Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neni Indra Melani
"Pelecehan seksual diartikan sebagai perhatian atau tindakan seksual yang tidak diinginkan, yang dilakukan oleh orang lain dan menyebabkan ketidaknyamanan dan atau mengganggu pekerjaan. Akhir-akhir ini, pelecehan seksual telah menjadi salah satu fenomena yang sering terjadi di dunia kerja. Di dalam dunia kerja, pelaku kerja diharapkan untuk bersikap dan bertingkah laku profesional, tetapi pelecehan seksual, yang merupakan tindakan yang sangat tidak profesional, tetapi tetap saja terjadi. Akibat yang disebabkan oleh pelecehan seksual sangat merugikan bagi yang mengalaminya, baik secara psikologis maupun fisik, dan juga bagi perusahaan itu sendiri. Pelecehan seksual sendiri terdiri dari lima level bentuk pelecehan seksual, dimana setiap level memiliki karakteristik dan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Lima level tersebut adalah gender harassment (level 1), seduction (level 2), sexual bribery (level 3), sexual threat (level 4) dan sexual imposition (level 5).
Dalam kenyataannya, pelecehan seksual banyak dilakukan oleh pria terhadap wanita. Berdasarkan hasil survey, para pria yang melakukan tindakan pelecehan seksual, dimotivasi oleh alasan sepele, seperti menghangatkan suasana, bercanda dan sebagainya. Sementara itu, para wanita yang pada umumnya menjadi korban, merasa bahwa tindakan tersebut sangat melecehkan mereka. Kedua pendapat diatas, merupakan hal yang bertentangan dan menimbulkan dugaaan bahwa ada perbedaan pandangan terhadap tingkah Iaku yang dianggap pelecehan seksual antara pria dan wanita.
Salah satu kondisi yang mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual adalah faktor sosial budaya, yaitu adanya sistem patriakal yang berlaku dalam masyarakat. Sistem ini berkembang karena adanya pembedaan peran jenis kelamin antara pria dan wanita sejak Iahir. Adanya pembedaan peran jenis kelamin yang diterapkan sejak Iahir ini, menyebabkan terjadinya stereotipe peran jenis kelamin, yang menjadi pola berpikir dan tingkah laku yang dipegang oleh masyarakat dan diterapkan dalam semua bidang kehidupan, termasuk pekerjaan. Hal ini mendorong terjadinya sex role spillover atau terbawanya peran jenis kelamin seseorang ke tempat kerja, dimana hal tersebut kurang sesuai untuk diterapkan dalam pekerjaan. Hal ini mendukung terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja.
Adanya pembedaan peran jenis kelamin menyebabkan proses belajar dan perkembangan yang berbeda antara pria dan wanita. Stereotipe jenis kelamin mempengaruhi proses informasi dan tingkah laku serta bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Proses informasi dan tingkah laku individu didapat melalui proses persepsi, dimana dalam proses ini individu rnengorganisasikan, menginterpretsi dan memberi arti terhadap informasi yang diterima dari lingkungannya. Jadi adanya pembedaan jenis kelamin antara pria dan wanita mempengaruhi persepsi mereka tentang hal-hal yang menyangkut peran jenis kelamin, termasuk pelecehan seksual ini. Melalui persepsi, dapat terlihat gambaran mengenai tingkah laku pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja. Dalam hal ini, tingkah laku seperti apa saja yang dapat dikatakan pelecehan seksual. Jadi penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi antara pria dan wanita bekerja terhadap tingkah laku pelecehan seksual di tempat kerja.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang bekerja di perusahaan swasta, sudah bekerja pada perusahaan lersebut minimal setahun dan berpendidikan minimal D3. Subyek diambil melalui metode non-probability, dengan teknik incidental sampling, sebanyak 90 subyek pria dan 90 subyek wanita. Melihat tujuan dan subyek penelitian, maka penelitian ini berbentuk deskriptif. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang mengukur persepsi terhadap pelecehan seksual di tempat kerja. Alat ini diadaptasi dari SEQ (Sexual Experiences Questionnaire), alat yang dikembangkan oleh Fitzgerald dan Shullman berdasarkan lima level yang diajukan oleh Till. Alat ini terdiri dari 41 bentuk tingkah laku yang diperinci dari lima level tersebut, dan kemudian diberi skala model Likerl dari satu sampai dengan tujuh, yang berani dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju, untuk menilai tingkat persepsi subyek dalam mempersepsikan apakan tingkah laku tersebut dapat dikatakan pelecehan seksual di tempat kerja. Metode pengolahan data yang digunakan untuk menjawab pemasalahan dari penelitian ini adalah dengan t-test pada los .O5, untuk melihat signifikansi perbedaan antara pria dan wanita.
