Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204009 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina Desy
"Analisis ini menggambarkan hubungan hukum yang terdapat dalam transplantasi donor hidup di Indonesia dari sudut pandang hukum perjanjian, dengan menggunakan contoh dari praktik transplantasi ginjal yang terjadi di RS PGI Cikini. Hubungan hukum antara dokter, resipien, dan donor dalam transplantasi ginjal merupakan hubungan hukum yang berupa perjanjian terapeutik, dan memenuhi syarat sah hukum perjanjian. Sedangkan hubungan hukum yang terjadi antara resipien dan donor bukan merupakan hubungan hukum berupa perjanjian, melainkan sebuah perikatan alam.

This analysis describes legal relationships within living donor transplantation in Indonesia, that is based on the point of view of agreement law, with examples of kidney transplantation examinations at PGI Cikini Hospital. Legal relationship among the doctor, recipient, and the donor in this kind of transplantation is called therapeutic agreement, that satisfies the requirements of a contract validity. On the other hand, legal relationship between recipient and donor is none of any legal relationships in agreement law, but it can be called as natural contract."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S325
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"[Skripsi ini menjelaskan tentang keabsahan dan kualifikasi perjanjian dalam
transplantasi kornea mata serta hubungan hukum di dalamnya. Dalam melakukan
transplantasi kornea mata terdapat persetujuan pendonoran kornea mata dan
perjanjian untuk melakukan tindakan kedokteran berupa transplantasi kornea mata. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskripsi analitis.
Hasil penelitian menunjukan persetujuan pendonoran kornea mata merupakan
suatu perikatan antara donor dan bank mata. Dan perjanjian untuk melakukan
transplantasi kornea mata adalah perjanjian terapeutik antara dokter dan pasien
(resipien). Perikatan dan perjanjian terapeutik ini menimbulkan tanggung jawab
hukum bagi masing-masing pihak., This thesis describes the validity and qualifications of agreement in cornea transplantation and the legal relations in it. In procuring the organ, donors are required to give their consent and agreement to perform the medical procedure of corneal transplantation in written. This study is a qualitative research that uses
analytical description design. The results showed the consent of corneal transplantation is an engagement of the donors and the eye bank. Also, the
agreement to perform the corneal transplant is a therapeutic contract between the
doctors and the patient (recipient). The engagement and therapeutic contract raises
legal responsibilities for each party.]"
Universitas Indonesia, 2014
S58667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Angga Risky Raharja
"Pendahuluan dan tujuan: Obstruksi ureter adalah salah satu komplikasi urologi yang paling sering dari transplantasi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor independen yang berkontribusi terhadap obstruksi ureter setelah transplantasi ginjal dan mengembangkan model prediksi dari faktor-faktor tersebut.
Metode: Sebanyak 545 transplantasi ginjal dianalisis. Pasien menjalani transplantasi antara Januari 2014 dan Desember 2018. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengembangkan model prediksi. Kedua karakteristik demografis donor dan resipien serta parameter operasi dianalisis dan disajikan.
Hasil: Terdapat 37 (6,8%) subjek yang mengalami obstruksi ureter. Faktor risiko independen untuk obstruksi ureter adalah arteri ginjal allograft multipel, usia donor yang lebih tua (>38 tahun), dan usia resipien yang lebih tua (>60 tahun). Dari analisis kurva receiver operating characteristic (ROC), area di bawah kurva ROC model prediktif adalah 0,843 (P < 0,001). Subyek dengan >2 arteri ginjal allograft, usia resipien >60 tahun, dan usia donor >38 tahun memiliki kemungkinan 83,8% untuk mengalami stenosis ureter setelah transplantasi ginjal.
Kesimpulan: Usia donor, usia resipien, dan arteri multipel merupakan faktor risiko independen dari obstruksi ureter graft. Probabilitas berkembangnya obstruksi ureter harus dipertimbangkan sebelum operasi pada populasi kami, menggunakan model prediksi yang diusulkan

