Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6766 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
959.802 2 SJA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mulyana
"ABSTRAK
Menak merupakan satu kelompok elite dalam masyarakat di Jawa Barat sebagaimana halnya priyayi di Jawa pada umumnya. Sistem budaya menak berbeda dengan priyayi Jawa Sebagai mana katagori dari teori Clifford Geertz. Da1am sistem budaya menak terdapat unsure pola prilaku santri. Seperti halnya Wiranatakoesomah menunaikan ibadah haji. Achmad Djajadiningrat, semasa kecilnya mengikuti pendidikan pesantren.
Runtuhnya kerajaan sunda kuno (pajajaran), sulit untuk menelusuri mana yang menjadi pusat budaya menak sunda. Kerajaan (keraton) dapat berfungsi sebagai intitusi yang menjadi pusat budaya, bahkan dapat pula menjadi "kiblat" politik dari menak itu sendiri, seperti halnya kerajaan mataram di jawan. pusat kekuasaan meak di jawa barat. terpecah-pecah dalam bentuk kabupaten-kabupaten, yang biasanyan tiap kabupaten dikuasi oleh satu keluarga bupati tertentu.
pada awal abad ke-20terjadi transfomasi sosial yang dilakukan oelh pemerintah kolonial belanda terhadap kelompok menak melalui institusi pendidikan. transformasi ini melahirkan differensiasi pada kelompok menak, yang melahirkan dua kelompok menak yaitu menak pangreh dan menak nasionalis. Menak pangreh praja adalah mereka yang dididik oleh pemerintah kolonial belanja, yang kemudian ditarik menjadi pegawai birokrasi pemerintah, sedangkan menak nasionalis. menah pangreh praja adalah mereka yang dididik oleh penerintah kolonial belanda, yang kemudian ditarik menjadi pegawai birokrasi pemerintah. sedangkan menak nasionalis, setelah mengikuti pendidikan mereka tidak menjadi pegawai birokrasi pemerintah. manak nasionalis lebih banyak terlibat pada organisasi pergerakan nasional.
Transformasi terjadi pula dalam struktur pemerintah kaum pribumi, yaitu dari model pemerintah yang tradisional menjadi moderen. Pada mulanya bupati merupakan penguasa tunggal. kemudian pemerintah kolonial belanda menerapkan undang-undang desentralisasi. undang-undang ini melahirkan dewan-dewan lokal. menak nasional banyak yangmasuk menjadi anggota dewan lokal. Dengan demikian bupati tidak lagi menjadi penguasa tunggal sebagaimana lazimnya pemerintah tradisional. Keterlibatan dewan lokal dalam merumuskan kebijakan pemerintah mencerminkan adanya keterlibatan rakyat dalam pemerintah, yang merupakan ciri dari suatu pemerintah modern.
Pada awal kemerdekaan, pemimpin nasionalis tampil menjadi pemimpin negera republik indonesia yaitu dengan terpilihnya soekarno dan hatta sebagai presiden dan wakil presiden republik indonesia. sementara itu di awal kemerdekaan ini timbul gejolak-gejolak sosial yang menghendaki tumbangnya kekuasaan lama yang dinilai sebagai representasi kekuatan kolinial. Di jawa barat timbul gejolak yang melawan arus utama revolusi sosial seperti di kerawang, tangerang, banten dan cirebon. Dalam revolusi sosial ini yang menjadi sasaran kemarahan rakyat adalah para pangreh oraja yang masih berkuasa dan dinilai sebagai sisa-sisa kekuasaan kolonial. kondisi seperti ini merupakan arus utama revolusi indonesia.
Di jawa barat timbul gejolak yang malawan arus utama revolusi atau timbul gerakan kontra-revolusi. Gerakan ini dapat dijelaskan dengan teori dari charles tilly yang mengatakan bahwa gejolak akan timbul apabila "hal-hal tradisonil" yang mapan tergusur. Gerakan kontra-revolusi ini dipimpin oleh seorang menak pangreh praja, mantan bupati garut yaitu soeria kartalegawa dengan memproklamirkan berdirinya negera pasundan pada tanggal 4 mei 1947. Soeris kartalegawa sebagai orang sunda dan pengreh praja. "hak tradisonalnya" tergusur dengan pengakatan gubernur jawa barat yang bukan sunda yaitu soetardjo dan datuk jamin. Proklamasi negara pasundan merupakan reaksi atas pengangkatan kedua gubernur tersebut yang bukan orang sunda.
