Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Zulkarnain
"ABSTRAK
Berdasarkan hukum positif, tidak ada pendelegasian
kewenangan (delegatie van wetgevingsbevoegheid) kepada
Menteri Keuangan untuk membuat peraturan tentang Balai
Lelang. Namun Menteri Keuangan telah mengeluarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 306/KMK.01/2002 tentang Balai Lelang
jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47/KMK.01/1996. Dalam
tesis ini diangkat pokok permasalahan (a) Apakah Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 306/KMK.01/2002 secara yuridis,
sosiologis dan filosofis telah sesuai dengan hukum
positif?; (b) Apakah Pejabat Lelang dapat terafiliasi
dengan Balai Lelang?; (c) Apakah biaya administrasi yang
ada memberatkan Balai Lelang dan berapa besarannya agar
lebih kompetitif?. Dalam pembahasan tesis ini digunakan
landasan teori Stufentheorie Hans Kelsen dan konsepsi "Iaw
as a tool of social engineering" Roscou Pound, serta
dilakukan penelitian kepustakaan dan lapangan. Adapun hasil
analisis yang diperoleh menyimpulkan bahwa, pertama,
apabila ditinjau secara yuridis berdasarkan ajaran
Stufentheorie Hans Kelsen, Keputusan Menteri Keuangan Nomor
306/KMK.01/2002 tidak sesuai dengan hukum positif yang berlaku saat ini namum apabila ditinjau secara sosiologis
dan filosofis berdasarkan konsepsi "Law as a tool of
social engineering" Roscoe Pound, maka Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 306/KMK.01/2002 telah sesuai dengan teori
hukum. Kedua, pengangkatan Pejabat Lelang pada Balai Lelang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketiga., pembebanan biaya administrasi lelang
sebesar 1% (satu persen) memberatkan Balai Lelang.
Berdasarkan analisis tersebut penulis menyarankan, pertama,
landasan hukum keberadaan Balai Lelang ditingkatkan dengan
Keputusan Presiden. Kedua, Pejabat Lelang tidak
berkedudukan pada Balai Lelang. Dan ketiga, tarif biaya
administrasi lelang ditetapkan secara regressive dengan
kisaran antara 0,30% sampai dengan 0,50%."
2003
T36674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristyo Rahadiyan
"[Di dalam praktek sehari-hari, sering kita jumpai hutang piutang antara Debitor kepada Kreditor yang dijamin dengan Hak Tanggungan. Hubungan hutang piutang mensyaratkan adanya kewajiban dari Debitor untuk membayar utang beserta bunganya yang menjadi hak Kreditor. Jika Debitor wanprestasi, Kreditor mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya (hak eksekusi) terhadap harta kekayaan
Debitur yang dipakai sebagai jaminan hutang. Dalam kaitannya dengan Hak Tanggungan tersebut, kalau terjadi wanprestasi, jalan keluarnya adalah dengan cara dilelang sesuai dengan ketentuan Pasal 6 UUHT maupun peraturan lelang. Lelang Hak Tanggungan dapat dilakukan berdasarkan Pasal 6 dan Pasal 14. Sesuai Pasal 6, permohonan lelang harus diajukan sendiri oleh bank langsung kepada Kantor Lelang,
apabila Pasal 6 tidak dapat digunakan karena barangnya diguggat pihak lain maka Lelang Hak Tanggungan akan dilaksanakan melalui Pengadilan (Pasal 14), dalam hal pelaksanaan lelang Hak Tanggungan, Balai Lelang dapat berperan sesuai dengan kesepakatan dengan Kreditur. Jika lelang melalui Pengadilan, Balai Lelang dapat
membantu Pengadilan yang bertindak sebagai pemohon, disini Balai Lelang dapat berperan dengan memberikan bantuan jasa-jasa pra dan pasca lelang kepada Kreditur untuk memperlancar pelelangan. Tetapi ternyata dalam peraturannya masih kurang jelas dan masih terdapat beberapa hambatan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan teknik pengumpulan data melalui data primer
dan sekunder. Untuk menghimpun data primer dilakukan dengan penetitian lapangan dengan menggunakan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengkaji bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan ditafsirkan secara logis dan sistematis yang kemudian ditarik kesimpulan.;In the daily practice, we often encounter between Debtor accounts payable to creditors secured by a Mortgage. Accounts payable relationship entails the obligation
of the debtor to pay the debt with interest to consumption into creditor rights. If the debtor defaults, creditors have the right to demand the fulfillment of its accounts receivable (right execution) of the assets of the Debtor is used as collateral. In relation to the Mortgage, in case of default, the solution is to be auctioned in accordance with the provisions of Article 6 UUHT and auction rules. Auction Encumbrance can do under Article 6 and Article 14. According to Article 6, the petition must be filed by the auction bank directly to the Office of the Auction, if Article 6 can not be used because the goods diguggat other party then Auctions Encumbrance will be implemented through the Court (Article 14 ), in the case of auction Encumbrance, Auctioneer may act in accordance with an agreement with creditors. If the auction
