Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44952 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Marcella
"
ABSTRAK
Remaja Amerika merasa iklan rokok Marlboro ditujukan pada mereka, di lain pihak, produsen Marlboro membantah mentargetkan remaja sebagai konsumen Marlboro. Bagaimana di Indonesia?
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara diskrepansi konsep-diri remaja dengan citra merek terhadap pemilihan merek rokok Marlboro.
Penelitian dilakukan pada 129 orang remaja berusia I2 sampai I8 tahun di Bogor dan sekitarnya. Alat yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat berdasarkan aturan skala semantic diferensial Osgood & Tannenbaum, dengan skala yang bipolar.
Hasil yang diperoleh ternyata ada hubungan yang signifikan antara kedekatan konsep-diri aktual remaja dan citra merek Marlboro dengan pilihan rokok merek Marlboro. Skor hubungan terbesar ada pada konsep-diri ideal. Jadi bagaimana seseorang ingin menjadi, dekat dengan citra merek Marlboro dan berhubungan dengan pilihan merek Marlboro.
Sebagai hasil tambahan diperoleh gambaran citra Marlboro (citra berkelas), gambaran konsep-diri remaja (citra menyenangkan), dan gambaran kedekatan citra Marlboro dengan konsep-diri remaja.
"
1998
S2648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2004
S24232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Didalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan
dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Sementara itu banyak sekali macam
produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mulai dari
barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan produk-produk jasa yang
kian beragam jumlahnya. Keadaan ini menimbulkan persaingan ketat
diantara produsen, sehingga kini mereka dituntut untuk dapat
memperhitungkan kebutuhan dan motivasi yang mendasari perilaku
konsuman.
Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang muncul saat
individu atau masyarakat memilih, membeli, menggunakan, dan membuang
produk ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
(Solomon, 1994). Diantara sekian banyak perilaku konsumen yang ada,
adalah satunya yang menarik untuk diteliti adalah perilaku membeli.
Perilaku ini merupakan hasil dari suatu proses tahapan panjang yang
ada dalam diri setiap konsumen. Dan bila berbicara mengenai perilaku
membeli, maka loyalitas merek termasuk suatu pola membeli yang cukup
penting.
Hampir semua produk memiliki merek. Menurut Runyon (1982),
merek merupakan suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi dari elemen-elemen ini yang bertujuan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dengan merek yang lain.
Loyalitas merek merupakan suatu jenis khusus perilaku membeli
yang berulang, melibatkan rasa percaya dan lebih menyukai yang
menyebabkan pola pembelian berulang terhadap suatu merek (Zaltman &
Wallendorf, 1979). Loyalitas merek dapat diukur melalui indikator
perilaku dan sikap konsumen. Penelitian ini dibatasi pada subyek
yang telah menggunakan merek yang sama minimal dalam satu tahun
terakhir, sebagai indikator perilaku. Sedangkan indikator sikap
dilihat melalui kepribadian dan citra merek subyek.
Trait-factor theory merupakan teori yang selalu menjadi dasar
utama pada penelitian kepribadian konsumen. Pendekatan trait
mengasumsikan bahwa individu-individu dapat digambarkan dalam
sejumlah besar, tapi terbatas, karakteristik kepribadian. Sejalan
dengan asumsi ini, penelitian-penelitian dilakukan dalam usaha untuk
mengidentifikasikan trait-trait dasar dalam kepribadian manusia.
Akhirnya ditemukan bahwa terdapat lima dimensi kepribadian besar yang dapat menggambarkan kedudukan individu pada istilah trait-trait
yang ada. Kelima faktor kepribadian tersebut adalah: extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.
Karakteristik kepribadian ini diharapkan tampil dalam perilaku
individu.
Citra merek menggambarkan keseluruhan persepsi atau asosiasi
mengenai suatu merek dan dibentuk dari informasi mengenai merek
tersebut dan pengalaman penggunaan (Assael, 1984) . Konsumen dengan
citra positif terhadap suatu merek besar kemungkinan akan membeli
merek tersebut. Terdapat tiga asosiasi merek yang paling banyak
dibahas oleh para peneliti, yaitu asosiasi merek dengan: atribut
produk, manfaat bagi konsumen, dan kepribadian merek.