Introduction: Ureteral obstruction is one of the most frequent urologic complications of kidney transplantation. This study aimed to analyze independent factors that contribute to ureteral obstruction following kidney transplantation and develop predictive models form those factors.
Methods: As many as 545 kidney transplantations were analyzed. Patients underwent transplantation between January 2014 and December 2018. Logistic regression analysis was used to develop the predictive model. Both donor and recipient demographic characteristics and operative parameters were analyzed and presented.
Results: There were 37 (6.8%) subjects who developed ureteral obstruction. The independent risk factors for ureteral obstruction were multiple allograft renal arteries, older donor ages (>38 years), and older recipient age (>60 years). From the receiver operating characteristic (ROC) curve analysis, the area under the ROC curve of the predictive model was 0.843 (P < .001). Subjects with >2 renal allograft arteries, recipient age >60 years, and donor age >38 years had 83.8% probability of developing ureteral stenosis after kidney transplantation.
Conclusion: Donor age, recipient age, and multiple renal arteries were independent risk factors of graft ureteral obstruction. Probability of developing ureteral obstruction should be considered pre-operatively in our population, using the proposed predictive model.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Lukas
"Makin besar rumah sakit, berarti makin banyak jumlah dokter dengan berbaagai macam keahlian, yang akan menyebabkan keanekaragaman resep yang dituliskan sehingga menyulitkan pihak rumah sakit dalam menyediakan obat. Dalam hal ini pengadaan obat menjadi semakin serba tidak pasti, membingungkan, obat dalam "hutan belantara".
Formularium rumah sakit merupakan buku yang berisi nama obat-obatan yang disediakan di rumah sakit untuk pasien rawat inap dan rawat jalan. Dengan formularium diharapkan dapat memudahkan dokter dalam menulis resep. Namun dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan konflik bagi dokter karena dirasakan sebagai pembatasan dalam memilih obat yang tepat.
Penelitian ini merupakan suatu survei analitik cross sectional. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 10 orang dokter penulis resep terbanyak yang masuk di Instalasi Farmasi Rurnah Sakit (IFRS) dan data sekunder di ambit dari resep yang masuk di IFRS selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Maret, April, ,dan Mei 2000 yang berjumlah 1.116 lembar resep. Penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan dan IFRS PGI Cikini. Hasil penelitian ini dianalisis secara statistik univariat dan bivariat, T test dan Chi Square menggunakan SPSS 10. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata penulisan resep di RS PGI Cikini di luar formularium berjumlah 50,8%. Kebanyakan dokter tidak memahami isi buku formularium (70%), sedangkan pendidikan dokter dan status dokter ada hubungan dengan penulisan resep. Dokter umum dengan status honorer dan tetap lebih banyak menulis resep di luar formularium daripada dokter spesialis atau subspesialis sebagai dokter tamu. Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka direksi rumah sakit perlu mengintervensi terhadap dokter sebagai penulis resep supaya menu makan formularium rumah sakit dan memberikan tugas kepada panitia farmasi dan terapi untuk mensosialisasikan buku formularium secara terus menerus.