through the Court, Auctioneer may assist the Court that acted as the applicant, here Auctioneer may play a role by providing support services to the pre and post auction creditors to expedite the auction. But it turns out in the regulations are still unclear and there are still some obstacles. This study uses empirical juridical approach to data
collection through primary and secondary data. To collect primary data by using interview penetitian field. Secondary data was collected by reviewing the primary legal materials and secondary legal materials, which are then analyzed using qualitative analysis techniques and interpreted logically and systematically are then drawn conclusions., In the daily practice, we often encounter between Debtor accounts payable to
creditors secured by a Mortgage. Accounts payable relationship entails the obligation
of the debtor to pay the debt with interest to consumption into creditor rights. If the
debtor defaults, creditors have the right to demand the fulfillment of its accounts
receivable (right execution) of the assets of the Debtor is used as collateral. In relation
to the Mortgage, in case of default, the solution is to be auctioned in accordance with
the provisions of Article 6 UUHT and auction rules. Auction Encumbrance can do
under Article 6 and Article 14. According to Article 6, the petition must be filed by
the auction bank directly to the Office of the Auction, if Article 6 can not be used
because the goods diguggat other party then Auctions Encumbrance will be
implemented through the Court (Article 14 ), in the case of auction Encumbrance,
Auctioneer may act in accordance with an agreement with creditors. If the auction
through the Court, Auctioneer may assist the Court that acted as the applicant, here
Auctioneer may play a role by providing support services to the pre and post auction
creditors to expedite the auction. But it turns out in the regulations are still unclear
and there are still some obstacles. This study uses empirical juridical approach to data
collection through primary and secondary data. To collect primary data by using
interview penetitian field. Secondary data was collected by reviewing the primary
legal materials and secondary legal materials, which are then analyzed using
qualitative analysis techniques and interpreted logically and systematically are then
drawn conclusions.]"
Universitas Indonesia, 2015
T44457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koemoro Warsito
"ABSTRAK
Salah satu sektor jasa dalam perekonomian yang perlu
digali dalam rangka pemberdayaan perekonomian nasional guna
membantu Bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan adalah Lelang, karena lelang memiliki fungsi
yang strategis dalam rangka memperlancar arus barang dan
memberikan pendapatan kepada masyarakat serta retribusi
kepada negara. Lelang secara keseluruhan telah ikut
berperan serta dalam perekonomian nasional namun belum
signifikan. Untuk meningkatkan perannya, perlu diketahui
dan diteliti melalui analisis yuridis yang dilakukan
terhadap ketentuan Vendu Reglemen t dan Vendu Instructie,
serta peraturan pelaksanaan yang meliputi dasar hukum
lelang, peran pemerintah, Balai Lelang, Pejabat Lelang dan
pungutan lelang, di samping analisis terhadap lelang dalam
praktek. Dari analisis tersebut terdapat kendala-kendala
yang perlu diupayakan untuk dibenahi dan disempurnakan
agar lelang lebih berperan dalam pemberdayaan perekonomian
nasional. Upaya tersebut adalah mengganti Vendu Reglemen t
dan Vendu Instructie yang sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi zaman dan pembenahan/penyempurnaan secara bertahap
terhadap peraturan dan mekanisme lelang yang lebih
profesional yang menyangkut penurunan tarif dan penyederhanaan jenis pungutan lelang, menyederhanakan
prosedur lelang, pengangkatan Pejabat Lelang yang mandiri,
dan independen dan profesional, memberikan peran lebih
besar kepada swasta/Balai Lelang. Berkenaan dengan upaya
tersebut jenis lelang sukarela yang memiliki potensi dan
prospek yang cukup besar dalam perekonomian nasional perlu
lebih diberdayakan dan dikembangkan. Namun upaya lain dalam
memasyarakatkan lelang perlu dilakukan pula melalui
sosialisasi kepada masyarakat dan dunia usaha secara terusmenerus.