Loyalitas merek merupakan fenomena produk-spesifik. Jarang
terdapat konsumen yang loyal pada semua kategori produk. Penelitian
ini selanjutnya dibatasi pada produk rokok saja.
Dengan teknik purposive sampling, sebanyak 125 orang perokok
dilibatkan sebagai subyek penelitian. Data ke-125 subyek tersebut
diolah dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk
mendapatkan frekuensi dan deskripsi subyek, serta hasil analisa
regresi berganda dan ANOVA satu-arah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean skor loyalitas merek
subyek, baik secara keseluruhan maupun dalam kelompok-kelompok data
kontrol, berada di atas nilai tengah skala, yang artinya mereka
memiliki rasa loyal yang tinggi terhadap marek rokok yang
digunakannya sekarang. Selain itu, dengan menggunakan analisa
regresi berganda diketahui bahwa terdapat hubungan linear yang
signifikan antara faktor kepribadian extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness, diskrepansi atribut
produk, manfaat bagi konsumen, dan kepribadian merek terhadap
loyalitas merek pada produk rokok. Dari kedelapan variabel
independen tersebut, hanya empat variabel saja yang secara
signifikan rnernpengaruhi loyalitas merek, yaitu: faktor kepribadian
extraversion, conscientiousness, openness, dan diskrepansi atribut
produk.
Analisa pada data kontrol rnenunjukkan bahwa jumlah rokok yang
dikonsumsi perhari dan merek rokok yang digunakan berpengaruh
terhadap loyalitas merek subyek. Sedangkan usia, status pekerjaan,
dan lama penggunaan merek tidak mempengaruhi loyalitas merek subyek."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Anita Herawati
"Penelitian ini mengadopsi pemikiran An Integrated Model of Persuasion yang merupakan pengembangan dari Elaboration Likelihood Model (Petty & Casioppo) dan Integrated Framework (Maclnnis & Jawarski). Kemudian menggabungkan pola pemikiran Hierarchy of Effects, The Behavioral Effects of Advertising serta The Consumers Decision Making Process.
Dari keempat teori utama tersebut diturunkan menjadi tiga belas variabel yaitu prestise jenjang pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, ability, motivation, opportunity, pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya, advertising knowledge, attitude toward advertising, information evaluation, product knowledge, attitude toward product dan brand loyalty. Pengembangan hipotesis dari kerangka pemikiran yang digunakan diharapkan dapat memberikan penjelasan terhadap pola hubungan faktor-faktor yang membentuk brand loyalty.
Kajian ini menggunakan cross-sectional survey yang dilakukan terhadap dua ratus delapan puluh responden laki-laki, perokok, pernah mengkonsumsi rokok Sampoerna A Mild, pernah mengekspos iklan Sampoerna A Mild, berusia di atas tujuh belas tahun di Kelurahan Demangan, Terban dan Catur Tunggal, Yogyakarta. Responden dipilih dengan teknik multistage cluster sampling. Obyek penelitian yang digunakan adalah iklan rokok Sampoerna A Mild dari berbagai versi yang diekspos melalui media massa maupun non-massa.
Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai alpha Cronbach, dan didapati bahwa variabel pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya, advertising knowledge dan product knowledge memiliki alpha Cronbach kurang dari yang dipersyaratkan oleh Malholra, walaupun sudah dilakukan upaya untuk meningkatkan nilai alpha tersebut dengan mengeluarkan beberapa indikator.
Sementara itu, untuk uji validitas dilakukan dengan factor analysis, menunjukkan hanya variabel ability, attitude toward advertising dan information evaluation yang mempunyai satu dimensi, sedang tujuh variabel lainnya terpilah menjadi dua atau tiga dimensi.
Hasil uji regresi menunjukkan hubungan yang terjadi di antara varibel-variabel yang diujikan bersifat lemah sampai dengan moderat. Setelah dilakukan path analysis diperoleh bahwa brand loyalty dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu motivation, pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya dan attitude toward product. Sedangkan yang mempengaruhi product knowledge adalah opportunity, motivation, ability, advertisng knowledge, attitude toward advertising dan information evaluation. Ini menunjukkan berlakunya teori periklanan yang lemah, seperti dikutip oleh Fill, bahwa pola pembelian sebuah merek oleh konsumen itu lebih digerakkan oleh kebiasaan daripada oleh terpaan aktivitas promosi. Periklanan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan orang dan menguatkan sikap yang sudah ada dan memandang konsumen aktif dalam memecahkan masalahnya.
