Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aliudin Mahjudin
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996
Rb 07 Mah u
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mamiek S. Utami Chandrayani
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"The discussion on the status and the role of women in our society has become a contoversial topic. Some have the opinion that women have to keep silence in piblic meeting and submit to their husbands..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: HISKI dan FS-UI , 1994
808.803 SEM u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukesi Adiwimarta
"Poerbatjaraka dalam bukunya Kapustakan Djawi telah membicarakan karya-karya sastra Jawa Kuno berdasarkan urutan kronologisnya, baik yang berbentuk prosa maupun yang berbentuk puisi (1952:5). Karya-karya sastra itu dibaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok karya sastra Jawa Kuno tua dan kelompok karya sastra Jawa Kuno muda. Ciri-ciri pengenal kelompok karya sastra Jawa Kuno tua ialah:
1) memuat masa atau tahun penulisannya;
2) menyebut nama raja yang memerintah;
3) gaya bahasa;
4) ceritanya sebagian besar bersumberkan cerita dari India;
5) tidak menggambarkan keadaan di Jawa.
Ciri-ciri pengenal untuk kelompok karya sastra Jawa Kuno muda hampir sama dengan yang tua, hanya perbedaannya ada pada butir 4), yaitu kisahnya bersumberkan karya sastra Jawa Kuno yang lebih tua, dan pada butir 5), yaitu menggambarkan keadaan di Jawa.
Kakawin Parthayajna yang dijadikan sasaran penelitian ini menyimpang dari ciri-ciri tersebut, karena tidak memuat masa atau tahun penulisannya, tidak menyebut nama raja, dan nama pengarangnya juga tidak ditemukan di dalamnya. Meskipun begitu Poerbatjaraka cenderung untuk memasukkannya ke dalam kelompok karya sastra Jawa Kuno muda dari zaman Majapahit pertengahan hingga akhir. Hal ini berdasarkan adanya kemiripan bahasa dan isinya yang mengandung ajaran filsafat (op.cit.:47). Zoetmulder mengemukakan bahwa pada bagian akhir Majapahit karya sastra Jawa Kuno dalam bentuk kakawin pada umumnya ditulis di Bali, hanya ada dua di antaranya yang tidak ditulis di sana, yaitu Kakawin Parthayajna dan Kunjarakarna (1985:462).
Sedyawati dalam bagian disertasinya yang membahas tentang karya sastra Jawa Kuno membedakan adanya dua kelompok karya sastra Jawa Kuno, yaitu karya sastra keraton dan karya sastra luar-keraton. (1985:220-221). Petunjuk untuk menetapkan suatu karya sastra luar-keraton, menurut Sedyawati, ialah tanda-tanda yang berupa (op. cit. :260):
1) penggambaran keadaan lingkungan luar-keraton dengan menunjukkan keakraban si penulis dengan keadaan itu;
2) penulis tidak memuji, menyebut, atau pun menyatakan hubungan tertentu dengan sang raja;
3) penulis menyatakan diri sebagai seorang dari kalangan luar-keraton.
Kakawin Parthayajna, sama sekali tidak menyebutkan nama raja ataupun kerajaan, dan juga tidak memuat nama pengarangnya. Dengan memperhatikan perbedaan sifatnya dengan kakawin kerajaan, serta isinya yang menilikberatkan kepada unsur pendidikan keagamaan, maka sarjana ini membuat dugaan bahwa Kakawin Parthayajna mungkin dihasilkan oleh suatu lembaga keagamaan atau pendidikan agama di luar keraton (op.cit.:263).
Beberapa hal berkenaan dengan sifat dan isi Parthayajna yang menyiratkan asalnya dari luar keraton dikemukakannya antara lain:
- gaya penyajian;
- perbendaharaan kata;
- penekanan pada pendidikan keagamaan; dan
- tidak adanya penyebutan raja.
Di samping itu, menurut Sedyawati, kakawin ini juga memperlihatkan kesesuaian dengan sastra keraton dengan memenuhi segala persyaratan penyusunan sebuah kakawin, yang umumnya dihasilkan oleh kalangan keraton. Dengan demikian, Sedyawati juga menduga bahwa Kakawin Parthayajna dibuat oleh kalangan luar-keraton yang mempunyai hubungan dekat dengan keraton (op.cit.:267).
Kakawin Parthayajna (selanjutnya disingkat KPY dan Parthayajna disingkat PY) menarik perhatian dan minat untuk menelitinya lebih lanjut karena terdapatnya pertautan dalam beberapa bagian ceritanya dengan isi Kakawin Arjunawiwaha.
Arjunawiwaha mengisahkan tentang sang Arjuna dari keluarga Pandawa yang bertapa di Gunung Indrakila dan setelah menerima panah sakti dari dewa berhasil membunuh Niwatakawaca, raja raksasa yang menjadi musuh para dewa. Sebagai hadiahnya, Arjuna boleh tinggal di kedewaan beberapa waktu lamanya dan bercengkerama dengan para bidadari.
Parthayajna mengisahkan tentang perjalanan sang Arjuna ke Gunung Indraki la untuk bertapa di sana guna memohon senjata sakti dari para dewa yang dapat dipakai untuk membinasakan musuh para Pandawa, yaitu para Kaurawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D5
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Linawati Sumarto
"satu dengan yang lain dapat dilakukan di samping secara lisan dan berhadapan muka, dapat juga melalui tulisan, gerakan-gerakan, telepon, radio atau televisi. Iklan sebagai salah satu alat mempro;no sikan barang atau j asa dapat juga dianggap sebagai alat komunikasi yang menghubungkan produsen dan konaumen. Setiap komunikasi bertujuan menyampaikan suatu amanat, Di dalam setiap komunikasi, yang menyampaikan amanat disebut pengirim, sedangkan yang menerima amanat disebut penerima (Vanoye, 1973: 13-15). Dalam hal iklan, produsen dan penjual seba_gai pihak yang menawarkan barang adalah pengirim, sedangkan (calon) pembeli adalah penerima."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hisyam
"In the daily life of the Indonesian people, a penghulu plays a role in accordance with the way the word is understood by the community in which he lives. In West Sumatra, a penghulu is the head of the nagari. In Riau, he has a status equal to that of a head of a village. In Java, he has an authority in all administrative matters of religion. This paper discusses the meaning of penghulu as depicted in old manuscripts written by the natives. Based on a research on these native manuscripts, it can be concluded that a penghulu plays the roles of both a bureaucrat and a Muslim leader."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
899.22 NAS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salmah Djirong
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999
899.226 4 SAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>