Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148570 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Jauhari Maknun
"ABSTRAK
Teori "Poutres voiles" yang banyak digunakan saat ini adalah teori klasik Vlassov. Teori ini merupakan teori satu dimensi dari balok dengan ketebalan yang sangat tipis. Akan tetapi dalam teori Vlassov, torsi dan lentur dipisahkan. Teori lain yang akan dipelajari adalah teori dimana ada hubungan antara torsi dan lentur. Teori satu dimensi ini diperoleh dari persamaan keseimbangan 3 dimensi dalam kondisi elastik linier. Keunikan teori ini adalah adanya tambahan kopling jika dibandingkan dengan teori Vlassov. Dalam penelitian ini, kami akan membandingkan hasil teoritis (Vlassov dan Couple), hasil eksperimen dan hasil numerik dengan program ANSYS.
Kami menemukan bahwa hasil dari balok dengan bukaan θ0=90°, hasil eksperimental dan teoritis (model couple) sangat dekat. Sedangkan hasil ANSYS cukup dekat dengan hasil yang diperoleh dari teori Vlassov. Kemudian, hasil U1c ANSYS dekat dengan hasil teoritis (model couple). Untuk balok dengan bukaan θ0 lebih kecil dari 90°, hasil eksperimen dekat dengan hasil yang diberikan oleh ANSYS untuk sudut torsi θ. Selain itu, untuk balok dengan θ0 lebih kecil dari 90o, hasilnya cukup memuaskan untuk U1c.

Abstract
Theory "Poutres Voiles" widely used today is the classical theory Vlassov. This theory is one-dimensional theory of beams with a very thin thickness. However, in theory Vlassov, torsion and bending are separated. Another theory is a theory that will be studied in which there is a relation between torsion and bending. This theory is obtained from three-dimensional equilibrium equations in linear elastic conditions. The uniqueness of this theory is the addition of coupling when compared with Vlassov theory. In this study, we will compare the theoretical results (Vlassov and Couple), experimental results and numerical results with the ANSYS program.
We found the results of beams with openings θ0 = 90°, the results of experimental and theoretical (model couple) are very close. While the results of ANSYS is quite close to the results obtained from Vlassov theory. Then, the results of ANSYS U1c close to the theoretical results (model couple). For beams with openings θ0 smaller than 90°, close to the experimental results with the results given by ANSYS for the torsion angle θ. Moreover, for beams with θ0 smaller than 90°, the results are quite satisfactory for U1c.