Penelitian ini mempergunakan analisis normatif
deskriptif melalui penelitian kepustakaan dan wawancara
dengan para nara sumber yang dianggap mewakili (Probability
sampling)"
2003
T37715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Dimas Yudya Dharmika
"Tesis ini membahas mengenai pelaksanaan lelang Hak Tanggungan pada KantorPelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III sesuai dengan Pasal 6 jo.Pasal 11 ayat (2) huruf e Undang-Undang Hak Tanggungan dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang . Dalam prakteknya mengalami kendala-kendala, yakni timbulnya gugatan dari pihak debitor akibat kurang maksimalnya pelaksanaan lelang Pasal 6 jo. Pasal 11 ayat (2) huruf e oleh kreditor terhadap barang jaminan debitor disamping masih ada yang kurang peminatnya sehingga menyebabkan tidak laku. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu menitikberatkan pada peraturan yang berlaku menggunakan Undang-Undang Hak Tanggungan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, referensi dan literatur-literatur terkait.
Dari hasil penelitian ini, dalam menyelesaikan hambatan tersebut Kantor Lelang berpedoman pada Pasal 24, PMK nomor 93 tahun 2010 karena bertanggung jawab pada pelaksanaan lelang bukan pada perjanjian sebelum objek jaminan Hak Tanggungan tersebut dilelang karena itu lelang tidak dapat dibatalkan kecuali atas permintaan dari pemohon lelang, mengenai harga limit, Kantor Lelang tidak mempunyai andil dalam menentukan harga limit objek Hak Tanggungan yang akan dilelang karena hal tersebut adalah merupakan kewenangan dari pihak kreditor. Apabila barang tersebut tidak laku akan dilakukan lelang ulang sampai barang tersebut laku dengan menurunkan harga limitnya.

This thesis discusses the implementation of the Mortgage auctions on State Assets and Auction Kantor Pelayanan Jakarta III jo.Pasal accordance with Article 11, paragraph 6 (2) e of the Act and the Mortgage Finance Minister Regulation (PMK) Number 93/PMK.06/2010 on the instructions of the auction. In practice experiencing constraints, namely the emergence of a lawsuit from the debtors due to lack of maximum auction jo Article 6. Article 11 paragraph (2) letter e by creditors against debtors collateral in addition there is less demand, causing not sell. The method used in this study is focused on the normative juridical regulations use the Mortgage Law and the Regulation of the Minister of Finance No. 93/PMK.06/2010 on Implementation Guidelines Auction, references and related literature.
From these results, in resolving these obstacles Auction Office based on the Article 24, PMK 93 numbers in 2010 as responsible for the execution of the treaty prior to auction not object Mortgage collateral is auctioned auctions because it can not be canceled unless the auction at the request of the applicant, the limit price, Auction Office does not have a say in determining the price limit Mortgage objects to be auctioned because it is the authority of the creditors. If the goods are not sold auction will be held over until the goods are sold at a lower price limit.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T36110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Herawati
"Memasuki era globalisasi, pengusaha berlomba untuk memajukan usahanya dengan persaingan yang ketat. Untuk dapat bertahan dalam usahanya, pengusaha selain memerlukan hukum untuk menjamin kepastian hukum dalam tindakan mereka, juga memerlukan lembaga Perbankan yang dapat menjamin kelancaran bisnisnya. Salah satu kegiatan usaha bank yang banyak dimanfaatkan oleh pengusaha adalah bank garansi. Bank garansi diterbitkan untuk menjamin kepentingan kreditur apabila debitur wanprestasi. Apabila debitur wanprestasi, maka kreditur dapat mengajukan klaim atas bank garansi tersebut. Dalam praktek pemberian bank garansi di Bank BRI, terdapat pokok permasalahan yakni apakah pemberian bank garansi di Bank BRI telah sesuai dengan peraturan Bank Indonesia tentang Pemberian Garansi oleh Bank, kontra garansi apa yang dapat diberikan dan bagaimana bentuk pengikatannya, serta permasalahan dalam pelaksanaan pemberian bank garansi tersebut. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif terhadap asas-asas hukum dan terhadap taraf sinkronisasi hukum, sehingga dapat menjawab terhadap permasalahan dan pada akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa kebijakan di Bank BRI dalam pelaksanaan pemberian bank garansi telah sesuai dengan Peraturan dari Bank Indonesia. Mantra garansi yang dapat diberikan oleh debitur adalah kontra garansi dari bank di luar negeri, setoran tunai dalam bentuk rekening setoran jaminan dan rekening simpanan, serta kontra garansi lainnya yang berupa immaterial dan kontra garansi material dalam bentuk agunan fisik. Bentuk pengikatannya dapat berupa Surat Perjanjian Pemindahan dan Penyerahan Hak Tagihan (Cessie), Hak Tanggungan, Hak Gadai dan Hak Fidusia. Adapun permasalahan dalam praktek adalah kesepakatan mengenai terjadinya wanprestasi, tuntutan pelepasan seluruh hak istimewa serta apabila debitur jatuh pailit dalam hal bank garansi harus dicairkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T19197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Sari Hastuty
