performers have engaged with electronic communication, and how this shapes technological and commercial conditions for ethnic art and performance in one modernizing society in regional Indonesia."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola D. Kurnia
"By deconstructing a text as proposed by Derrida, the text can reveals its meanings. To do this, re-reading a text is neded. For this purpose, the study attempts to understand the meanings behind Rendra's Surat Cinta and Surat kepada Bunda by discussing the use of metaphors. Both poems are read, re-read and discussed to get their meanings. It is argued that the re-readings show opposite meanings as understood in the first readings. Power, sex, and love are among the issues explored in the two poems. Furthermore, the metaphors reflect what sort of person the "I" is. "
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Radjimo Sastro Wijono
"Tesis yang berjudul Wayang Cokek: Tradisi Lisan dan Pengelolaannya pada Masyarakat Cina Benteng, Tangerang ? Banten membahas tentang ekspresi kebudayaan masyarakat dalam sebuah acara pesta pada situasi masyarakat yang sedang menghadapi perubahan sosial. Penelitian tesis ini meliputi tiga tahap. Setelah menyelesaikan proposal (tahap pertama), selanjutnya dilanjutkan pada tahap kedua dan ketiga yang menggunakan metode etnografi, dengan menggunakan alat bantu perekaman (video).
Tesis ini memaparkan tiga hal utama: deskripsi perubahan masyarakat Cina Benteng; pertunjukan dan kelisanan Wayang Cokek; dan pengelolaan Wayang Cokek. Masyarakat Cina Benteng di Tangerang yang sedang menghadapi perubahan social, terus menjaga kuat kepercayaan nenek moyangnya. Salah satu seni tradisi yang masih bertahan adalah Wayang Cokek yang diiringi musik Gambang Kromong.
Dalam tesis ini formula sebagai kerangka konsep tradisi lisan dalam Wayang Cokek dilihat dari dua sisi: gerak dan lirik. Pembahasan selanjutnya, pengelolaan tradisi. Dalam perkembangannya kini dikelola oleh kelompok seniman (paguyuban). Terjadinya perubahan pengelola seni ini membawa implikasi pada: bentuk pertunjukan, tata kelola pertunjukan, kehidupan seniman, dan keberlangsungan seni tradisi.

Wayang Cokek: Oral Tradition and its management on Cina Benteng Society, Tangerang - Banten discusses the cultural expressions in a party at the situation that is facing social change. This thesis includes three stages. After completing the proposal (the first stage), then continued in the second and third stages of the ethnographic method, using the tools of recording (video).
This thesis presents three main things: the description of Cina Benteng society; Wayang Cokek performing and orality; Wayang Cokek and management. Cina Benteng community in Tangerang facing social change, continue to keep a strong faith of his ancestors. One of the traditional art that still survive are Wayang Cokek accompanied Gambang Kromong music.
In this thesis formulas as oral tradition within the framework of the concept of Wayang Cokek seen from two sides: the motion and lyrics. Further discussion, the management of tradition. In development now run by a group of artists (community). The art of managing changes have implications for: the form of performance, governance performances, artist life, and sustainability of traditional arts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T36737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>