ABSTRACT
Le modèle de poutres voiles le plus utilise actuellement est celui de modèle Vlassov. C'est un modèle unidimensionnel de poutre à paroi mince. Dans ce modèle, la torsion et la flexion sont totalement découplées. Un autre modèle à valider présente quant a lui un couplage entre les effets de flexion et de torsion. Ce modèle unidimensionnel a été obtenu par développement des équations d'équilibre 3D de l'élasticité linéaire. Ce modèle a la particularité de présenter un terme de couplage supplémentaire par rapport au modèle de Vlassov. Dans ce projet, nous allons comparer les resultats theorique (Vlassov et couple), les resultats experimentales et les resultats numerique par ANSYS.
Nous avons trouvé que les resultats des poutres avec une ouverture θ0=90o, les valeurs expérimentales et théorique (modèle couplé) sont proches. Les résultats ANSYS sont proches des résultats donnés par le modèle Vlassov. Et puis, les résultats U1c donnés par ANSYS sont proches des résultats théoriques (modèle couplé). Pour les poutres avec une ouverture θ0 inferieure à 90o, les résultats expérimentaux sont proches des résultats donnés par ANSYS pour l?angle de torsion θ. Pour les poutres avec une ouverture θ0 inferieure à 90o, les résultats obtenus pour U1c sont relativement satisfaisant.
"
2011
T29343
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wastuti
"Pertumbuhan proyek - proyek jalan dan jembatan di Indonesia dewasa ini berkembang cukup pesat. Dunia konstruksi sebagai obyek sarana untuk mewujudkan media bangunan sangat dituntut terhadap persaingan yang ketat, terutama pada sisi hasil produk, metode keda dan teknologi yang dipakai. Seirmg dengan hal tersebut, tuntutan terhadap mute, ketepatan waktu dan sektor biaya sangat mutlak dilakukan dan bukan merupakan slogan saja, dalam arti proses pelaksanaan selalu memberfl= hal yang terbaik dan selalu memberikan aspek - aspek inovasi kearah yang lebih efisien dan berdaya guna sangat tinggi. Penggunaan balok beton prategang tipe I dalam suatu proyek jalan, merupakan bagian terpenting dalam unsur struktur jembatan. Salah satu desain Flyover di proyek Tanjung Barat dan Raya Bogor Flyover untuk posisi super structure adalaah menggunakan Prestressed Concrete I Girder dengan standar mute K-500.
Kendala yang tedadi dalam pelaksanaan proyek tersebut adalah balok beton prategang bentuk I yang didesain oleh Konsultan Perencana menggunakan monolith system tetapi dalam proses pelaksa annya tcdadi kendala dilapangan yang mengakibatkan perubahan desain balok prategang bentuk I tersebut menjadi segmental system. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin membandingkan balok beton prategang bentuk I antara sitem monolith dan sistem segmental dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam metode Value Engineering. Proses perubahan desain kerap kali terjadi dalam suatu proyek konsbvksi, tetapi hal-hal yang patut dipertimbangkan adalah mengenai biaya dan kemudahan dalam pelaksanaan pekedaannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Lestari
"Gelagar pelat berongga tipe Jepang adalah pelat yang memiliki rongga berbentuk pentagonal untuk mengurangi berat sendirinya. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan lendutan dari simulasi numerik SAP2000v14.2 dengan pengujian laboratorium yang dilakukan oleh rekan peneliti Zulkarnain, M. Reza 2013 . Kajian ini membahas pengujian 2 tipe gelagar Jepang dalam skala 1:10 dari sebenarnya dan menggunakan campuran kering jadi dry mix . Kajian ini dilakukan dalam 2 pendekatan, numerikal dan eksperimental. Tipe pertama, gelagar pelat berongga dengan 3 variasi bentang yaitu 600mm, 800mm dan 1000mm dimana massa diberikan secara bertahap dari 0kg ndash; 100kg tepat di tengah bentang . Tipe kedua, gelagar pelat berongga dengan 3 variasi bentang yaitu 600mm, 800mm dan 1000mm dimana gelagar dibebani secara merata dan bertahap dengan massa dari 0kg ndash; 100kg di seperempat bentang. Dua tipe gelagar ini menggunakan struktur sistem pratarik yang ditarik dari arah memanjang girder dan sistem paska tarik kabel ditarik dari arah melintang girder. Kuat tekan yang dijadikan acuan untuk mensimulasikan perhitungan di SAP2000v14.2 didapat dari hasil pengujian yang dilakukan oleh rekan peneliti Zulkarnain, M. Reza 2013 . Simulasi pada kajian ini menggunakan modelisasi grid. Hasil perhitungan lendutan pada kajian numerik dengan hasil lendutan pada kajian eksperimental pada percobaan pertama dan percobaan kedua adalah mendekati. Pada percobaan pertama, kesalahan relatif terhadap eksperimental di bentang 600mm sebesar 10 , kesalahan relatif di bentang 800mm sebesar 9,615 dan kesalahan relatif di bentang 1000mm sebesar 8 . Pada percobaan kedua, kesalahan relatif di bentang 600mm sebesar 10,714 , kesalahan relatif di bentang 800mm sebesar 9,8 dan kesalahan relatif di bentang 1000mm sebesar 7,9 .

Japan type voided slab girder is a slab which has pentagonal shaped cavity to reduce its self weight. The aim of this study is compare deflection among on experimental study with numerical study conducted by researcher partner Lestari, A 2013 . This study describes the testing of two types of Japan rsquo s girder in a scale ratio of 1 10 from actual condition and also using dry mixture dry mix . This study was conducted through two approaches, numerical and experimental. The first numerical analysis of voided slab girder was conducted on 3 span variations consisting of 600mm, 800mm and 1000mm which mass was loaded gradually from 0kg 100kg precisely at mid span of the girder. The second numerical analysis of voided slab girder was conducted on 3 span variations consisting of 600mm, 800mm and 1000mm on which was loaded over an area enabling to spread evenly and gradually from 0kg 100kg on quarter span of the girder. The two types of voided slab girder uses Pre tension system in the longitudinal direction of the girder, while a post tensioned cable is placed in the middle of the girder in the transversal direction of the girder . The concrete compressive strength which is taken as reference for simulation on SAP2000v14.2 calculation was obtained from laboratory testing conducted by partner researcher associate Zulkarnain, M. Reza 2013 . Numerical simulation was conducted using grid model. Deflection of the girder from numerical simulation and experimental testing for the first and the second loading case are in general in good agreement. For the first loading case, relative error in numerical study to experimental study on span of 600mm is about 10 while on span of 800mm is 9,615 and on span of 1000mm amounts to 8 . For the second loading case, the relative error in numerical analysis to experimental study on span of 600mm is about 10,714 , while that of on span of 800mm amounts to 9.8 and on span of 1000mm is 7.9 ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S70095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryasa Pradeni
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi perlakuan pada struktur gelegar boks terhadap beban awal retaknya. Variasi perlakuan yang diteliti adalah tebal pelat, jarak pembebanan, bidang kontak pembebanan, jarak perletakan, mutu beton, dan keberadaan tendon prategang transversal. Analisis dilakukan dengan memodelkan struktur secara finite element menggunakan elemen solid 3 dimensi, dengan pembebanan secara bertahap untuk mendapatkan besar beban pada saat mulai retak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban awal retak akan lebih tinggi pada struktur gelegar boks dengan tebal pelat lebih besar, jarak beban lebih jauh, bidang kontak lebih luas, dan yang menggunakan tendon prategang.