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S25401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desintha Putri
"Penelitian ini berkaitan dengan problematika yuridis dalam lelang, yang bertujuan untuk mengetahui apakah Pejabat Lelang berwenang untuk membeli barang bergerak yang dilelang dihadapannya. Penelitian ini adalah Penelitian Yuridis Normatif yang dilengkapi dengan penelitian lapangan. Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Problematika yuridis antara Vendu Reglement dan Vendu Instructie dan aturan pelaksananya yakni Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 Tentang Pejabat Lelang Kelas I terkait dengan Pejabat Lelang untuk membeli barang bergerak dalam lelang eksekusi dan non eksekusi yang dipimpinnya dapat disimpulkan bahwa karena kedudukan Vendu Reglement dan Vendu Instructie lebih tinggi dari pada Peraturan Menteri Keuangan maka secara yuridis Pejabat Lelang berwenang untuk membeli barang bergerak dalam lelangyang dilelang di hadapannya. Tetapi dilihat dalam praktek, ternyata tidak ada Pejabat Lelang yang melakukan pembelian barang bergerak yang dilelang di hadapannya. Dengan demikian ketentuan Vendu Reglement dan Vendu Instructie tersebut kurang efektif. Pejabat Lelang cenderung mematuhi Peraturan Menteri Keuangan. Mengingat hasil penelitian tersebut. Penulis berpendapat sebaiknya yang diubah adalah Vendu Reglement dan Vendu Instructie, sebab kedua aturan tersebut merupakan peraturan zaman Hindia Belanda. Peraturan mengenai lelang terutama mengenai Pejabat Lelang sebaiknya diatur dalam Undang-Undang yang telah disesuaikan dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman yang terjadi di bidang lelang di Indonesia sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia sehingga peraturan tersebut lebih mencerminkan rasa keadilan, masyarakat sehingga diharapkan keberlakuannya pun akan lebih efektif.

This research related to the auction juridical issues, which aims to determine whether the Auction officials are authorized to purchase the moving goods which auctioned in front of him. This research is normative juridical which equipped with field research. Legal materials used in this research are primary legal materials and secondary legal materials. juridical issues between Vendu Reglement and Vendu Instructie and rules implementing i.e., the Finance Minister Regulation Number 93/PMK.06/2010 About the auction officials to purchase moving goods in execution and non-execution auction which led by him and it can concluded that because the position of Vendu Reglement and Vendu Instructie are higher than the Finance Minister regulation, hence in juridical way, auction officials areauthorized to purchase moving goods whether in execution and non execution auction. practically, there are no auction officials who purchase moving goods which auctioned in front of him. Thus the Vendu Reglement and Vendu Instructie regulation are less effective. The Auction officials tend to adhere the finance minister. Regarding to these research result, the authors has an opinion that Vendu Reglement and Vendu Instructie should be changed, because those regulations are the regulations product of Dutch East Indies era. Regulations regarding with the Auction officials should be regulated in the Act that has been customized with the situation, conditions and time developments that occurred in the field of auctions in Indonesia in accordance with the personality and culture of Indonesian people so that regulation is more reflective of the justice in community so hopefully the enforceability will be more effective."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T21670
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Ryanto
"ABSTRAK
Pelelangan 58.000 (limapuluh ribu) ton gula kristal putih ilegal pada tanggal
4 Januari 2005 telah menimbulkan banyak kntik dari masyarakat. Masyarakat
menuntut pembatalan lelang tersebut karena harga lelang yang tercipta sangat rendah
sehingga dapat mengganggu perekonomian Negara. Banyak pihak yang
mempertanyakan mengenai keabsahan lelang tersebut karena banyaknya kejanggalan
dalam pelaksanaan lelang tersebut. Komisi Pengawas Persaingan usaha (untuk
selanjutnya disebut KPPU ) merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap
pelelangan tersebut dan memutuskan bahwa telah ada pelanggaran ketentuan Pasal
22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan oleh karenanya menghukum pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan lelang tersebut. 2 (dua) permasalahan utama dalam Tesis
ini adalah mengenai keabsahan lelang gula ilegal tersebut dan mengenai kewenangan