Gagalnya gerakan kertalegawa ini menyadarkan belanda bahwa kartalegwa bukanlah figur yang berpengaruh. Untuk melaksanakan politik federalnya, belanda memotori diadakannya konferensi Jawa Barat yang bertujuan ingin mendirikan satu negara bagian dijawa barat. Dalam konferensi ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat konfernsi ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat jawa barat, menak-menak nasionalis ikut terlibat pula dalam konferensi jawa barat. pada tanggal 26 febuari 1948 berdirilah negara pasundan, yang merupakan hasil konferensi jawa barat.
Didalam negera pasunda hasil konferensi hawa barat, baik kelompok menak pangreh praja maupun menak nasional ikut terlibat. bahkan menak nasionalis yang sikap politiknya repuliken banyak menendalian roda pemerintahan negara pasunda.
Jalannya roda pemerintahan negera pesunda yang kedua ini, banyak mendapat tekanan-tekanan dari belanda. agresi militer II dinilai oleh para menak sebagai pelanggaran terhadap konsepsi dari negara federal yang menghendaki kebebasan. Adil Purediredja mengundurkan diri sebafai oerdana menteri negara pasundan,s ebagai sikap protes atas agresi militer belanda tersebut. nahkan belanda mengancam akan melakukan penangkapan terhadap menak-menak di negara pasundan yang garis politiknya bertentangan dengan belanda. sikap belanda ini semakin memperkuat menak-menak untuk emlakukan integrasi dengan republik indonesia. pada tanggal 30 januari 1950, wiranatakoesoemah dihadapan sidang parlemen negara pasundan menytakan niatnya untuk menyerahkan mandatnya kepada parlemen pasundan. pada tanggal 8 maret 1950 secara resmi negera pasundan dibubarkan dan berintegrasi dengan RI. Dengan demikian negara pasundan kedua ini merupakan instrumen bagi menak untuk melakukan integrasi nasional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaedi
"Seperti yang telah diperlihatkan oleh Heather Sutherland, bahwa pada masa Hindia Belanda kaum menak (priyayi) mempunyai kedudukan yang strategis dalam kehidupan kenega_raan jika dibandingkan dengan rakyat Indonesia kebanyakan. Tidak sedikit dari kaum menak yang dijadikan pegawai tinggi (pangrehpraja) oleh Pemerintah Hindia Belanda, hal ini demi kepentingan pemerintahan Hindia Belanda sendiri. Sehingga kaum menak pada saat itu menjadi sekelompok kecil saja orang yang dapat duduk di lapisan atas masyarakat Hindia Belanda. Kecuali di daerah-daerah tertentu (Peristiwa Tiga Daerah), rupanya gelora revolusi tidak banyak mempengaruhi kehidupan para menak. Setelah proklamasi kemerdekaan atau setidak-tidaknya sampai dengan akhir tahun 1940-an, Para menak tetap berada di lapisan atas.
Hal inilah yang akan coba diperlihatkan oleh skripsi ini, terutama di Jawa Barat. Di Jawa Barat, terutama sesudah agresi (aksi) militer I para menak tetap berada di lapisan atas bahkan kelihatannya dengan caranya sendiri-sendiri mereka mencoba mempertahankan kedudukannya. Ini terlihat pada diri Suriakartalegawa, Juarsa, Wiranatakusumah bahkan Sewaka. Negara Pasundan yang dibentuk Belanda pada tahun 1948, rupanya telah menjadi media baru bagi keberadaan (pengukuhan) kaum menak di Jawa Barat. Dengan bantuan Belanda mereka akhirnya menduduki posisi-posisi kunci dalam struktur pemerintahan Negara Pasundan. Bahkan bagi Sewaka sendiri yang notabene kaum menak yang beraliran republiken yang selalu menentang Negara Pasundan, adanya Negara Pasundan telah menaikkan kedudukannya sebagai pimpinan tertinggi kaum republiken di Jawa Barat. Penelitian mengenai penulisan skripsi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1986, hal ini dilakukan mengingat begitu banyak sumber yang harus digali oleh penulis baik lisan (wawancara) maupun tulisan.