The bigger the hospital means that there are doctors with various specialties who prone to prescribe drugs without taking into consideration the hospital formula. This will cause difficulties to the hospital in trying to be able to provide all the drugs needed. The hospital as the drugs provider will face uncertainties confusion and without direction like somebody in the wilderness. Hospital formula is a book contains name of drugs provided by hospital for both inpatients and outpatients. With the formulary, we expect it can help and guide doctors to write a prescription. But, as a matter of fact we find that formulary can become an abstract for doctors to choose what they think is the best for their patients.
This research is using a cross sectional analytic survey. The process of collecting primary data was undertaken by interviewing intensively 10 doctors as the ten biggest prescribes. Secondary data was taken from the prescription received by Hospital Pharmacy Installation in this recent 3 months, March, April, and May 2000. They are 1.116 prescriptions. This research was done in outpatient Department and Cikini Hospital Pharmacy Installation. This research is using univariat and bivariat statistic methods; T test and chi square in SPSS 10. The results show that prescription of Drugs unlisted in the formula book (50.8%). Most of doctors do not understand content of formula book (70%), whereas the basic medical education and status of the doctors have a correlation with prescription writing. General Physicians with honorary status and full time status are more often prescribing drugs unlisted in the formula book compared to specialist doctors or super specialist doctors who are the visiting doctors of the hospital.
As the conclusion I suggest the board of Director should insist to the doctors as the drugs prescribes to use the Hospital Formula Book properly and do not prescribe unlisted drugs. Furthermore, The Pharmacy and Therapy Committee has to socialize the Hospital Formula Book continuously and evaluate the implementation periodically.
"
2000
T4028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Pusporini
"Masalah-masalah baik intern maupun ekstern akan selalu menyertai perkembangan suatu organisasi. Organisasi dalam memecahkan masalahnya, harus melakukannya secara sistematis dan untuk itulah organisasi memerlukan adanya suatu sistem informasi khususnya Sistem Informasi Akuntansi . Penulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai SIA dan diharapkan agar pihak RS PGI CIKINI dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki SIA yang sudah ada serta dapat menunjang keberhasilan RS PGI CIKINI claim mencapai tujuannya. Penulisan Skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan (Penelitian kepustakaan adalah mencari informasi serta landasan teoritis mengenai Sistem Informasi Akuntansi dan peranannya dalam Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit Swasta dengan cara membaca dan mamahami buku-buku literatur. Penelitian Lapangan adalah melakukan tehnik tanya jawab dengan orang-orang di bagian akuntansi RS PGI CIKINI . Kesimpulan setelah mengadakan peninjauan terhadap SIA dari Rumah Sakit Swasta yaitu RS PGI CIKINI adalah bahwa RS PGI CIKINI telah membuat suatu sistem Informasi yang baik tetapi pelaksanaan dari sistem tersebut seringkali tidak sesuai dengan perencanaan semula Untuk itu penulis telah memberikan beberapa perbaikan pada prosedur-prosedur atau siklus-siklus pada RS tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liberty Tua Panahatan
"Latar Belakang:.Donor transplantasi hati merupakan manusia yang sehat. Kualitas pelayanan transplantasi yang baik dinilai berdasarkan kualitas hidup donor dan resipien hati. Evaluasi kualitas hidup pasien donor hati sintas dan nonsintas merupakan hal yang penting untuk setiap pusat pelayan transplantasi hati.
Metode: Dilakukan penilaian kualitas hidup seluruh donor hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan mengunakan World Health Organization Quality of Life questionnaire abbreviated version (WHOQoL-BREF). Kualitas hidup donor hati dengan resipien sintas dan nonsintas dibandingkan.

Hasil: Terdapat 59 donor hati di RSCM. 3 subjek tidak bisa dihubungi, 1 subjek menolak untuk menjadi subjek penelitian. Kualitas hidup donor hati pada memiliki median domain fisik 69 (44-100), pada doman psikologis 69 (50-94), domain hubungan sosial 65 (44-100) dan domain lingkungan 69 (31-94). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kualitas hidup donor hati sintas dan nonsintas pada domain fisik (p=0,466), domain psikologis (p=1,00), domain hubungan social (p=0,77) dan domain lingkungan (p=0,13).

Kesimpulan: Subjek donor transplantasi hati di RSCM memiliki kualitas hidup yang baik. Tidak ada perbedaan bermakna kualitas hidup subjek donor transplantasi hati antara resipien sintas dan non sintas.


Background: Liver donors are healthy people. The quality of liver transplantation is assessed based on the quality of life of donors and recipients. Evaluation of the quality of life of liver donors with surviving and non-surviving recipients is important for liver transplant centers.
Method: Quality of life of liver donors in RSCM was assessed using World Health Organization Quality of Life questionnaire abbreviated version (WHOQoL-BREF). The quality of life of donors with surviving and non-surviving recipients is compared.

Result: There are 59 liver donors in RSCM. Three subjects could not be contacted, one subject refused to participate in this research. Donors’ Quality of life physical domain median was 69 (44-100), psychological domain median was 69 (50-94), social relation domain median was 65 (44-100), and environmental domain median was 69 (31-94). There were no significant differences between the quality of life of donors with surviving and non-surviving recipient in physical domain (p=0,466), psychological domain (p=1,00), social relation domain (p=0,77), and environmental domain (p=0,13).