KPPU dalam memeriksa pelelangan tersebut. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian Yuridis Normatif (penelitian kepustakaan) mengenai hukum lelang
dengan tipe penelitian eksplanatoris untuk memperoleh informasi secara menyeluruh
dan terintegrasi yang terkait dengan kasus pelelangan gula ilegal. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan
tersier yang diteliti secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelelangan
gula ilegal tersebut telah memenuhi tata prosedur suatu pelelangan berdasarkan
ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
304/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, dan Putusan KPPU yang
menyat an a anya pelanggaran Pasal 22 mengenai mengenai persengkongkolan
untuk menentukan pemenang tender, KPPU telah menyamakan definisi tender
dengan lelang, dimana sesungguhnya antara lelang dan tender adalah 2 (dua)
per ua an um yang erbeda, serta lelang gula ilegal ini adalah termasuk lelang
eksekusi yang termasuk dalam pengecualian dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
sehingga KPPU seharusnya menyatakan dirinya tidak berwenang memeriksa
pelelangan gula ilegal tersebut.

ABSTRACT
An auction of 58.000 ton illegal white crystal sugar in January 4th 2005 has
raised many critics from society. The society demanded that the auction to be
cancelled since the price formed in the auction can negatively influence Indonesia
economy. Many people questioned the legality of the auction procedures since it was
considered had many anomalies. Business Competition Supervisory Committee
(“KPPU”) decided to scrutiny on the auction and has decided that there was a
violation of Article 22 Monopoly Regulation and Fair Trade Act, Act Number 5 of
1999 and punished parties related to the auction. There are two major issues
regarding the auction which are the legality of the auction and the competency of
KPPU in examining the auction. This research’s methodology is Yuridis Normatif
(library research) focus on Auction Law with explanatory research type to have a
holistic and integrated information regarding the auction. The data sources are from
secondary type of data which consist of primary, secondary, and tertiary source of
data. The result shows that the auction has fulfilled the obligatory requirements set
on Finance Ministerial Decree Number 304/KMK.01/2002 about Auction Guidance,
and regarding KPPU decision of violation Article 22 about scheme in tender offers,
KPPU has made no differences between an auction and a tender offer where as an
auction and a tender offer is two different legal conducts, moreover the auction is
classified as execution auction which is excluded from Monopoly Regulation and
Fair Trade Act, Act Number 5 of 1999, therefore KPPU should have no authority in
examining the auction."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T24743
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Ryanto
"ABSTRAK
Pelelangan 58.000 (limapuluh ribu) ton gula kristal putih ilegal pada tanggal
4 Januari 2005 telah menimbulkan banyak kntik dari masyarakat. Masyarakat
menuntut pembatalan lelang tersebut karena harga lelang yang tercipta sangat rendah
sehingga dapat mengganggu perekonomian Negara. Banyak pihak yang
mempertanyakan mengenai keabsahan lelang tersebut karena banyaknya kejanggalan
dalam pelaksanaan lelang tersebut. Komisi Pengawas Persaingan usaha (untuk
selanjutnya disebut KPPU ) merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap
pelelangan tersebut dan memutuskan bahwa telah ada pelanggaran ketentuan Pasal
22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan oleh karenanya menghukum pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan lelang tersebut. 2 (dua) permasalahan utama dalam Tesis
ini adalah mengenai keabsahan lelang gula ilegal tersebut dan mengenai kewenangan
KPPU dalam memeriksa pelelangan tersebut. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian Yuridis Normatif (penelitian kepustakaan) mengenai hukum lelang
dengan tipe penelitian eksplanatoris untuk memperoleh informasi secara menyeluruh
dan terintegrasi yang terkait dengan kasus pelelangan gula ilegal. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan
tersier yang diteliti secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelelangan
gula ilegal tersebut telah memenuhi tata prosedur suatu pelelangan berdasarkan
ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
304/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, dan Putusan KPPU yang
menyat an a anya pelanggaran Pasal 22 mengenai mengenai persengkongkolan
untuk menentukan pemenang tender, KPPU telah menyamakan definisi tender
dengan lelang, dimana sesungguhnya antara lelang dan tender adalah 2 (dua)
per ua an um yang erbeda, serta lelang gula ilegal ini adalah termasuk lelang
eksekusi yang termasuk dalam pengecualian dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
sehingga KPPU seharusnya menyatakan dirinya tidak berwenang memeriksa
pelelangan gula ilegal tersebut.