Runtuhnya Negara Pasundan, demikian judul skripsi ini, darinya penulis mendapatkan kesimpulan yang antara lain, bahwa para menak yang sejak masa Hindia Belanda mendudu_ki lapisan atas dalam struktur masyarakat Indonesia, pada pasca proklamasi kemerdekaan atau setidak-tidaknya menjelang tahun 1950 kedudukan mereka tidak tergoyahkan. Tetapi sejak Negara Pasundan menyerahkan mandatnya dan daerah Jawa Barat digabungkan kembali ke dalam RI makes dominasi para menak kelihatannya ikut sirna. Runtuhnya Negara Pasundan jugs berarti gagalnya politik negara boneka Belanda di Jawa Barat dan Indonesia umumnya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Parbadiany
"Melihat kejayaan ataupun keistimewaan-keistimewaan suatu negara tanpa mengetahui sejarah pendirian dan perkembangannya tidaklah ada artinya sama sekali, dan pada hakekatnya sama halnya dengan seseorang yang mengagumi suatu karya seni tanpa margetahui latar belakang dan sifat-sifat penciptanya. Demikianpun halnya dengan melihat Jerman sebagai salah satu negara industri terbesar di dunia dewasa ini. Kiranya tepatlah bila penulis dalam atau me_lalui skripsi ini membahas sebagian kecil sejarah Jerman tersebut. Kemampuan Jerman membangun diri dalam rangka mening_katkan taraf hidup rakyat dan perekonomian negaranya,yang kemudian telah melahirkan Jerman menjadi suatu negara industri, telah menarik perhatian penulis untuk membahas masalah tersebut. Minat itu sendiri timbul karena didasari oleh pengamatan penulis terhadap usaha pembangunan yang begitu pesat yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah R.I"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hatta, 1902-1980
Jakarta: Yayasan Idayu, 1975
340 MOH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Kiranya sudah cukup banyak karya tulis tentang Negara
Pasudan di Jawa Barat pada masa revolusi Indonesia. Makalah
ini berusaha memperlihatkan bagaimana dan mengapa sikap dan
tindakan Suria kartalegawa dengan Negara Pasundan-nya. Karya-
karya tulis yang pernah ada mengenai topik ini, pada umumnya
melihat revolusi Indonesia atau periode perang kemerdekaan
dalam aliran lurus satu arah menuju negara kesatuan. Terhadap
figur~figur yang pernah menunjukkan aspirasinya untuk memilih
bentuk negara federal, sceksklusif sekalipun seperti
diperlihatkan Kartalegawa, tidak mendapat kajian dari titik
tolak mercka. Padahal revolusi Indonesia telah memperlihatkan
kekacauan dan gejolak sosial.
Dipandang dari perspektif seperti di atas periode itu
harus sudah setayaknya dilihat dengan kerangka analisis
adanya" pilihan" dan "pe|uang". Semcntara itu kedua hai itu
sangat ditentukan oleh sejumlah dasar pertimbangan atau
perhitungan yang tidak mudah untuk dilakukan. Siapapun yang
melakukan hal itu hampir dapat dipastikan didasarkan oleh
pengetahuan yang terbatas. oleh nilni aspirasi dan kecemasan
dan perasaan di luar kemampuan dan pengetahuannya. Apalagi
ketika masa revolusi ditandai oleh peristiwa-peristiwa yang
dipercepat oleh emosi dengan intensitas tinggi, malahan
sering di Iuar pengendalian para pemimpinnya scndiri.
Dalam kurun waktu scperti itulah kajian tentang
Kartalegawa ingin dikcmukakan. Bukan oleh knrena kits
menyetujui atau tidak menyetujui sikap dan tindakannya,
melainkan mampukan kita memahami dan menjelaskan mengepa hal
itu terjadi. Pencarian suanu kerangka penjeiasan untuk
menjelaskan interaksi antara tindakan individu dengan
strhktur-struktur masyarakatnya kiranya perlu dilakukan. Ada
sejumlah peristiwa yang dialami Kartalegawa sehingga in
memilih tidak mendukung republik kesatuan, disamping tidak
mudahnya bagi Kartalegawa untuk keluar dari struktur
masyarakat kolonial, tempat ia dibesnrkan dan dimudahkan oleh
berbagai kescmpanan kariernya. Ia kurang menangkap bahwa
struktur sedang mengalami perubahan setidaknya ketika
slruktur pulilik sedang bergulir dari jaluhnya hegemoni
politik kolonial (Belanda) ke pemerintahan Republik
Indonesia. Dan in memegang taruhan pada "kuda? yang lerbukti
akan kalah"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LAPEN 04 Zuh s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jimly Asshiddiqie, 1956-
Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan. Mahkamah Konstitusi, 2008
342.02 JIM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Nugroho
"Perwujudan poros maritim dunia menjadi bukti bahwa Indonesia adlah negara maritim yang besar dan digdaya. Namun dalam perjalannya masih penuh dengan berbagai dinamika dan tarik marik antar kepentingan kelompok tertentu."
Jakarta: Seskoal Press, 2019
023.1 JMI 7:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kadar Rohmat
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1982
899.223 2 KAD w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
A. Prawirasuganda
Bandung: Sumur, 1964
392.5 PRA u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>