Dari pengujian terhadap model dasar dalam hipotesis didapatkan bahwa model akhir yang telah disesuaikan mempunyai nilai fit coefficient yang lebih tinggi daripada koefisien model dasar. Dengan demikian, model akhir lebih baik daripada model dasar.
Sebagai implikasi teoritis, posisi AMO Factors dalam An Integrated of Persuasion tidak sejajar tetapi berurutan dari opportunity, motivation lalu ability. Dalam mengukur variabel opportunity, motivation, pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya, advertising knowledge, product knowledge, attitude toward product, dan brand loyalty dapat diukur dengan dua atau tiga dimensi.
Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan variabel prestise jenjang pekerjaan yang didasarkan pada klasifikasi pekerjaan yang dilakukan O.C. Duncan di dalam konteks Amerika, sehingga penelitian ini tidak mempunyai validitas eksternal. Hal itu ditambah lagi dengan penentuan sampel yang kurang akurat sehingga responden mempunyai karakter yang relatif homogen untuk variabel tingkat pendidikan, prestise jenjang pekerjaan dan tingkat pengeluaran.
Namun demikian, dari temuan penelitian ini menguatkan bahwa untuk mempersuasi orang agar mau membeli produk dengan merek tertentu dan setia pada merek tersebut, tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan iklan saja. Pengaruh iklan hanya sampai meningkatkan pengetahuan audiens iklan tentang produk yang diiklankan tersebut. Sedangkan untuk sampai tahap perilaku pembelian bahkan brand loyalty, perlu dilakukan usaha promosi yang lain, misalnya dengan pemberian sampel produk atau demo produk dalam sales promotion dan mengintegrasikannya dengan aspek product, placement dan price dalam marketing mix. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat memperbandingkan obyek penelitian dengan jenis produk yang mempunyai tingkat keterlibatan yang berbeda dalam proses keputusan pembelian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Yusuf Kosim
"Berdasarkan perbedaan etnosentrisme konsumen di berbagai negara, maka penelitian ini menguji pengembangan model penelitian Reardon, Miller, Vida, dan Kim (2005:743). Jika penelitian Reardon et al. (2005:743) tentang etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan dan merek di Amerika, Slovenia, dan Kazakhstan, maka penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan konteks produk rokok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan rokok lokal, untuk mengetahui pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap merek rokok lokal, dan untuk mengetahui pengaruh sikap konsumen mengenai iklan rokok lokal terhadap sikap konsumen mengenai merek rokok lokal.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Sampel diambil dari populasi mahasiswa Universitas Indonesia yang mengkonsumsi rokok. Selanjutnya data penelitian dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan software LISREL 8.30 untuk mengetahui hubungan secara simultan antar variabel.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan dan merek rokok lokal. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat pengaruh positif sikap konsumen mengenai iklan rokok lokal terhadap sikap konsumen mengenai merek rokok lokal. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang memiliki konsumen yang masih mencintai produk lokal yang dapat dijadikan untuk pengembangan ekonomi. Iklan rokok lokal yang materi, konteks, dan pesan iklannya mengandung keragaman budaya Indonesia menimbulkan minat untuk membeli merek rokok lokal.
Implikasi manajerial, berdasarkan pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan dan merek rokok di Indonesia dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan pengembangan pemasaran. Bagi perusahaan rokok lokal, basil penelitian ini dapat dijadikan acuan bahwa rokok lokal masih menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi oleh orang Indonesia. Bagi perusahaan rokok impor, strategi joint venture atau aliansi dengan perusahaan rokok lokal dapat lebih efektif diterapkan di Indonesia.
Kata kunci: etnosentrisme konsumen, sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, rokok, Indonesia.

Based on consumer ethnocentrism difference in many countries, this research wants to test the research model development of Reardon, Miller, Vida and Kim (2005:743). While Reardon et al (2005:743) conducted their research to consumer ethnocentrism of brand and ad attitude in the United States, Slovenia and Kazakhstan, this research focuses in cigarette products and is conducted in Indonesia.