This study aims to observe the effect of various treatments given to a box girder structure against its initial cracking load. The treatments varied in this study include slab thickness, loading position, loading area, support position, concrete strength, and usage of transversely post-tensioned tendons. The analysis is done by modeling  the structure with finite element method using 3 dimensional solid elements. Incremental loading is used to acquire the magnitude of the load at initial cracking condition. The result shows that the initial cracking load is higher in the box girder structure with thicker slab, farther loading distance, bigger loading area, and prestressed box girder structure.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Syahrihaddin Hanifa
"Analisis kalkulasi teori dan eksperimen dari sandwich material yang digunakan pada kapal tenaga surya dibutuhkan untuk memenuhi nilai kekuatan kapal. analisis perhitungan global hull girder loads atau panel under global loads laminate buckling, maximum stress in each layer, dan combined stress digunakan untuk menentukan nilai kekuatan kapal. Pada penelitian ini, mechanical properties dari facing laminate dan sandwich material dengan menggunakan metode pembuatan VARTM-Vacuum Infusion akan di investigasi nilainya.
Analisis dari hasil eksperimen akan digunakan sebagai referensi untuk menetukan kekuatan kapal. Hasil eksperimen menunjukkan rata-rata nilai tensile modulus 20,4004 GPa dengan standar deviasi 3,55303 GPa dan analisis perhitungan teori sebesar 54,9905 GPa. Rata-rata nilai dari flexural modulus adalah sebesar 21261,8 N/mm2 dengan standar deviasi 2301,17 N/mm2 dan analisis perhitungan teori sebesar 26833,5 N/mm2. Kekuatan kapal dari kapal tenaga surya telah sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh badan klasifikasi Bureau Veritas.

Experiment and theories analyses of sandwich materials that used in design of a solar powered boat are required to fully the hull strength of the boat. Rule analysis of global hull girder loads or panel under global loads laminate buckling, maximum stress in each layer, and combined stress will be used for determine the hull strength of the boat. In this research, the mechanical properties of facing laminate and sandwich material of VARTM Vacuum Infusion were investigated. Analysis of the results of the experiment will be used as a reference to perform the hull strength calculations.
From the experiment, obtained an average tensile modulus 20,4004 GPa with standard deviation 3,55303 GPa and analysis calculation for the tensile modulus value is 54,9905 GPa. Average flexural modulus 21261,8 N mm2 with standard deviation 2301,17 N mm2 and analysis calculation for the flexural modulus value is 26833,5 N mm2. The hull strength of a solar powered boat are compile with the Bureau Veritas classification rules."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Applied Science, c1983
624.177 BEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1976
624.182 STR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ku, Yun C.
New York: McGraw-Hill, 1986
624.177 23 KU d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1988
624.182 GUI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Robinhot
"Kolektor plat datar radiasi matahari adalah alat yang mengkonversikan energi radiasi menjadi energi panas. Kolektor penting dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan energi yang semakin lama semakin terbalas dan mengurangi darnpak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar seperti minyak dan gas bumi.
Oleh karena itu perlu dilakukan perancangan dan pembuatan alat agar layak dipakai baik dari segi kualitas, ekonomis dan eiisiensinya.
Kolektor plat datar yang dibuat mempunyai luas 1 x 1,8 m2. Dari hasil percobaan yang dilakukan besarnya temperatur air mia-rata paling tinggi dalam tangki adalah 45,7°C pada jam 14, temperatur air masuk adalah 46,1°C juga jam 14, temperatur absorber 62,4°C jam 13, temperatur keluar 52°C pada jam 13 temperatur lingkungan adalah 29,9°C pada jam 13, radiasi global adalah 48,3 Kal/cm2 pada jam 13 dan radiasi diffuse adalah 25,6 Kal/cm2 pada jam 13 WIB. Sedangkan kolektor berfungsi sebagai pemanas udara mempunyai temperatur rata-rata paling tinggi dalam tangki sebesar 44,7°C pada jam 15 , temperamr udara masuk adalah 55°C, ternperatur absorber 83,3°C , temperamr udara keluar 63,66°C, temperatur lingkungan 27,5°C radiasi global 49,9 Kal/cm2 masing-masing pada jam 13 WIB dan radiasi diffuse 33,4 Kal/cm2 pada jam 14 WIB.
Besarnya transmittance-absorpiance produc adalah 0,885 dengan besarnya absorpsivitas absorber 0,98 dan tranmisivitas cover sama dengan 0,88. Hasil akhir yang dicapai pada pembahasan adalah efisiensi harian dari kolektor sebesar 36,11 % serta dilanjutkan dengan analisa hasil percobaan berupa grafik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>