ABSTRACT
An auction of 58.000 ton illegal white crystal sugar in January 4th 2005 has
raised many critics from society. The society demanded that the auction to be
cancelled since the price formed in the auction can negatively influence Indonesia
economy. Many people questioned the legality of the auction procedures since it was
considered had many anomalies. Business Competition Supervisory Committee
(“KPPU”) decided to scrutiny on the auction and has decided that there was a
violation of Article 22 Monopoly Regulation and Fair Trade Act, Act Number 5 of
1999 and punished parties related to the auction. There are two major issues
regarding the auction which are the legality of the auction and the competency of
KPPU in examining the auction. This research’s methodology is Yuridis Normatif
(library research) focus on Auction Law with explanatory research type to have a
holistic and integrated information regarding the auction. The data sources are from
secondary type of data which consist of primary, secondary, and tertiary source of
data. The result shows that the auction has fulfilled the obligatory requirements set
on Finance Ministerial Decree Number 304/KMK.01/2002 about Auction Guidance,
and regarding KPPU decision of violation Article 22 about scheme in tender offers,
KPPU has made no differences between an auction and a tender offer where as an
auction and a tender offer is two different legal conducts, moreover the auction is
classified as execution auction which is excluded from Monopoly Regulation and
Fair Trade Act, Act Number 5 of 1999, therefore KPPU should have no authority in
examining the auction."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T37029
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Ariani
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai wanprestasi oleh pemenang lelang dalam
pelaksanaan lelang pada balai lelang swasta (Studi Kasus IBID-PT Balai Lelang
Serasi Pekanbaru). Dalam pelaksanaan lelang, seharusnya pemenang lelang
menyelesaikan pembayaran lelang. Namun dalam prakteknya, ternyata dijumpai banyak kasus dimana pembeli lelang tidak melaksanakan kewajibannya tepat waktu termasuk dalam pelaksanaan lelang di balai lelang. Oleh karena itu, permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah tata cara pelaksanaan lelang serta kendala-kendala yang ditemui dan bentuk wanprestasi oleh pemenang lelang serta penyelesaiannya, khususnya di balai lelang IBID-PT Balai Lelang Serasi Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan adalah Yuridis Sosiologis. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi dokumen. Dalam hal pemenang lelang yang wanprestasi akan hangusnya uang jaminan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan Blacklist selama 6 (enam) bulan

ABSTRACT
This thesis discusses the tort by winning bidders of auctions conducted by
a private auction house (a case study of the IBID-PT Balai Lelang Serasi, an
auction house in Pekanbaru). In an auction, the winning bidders should fulfill all
of the payment in of the auction on time. However, in practice, there were many cases where the winning bidder did not fulfill their obligations on time (tort), including in auctions at auction houses. Therefore, the problems discussed in this thesis are the implementation procedure of auction and constraints encountered and kind of default by the auction winner and its completion, particularly at auction IBID-PT Balai Lelang Serasi Pekanbaru. The research methods used in this thesis is Juridical Sociology. The technique of collecting data used in this research are interviews and documents study. The theses found that in case the winning bidder is in default, the deposit money, in this case Rp. 5.000.000,- (five million rupiah), will be forfeited by the auction house and the winning bidder will be blacklisted for 6 (six) months"
2016
T45904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>