Conclusion: Liver donors in RSCM have good quality of life. There were no significant differences in quality of life of liver donors between Bedah Digestifsurviving and non-surviving liver recipients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Joanne Cindy Theresia
"Skripsi ini membahas mengenai sistem penjadwalan shift kerja perawat pada Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat dengan menggunakan pendekatan Goal Programming. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana sistem penjadwalan shift kerja perawat di Rumah Sakit PGI Cikini, serta untuk mencari sistem penjadwalan terbaik yang bisa memenuhi aturan Pemerintah, kebijakan rumah sakit, dan juga memperhitungkan preferensi perawat.
Penjadwalan yang diusulkan tersebut diharapkan bisa memberikan rasa adil (fairness) kepada setiap perawat karena penjadwalan yang baik dan adil dapat memengaruhi kualitas pelayanan rumah sakit. Dari keempat preferensi perawat terhadap jadwal kerjanya, hanya dua preferensi yang bisa dipenuhi secara bersamaan dengan aturan dari rumah sakit untuk menghasilkan penjadwalan terbaik, yaitu preferensi untuk memiliki jumlah shift pagi dan sore lebih banyak daripada shift malam, dan menghindari adanya hari kerja diantara hari-hari libur.

This research discusses the job scheduling system for nurses in PGI Cikini Hospital with Goal Programming approach. This research is conducted with a case study design to analyze the nurse scheduling criteria and choose the best schedule for nurses. The best schedule is the one which can consider Government’s rules about working hour, hospital’s rules, and also nurses’ preferences toward their schedules.
The best schedule can give fairness for every nurses, boost nurses’ performance and also affect their performance quality while working. The result shows that 2 out of 4 preferences can be met, namely nurses will have total numbers of morning and evening shift more than numbers of night shift, and they will not have any working days in between their days-off.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
NLP. Dina Susanti
"Supervisi (pengawasan) yang dilakukan oleh para manajer yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan manajemen di suatu rumah sakit merupakan salah satu upaya dalam menjaga mum pelayanan kesehatan yang diberikan. Supervisi bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalaban agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Kepala ruangan sebagai manajer tingkat satu dalam sebuah ruang rawat harus mampu melaksanakan supervisi dengan baik. Supervisi yang baik akan berdampak pada staf dalam pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Penelitian ini merupakan penelilian kualitatif dengan pendekatan phenomenologi, yang diperoleh dengan da1a primer dari 11 orang partisipan yang terdiri dari 7 orang kepala ruangan, 2 orang perawat pelaksana dan 2 orang dan bidang keperawatan dengan mengunakan teknik wawancara mendalam. Pengolahan data dengan membaca hasil transkrip kemudian dibuat tema yang akhimya dijadikan kategori. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan 7 kategori yaitu: visi misi, jenjang karir, penghargaan, fungsi supervisi, pembelajaran, komunikasi, mutu peIayanan.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan pengalaman kepala ruangan dalam pelaksanaan supervisi staf yang belum memahami supervisi, pemahaman visi misi rnasih kurang serta mengenai jenjang karir yang berkaitan dengan penghargaan. Saran yang perlu segera dibentuknya jenjang karir, perlu dilakukan supervisi langsung dari bidang perawatan ke tiap ruangan dan aplikasi Iangsung kelapangan tentang pelaksanaan pelatihan yang ada.