This research wants to figure out the positive effect of ethnocentrism to consumer ad attitude towards local cigarettes, to figure out the positive effect of ethnocentrism to consumer brand attitude towards local cigarettes and to figure out the effect of consumer ad attitude towards consumer brand attitude for local cigarettes.
This research uses survey method and data collection is done using convenience sampling. Sample is taken from the population of University of Indonesia students that consume cigarettes. Research data is analyzed using structural equation modeling (SEM) with LISREL 8.30 software to get simultaneous relations among variables.
This research shows that there is a positive effect of ethnocentrism to consumer ad and brand attitude towards local brand cigarette. It also shows that, for local brand cigarettes, there is a positive effect of consumer ad attitude towards consumer brand attitude. This result indicates that Indonesia as a developing country still has economically potential market and consumer that love local products. Local cigarette ad that contain message, material and context of varied Indonesian culture drives the interest to buy local brand cigarettes.
The managerial implication; based on the ethnocentrism positive behavior of the consumer attitude on the advertisement and cigarette brand in Indonesia, it shows that the local cigarette advertisement and brand still manage to be the first choice and fond of by the local cigarette consumer. For the local cigarette company, this result research could be the turning point for not doubtful to develop the local market as the high consumer ethnocentrism. Meanwhile, for the foreign cigarette company, the joint venture or alliance between the foreign cigarette company and the local cigarette company could be more effective to be implemented in Indonesia that has high ethnocentrism consumer (Reardon et al., 2005:750).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Harmensyah
"Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama, pertama yaitu mengetahui awareness konsumen terhadap merek-merek produk rokok mild, kedua mengetahui atribut penting rokok mild yang disukai dan berpengaruh dalam proses konsumsi, dan yang ketiga adalah untuk mengetahui performa merek Sampoerna A Mild berdasarkan pernyataan atribut dalam pemetaan perseptual biplot sebagai bahan masukan dan dasar pertimbangan konsep positioning. Hal ini dilandasi dengan pertimbangan tingginya tingkat persaingan pasar rokok mild saat ini dengan pertumbuhan yang mencapai 15-17 % dari total produksi rokok nasional. Pertimbangan secara khusus adalah perlunya upaya manajemen merek Sampoerna A Mild sang pionir agar tetap mampu bertahan sebagai market leader melalui salah satu tools dalam strategi pemasaran yaitu komunikasi pemasaran. Hal ini timbul dalam pemikiran karena secara tidak disadari, konsumen membeli sebuah merek bukan produk, sehingga dapat dikatakan "Perceptions is more important than reality" dengan pengartian persepsi lebih penting daripada kenyataan. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk melihat bagaimana positioning berdasarkan citra merek antar merek produk rokok mild di benak konsumen, khususnya merek Sampoerna A Mild dengan merek close competitor-nya Star Mild dan LA Lights, yang sekarang sedang bersaing keras dalam merebut bukan hanya market share teapi juga mind share and heart share melalui persepsi terhadap image atribut rokok mild.
Ukuran sampel yang disebar dalam penelitian ini adalah sebanyak 115 responden. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan non-probability sampling, dengan convenience sampling yang digunakan berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Responden diambil dari berbagai macam kriteria, diantaranya pria atau wanita yang tergolong perokok, yaitu perokok rokok mild yang berusia tidak di bawah 18 tahun dengan lokasi pengambilan sampel dilakukan di Jakarta. Beberapa analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisa deskriptif, analisa asosiatif, analisa faktor, analisa frekwensi tingkat kepentingan atribut, analisa performance terhadap pemyataan atribut, dan analisa positioning berdasarkan pemetaan biplot.
Hasil penelitian berdasarkan perilaku responden, dapat disimpulkan beberapa temuan yaitu Sampoema A Mild merupakan merek top of mind awareness ( 66%) untuk kategori rokok kretek mild dimana media-media seperti televisi (61,74%), billboard (43,48%) dan event (32,46%). merupakan sumber informasi utama responden sedangkan warung pinggir jalan (86,96%) merupakan tempat atau lokasi pembelian yang paling Iazim ketika responden ingin membeli rokok.
Hasil klasifikasi responden berdasarkan tingkat konsumsi dalam satu hari adalah perokok merek Sampoema A Mild dan merek Star Mild secara signifikan merupakan kelompok light users, sedangkan untuk merek LA Light respondennya termasuk dalam kelompok heavy users.
Atribut utama yang menjadi dasar pertimbangan konsumen mengkonsumsi rokok mild adalah atribut rasa merupakan atribut utama yang menjadi dasar pertimbangan responden mengkonsumsi rokok mild (5,55), diikuti oleh kandungan tar dan nikotin (5,23) dan kualitas tembakau (5,17).
Hasil temuan lainnya adalah merek Sampoema A Mild cenderung mendominasi performa pernyataan atribut berdasarkan tingkat kesetujuan responden. Perfonna tertinggi untuk pernyataan atribut (image) merek Sampoema A Mild adalah "dimana saja ada" (5,37), diikuti "rendah kandungan tar dan nikotinnya" (5,02) dan "merek yang disegani" (4,92). Performa mean score pemyataan atribut untuk merek Sampoema A Mild lainnya yang lebih tinggi dibandingkan merek Star Mild dan LA Light yaitu pada pemyataan "Rasa yang memuaskan" (4,82) , "Tembakau kualitas tinggi" (4,8) , "Rokok untuk kalangan atas" (4,48) , "Aroma yang enak" (4,33) , "Terkesan atraktif saat merokok" (4,2) , dan yang terahir adalah pernyataan "Harga mahal" (3,58).
Dengan pemetaan biplot, image yang dapat digunakan untuk melakukan fonnulasi positioning manajemen Sampoema A Mild adalah dengan fokus terhadap atribut faktor fisik dan non fisik basil temuan, dengan prioritas atribut fisik yaitu atribut rasa, kandungan tar dan nikotin, kualitas tembakau dan aroma. Sedangkan untuk prioritas atribut non fisik adalah "rokok kalangan atas" dan "merek yang disegani", dan "terkesan atraktif saat merokok" yang dapat dipertimbangkan sebagai dasar positioning. Adapun positioning berdasarkan basil temuan tersebut pada akhimya dapat dijadikan alternatif tema komunikasi sebagai nilai tambah, khususnya bagi merek Sampoerna A Mild.
Implementasi strategis jangka pendek dari positioning berdasarkan penelitian ini adalah dengan melakukan serangkaian kegiatan komunikasi pasar yang terintegrasi (IMC) melalui media TV, billboard, dan media cetak, serta kegiatan relationship marketing dengan mengadakan serangkaian event. Hal tersebut ditakukan selain untuk lebih meningkatkan brand awareness, menambah pangsa pasar, juga untuk lebih menjalin hubungan pada konsumen, dengan harapan mampu meningkatkan citra/ image merek Sampoerna A Mild di benak konsumen.
Untuk ke depannya, agar lebih mendapatkan basil yang maksimal, maka perlu dilakukan berbagai riset lanjutan untuk lebih mendalami berbagai hal yang berhubungan dengan strategi positioning rokok mild yaitu dengan melakukan riset brand personality dan efektifitas iklan sebagai bagian dari kerangka positioning secara menyeluruh terhadap produk rokok mild, khususnya merek Sampoema A Mild dalam upaya rnempenahankan kepemirnpinannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tim Lorinsi
"Ledakan informasi dan media sebagai dampak pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini menimbulkan gejala masyarakat dengan komunikasi berlebih (overcommunicated society), Terpaan informasi yang melebihi kapasitas masyarakat ini terutama di kota besar dengan status social ekonomi tertentu. Iklan sebagai alat penting dalam komunikasi pemasaran juga terkena dampak ini. Produk rokok yang merupakan produk dengan bahan dasar yang relatif sama pada tiap produk harus bisa dikomunikasikan dengan melalui fungsi psikologisnya. Ini merupakan jalan terbaik untuk dapat memposisikan produk pada benak konsumen. Positioning dengan upaya pelekatan citra merek dianggap perlu oleh rokok Sampaerna A Mild untuk menjadikannya unik dan terhindar dari persaingan langsung. Kesenjangan antara citra merek yang diharapkan komunikator (Sampoerna Mild) dan khalayak akan merupakan indikator keberhasilan awal sebuah iklan. Hal inilah yang akan dilihat sebagai pokok permasalahan dimana kondisinya akan berbeda bila dilihat dari faktor-faktor