Supervision conducted by managers who responsible to manage hospital as one of efforts for maintaining a given medical service quality. Supervision having purpose to indicate the shortage and failure in order to be improved and being not repeated. Head or room as firs rank manager in in any in patient room should be able to supervise it kindly. A good supervision will bring impact against to their staff in giving medical care for patient. This research is qualitative one by phenomenology approach obtained by primary data from 11 participants consist of 7 heads of room, 2 care giver and 2 nurses using intenriew technical deeply. Data processing by reading transcript, and then by titling and making category finally. Based on result of processing data may be obtained 7 categories those are : vision and mission, career hierarchy, appreciation, supervision timction, Ieaming, communication, and service quality. By research result had been obtained conclusion on experience of room?s head in conducting supervision staff who had not understood supervision and mission and regarding career hierarchy regarding appreciation. Imnmediately, suggestion to be formed is career hierarchy to be supervised from nursery section to each room directly, and direct application to the field regarding a given training exercise."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adolfina R. Amahorseja
"Selama kurun waktu 3 tahun antara 1988 sampai 1990 nampak jumlah penderita. "stroke" di RS. PGI. Cikini Jakarta cendrung meningkat, 149 penderita (1988), 237 penderita (1989), dan 241 penderita (1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko yang dapat menimbulkan "stroke", dalam penelitian ini faktor risiko yang diteliti yaitu hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterolerni, dan merokok.
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol (case-control study), dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari catatan medik RS.PGI. Cikini Jakarta dari penderitapenderita rawat mondok bulan April sampai Desember 1991, dimana diperoleh jumlah kasus 124. orang dan kontrol 124 orang. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisa terhadap distribusi frekuensi, tabulasi silang, dan multiple logistic regression.
Hasil penelitian merunjukkarn bahwa faktor risiko hipertensi, dan hiperglikemi secara statistik mempunyai hubungan. yang bermakna dengan kejadian "stroke", dimana individu dengan hipertensi mempurnyai risiko 11.021 kali untuk menjadi "stroke" dibandingkan dengan yang tidak menderita hipertensi. Individu dengan hiperglikemi mempunyai risiko 4, 325 kali untuk menjadi "stroke" dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemi. Sedangkan faktor hiperkolesterolemi dan merokok menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian "stroke". Dari analisa dengan multiple logistic regression yang paling besar pengaruhnya adalah faktor hipertensi.
Berdasarkan informasi yang didapat, maka saran-saran yang dikemukakan adalah pemeriksaan laboratorium klinik tidak hanya kolesterol total, tetapi perlu pula diperiksa HDLC (high density lipoprotein cholesterol) dan LDLC (Low density lipoprotein cholesterol}, agar hasilnya dapat lebih memuaskan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Dwiana Wijayanti
"Pelaksanaan supervisi klinik yang adekuat meningkatkan pelayanan keperawatan optimal, identik dengan proses penyelesaian masalah. Desain penelitian quasi eksperimen pre-post with control group. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh penerapan quality circle oleh perawat clinical care manager terhadap kemampuan melakukan supervisi klinik. Sampel penelitian diperoleh secara purposive sampling terdiri dari 105 perawat pelaksana dan 14 perawat clinical care manager. Instrumen penelitian berjumlah 42 pernyataan yang dikembangkan dari Manchester Clinical Supervision Scale. Penerapan quality circle berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan supervisi klinik pada aspek pengembangan profesional, aspek peningkatan keterampilan klinik, aspek alokasi waktu untuk refleksi, dan aspek kualitas hubungan interpersonal supervisorsupervisee (p=0,000, p=0,004, p=0,007, p=0,017; α=0,05). Pelaksanaan quality circle secara konsisten berpeluang meningkatkan kemampuan supervisi klinik dan kualitas pelayanan keperawatan. Keberlangsungan quality circle memerlukan dukungan dari institusi pelayanan keperawatan dan perlunya standar pelaksanaan supervisi klinik sesuai kompetensi dan tingkat usia perawat pelaksana.

Implementation of adequate clinical supervision will enhancing the nurse services, is identical to the problem solving process. The research design was quasi experimental pre-post with control group, the aim of this study was to identify the effect of quality circle implementation by clinical care manager nurse to enhance the ability of clinical supervision. Samples obtained by purposive sampling consist of 105 nurses and 14 clinical care manager nurses. Instrument amounted 42 statements were developed from Manchester Clinical Supervision Scale. The application of quality circle increased significantly the ability of clinical supervision on professional development aspect, clinical skill improvement aspect, time allocation for reflection aspect, and interpersonal relationship quality aspect (p=0,000, p=0,004, p=0,007, p=0,017, α=0,05). Consistent implementation of quality circle potentially increasing the ability of clinical supervision and the quality of nursing services. Sustainability of clinical supervision requires the support of nursing care institution and standards procedure of clinical supervision is needed appropriate to the level of competency and age of the nurse."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31835
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>