tertentu. Populasi mahasiswa FISIP UI sampelnya ditarik melalui teknik penarikan sampel Probabilita dengan Stratified Random Sampling secara kuantitatif datanya akan diambil melalui metede Survai Sampling. Penggunaan pedoman wawancara berstruktur dengah pernyataan tentang persepsi yang menggunakan skala Likert akan diuji validitasnya melalui critical ratio item sebagai alat ukur utama dalam penelitian bertipe deskriptif ini. Dengan menggunakan kerangka pemikiran yang mengacu pada konsep-konsep dan penelitian terdahulu, hipotesa yang diajukan akan diuji melalui teknik T Test yang akan melihat tingkat perbedaan pada rata-rata hitung variabel "pembeda" pada variabel "persepsi", Dengan kesepakatan bahwa nilai t yang diperoleh hares signifikan pada p<0.05, sesuai dengan batas toleransi kesalahan dalam ilmu sosial sebesar 5%. Hasilnya adalah perbedaan dalam mempersepsikan citra merek rokok Sampoerna A Mild secara integral signifikan pada pengenaan iklan tertentu. Sedangkan bila dilihat secara parsial, citra Low Tar Loo Nicotine secara signifikan dipersepsikan berbeda pada variabel "pembeda" kebiasaan merokok, pengaruh lingkungan dan pengenaan iklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1994
S4308
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Javen DJ Raro
"Sejak pasar modal diaktifkan kembali pada akhir tahun 1988 sudah tercatat 140 perusahaan yang telah menawarkan sahamnya pada. masyarakat Semakin banyak perusahaan yang Go Public,
maka semakin sulit bagi investor untuk menetukan saham-saham
mana saja yang akan dibeli Melihat semakin meningkatnya minat perusahaan untuk mencari untuk mencari dana melalui pasar modal sebagai alternatif pembiayaan yang dianqgap "murah" maka
penulis bermaksud menganalisa salah satu perusahaan yang. Go Public khususnya menilai propek usaha dan harqa saham pada masa yang akan datang Dalam halini perusahaan yang dip.ilih
untuk dianalisa adalah PT Gudang Garam Untuk mendapat data data ilmiah yang mendukung penelitian ini maka diqunakan metode penelitian dengan riset kepustakaan dan riset lapangan
(prospektus PT 66 dan Laporan Keuanqan tahun 1988 s/d 1992).
Dari analisa yang telah dilakukan masih belum dapat dikatakan bahan prestasi PT, 66 memang cukup baik ini disebabkan karena tidak semua kenaikan laba dapat disamakan dengan keberhasilan.
Terutama hal ini disebabkan pada tahun 1990 PT, 66 mendapat tambahan modal sebesar Rp 393472 milyan dari hasil Go Public.
Maka analisa ini perlu dilengkapi dengan melihat beberapa
rasio keuangan yang berhubungan dencian pemegang saham. Pada
tahun 1990 ROE yaltu tingkat keuntunqan terhadap modal sendiri
adalah sebesar 2,927.., pada tahun 1991 sebesar 12,827. dan 987%
pada tahun 1992. E{erarti teriadi peningkatan sejak PT. GB
melakukan Go Public Sedengkan Laba per saham untuk tahun 1992. E'erarti teriadi peningkatan sejak PT. GB melakukan Go Public. Sedangkan laba per saham untuk untuk tahun 1989, 1990,1991 dan masing-masing sebesar sedang Rp 17q17, Rp 365,00
Rp 382.00 ,dan Rp,1O,00. Tampak teriadi penincikatan 20,25x
dan turun -0,19x lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Kalcu laba per saham kite bagi dengan barge sahamnya maka hasilnya adalah Earning Yield untuk tahun 1990, 1991, dan 1992 Earning Yield PT.. GB adalah sebesar 4,97% ,7,077,
10,517. Posisi keuanqan PT. GB berdasarkan Neraca per 31
Desember 1992 memperlihatkan posisi yang relatif kuat, dimana
Gross Gearing Ratio hanyc sebesar 437 dan Net Bering Rationyanyc
sebesar 43% juga. Hal ini amat memudahkan perusahaan
melakukan ekspansi atau pengambil-alihan usaha-usaha yang dalam melakukan ekspansi atau pengambil alihan usaha-usaha strategis dimasa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>