Dari penelitian ini, didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita bekerja dalam mempersepsi pelecehan seksual di tempat kerja. Secara terperinci didapat bahwa, ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita bekerja dalam mempersepsi level 1 (gender harassment) dan level 2 (seduction) clari pelecehan seksual di tempat kerja. Namun demikian, tidak dilemukan perbedaan yang signifikan antara pria dan wanila bekerja dalam mempersepsi level 3 (sexual bribery), level 4 (sexual threat) dan level 5 (sexual imposition) dari pelecehan seksual di tempat kerja. Selain itu, dari penelitian ini juga didapatkan bahwa urutan level dari pelecehan seksual mulai dari yang rendah sampai yang tinggi adalah level 1(gender harassment), level 2 (seduction), level 3 (sexual bribery), level 5 (sexual imposition) dan level 4 (sexual threat)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cremo, Annette M.
"This issue defines sexual harassment and offers a glossary of terms. It lists landmark sexual harassment court cases and their implications for trainers. The issue also explains how to conduct a workplace investigation and how to write a sexual harassment policy. Inside you'll find tips for designing and conducting sexual harassment training, including a sample curriculum."
Alexandria, VA: [American Society for Training and Development Press, American Society for Training and Development Press], 2001
e20435498
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati Agustyowati
"ABSTRAK
PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA: Studi Kualitatif atas Pandangan dan Reaksi Sekretaris Perempuan yang Bekerja pada Sejumlah Perusahaan di Jakai ta.
Oleh: Dewi Larasati Agustyowati
Tesis ini merupakan sebuah tinjauan deskriptif mengenai masalah pelecehan seksual di tempat kerja, khususnya yang terjadi pada sekretaris. Pengambilan tema dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa masalah pelecehan seksual selama ini belum dibuka secara sosial. Subjek penelitian adalah sekretaris perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Lokasi penelitian di Jakarta. Penelitian ini bertujuan memahami pandangan dan reaksi sekretaris perempuan terhadap pelecehan seksual di tempat kerja yang ditelaah dengan menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif feminis. Perspektif yang melihat dan berusaha menguraikan penyebab diskriminasi yang dialami kaum perempuan.
Permasalahan tersebut meliputi tiga hal. Pertama, bagaimanakah pandangan sekretaris tentang pelecehan seksual di tempat kerja? Kedua, bagaimanakah reaksi sekretaris terhadap pelecehan seksual di tempat kerja? Ketiga, mengapa pandangan dan reaksi tersebut berada pada posisi pemahaman tertentu?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan dan reaksi sekretaris perempuan itu masih dipengaruhi oleh budaya patriarki. Sebuah budaya yang mengedepankan/mengunggulkan nilai-nilai laki-laki. Suatu perbuatan dipandang sebagai bentuk pelecehan seksual oleh sekretaris jika sudah terlihat merendahkan, mengancam, dan menyentuh fisik perempuan secara paksa. Sekretaris tidak melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya di lingkup sosial karena menganggap permasalahannya sepele, pribadi, dan takut disalahkan sebagai pihak yang memulai timbulnya pelecehan seksual. Mereka mempunyai pandangan seperti itu karena selama ini informasi mengenai pelecehan seksual yang disosialisasikan oleh masyarakat patriarki selalu menyudutkan perempuan sebagai pihak yang memicu terjadinya pelecehan seksual.
ABSTRACT
SEXUALHARASSMENT AT WORK PLACE: Qualitative Studies on the Perception and Reaction of Women Secretaries Who Work at Some Enterprises in Jakarta.
By Dewi Larasati Agustyowati
This thesis covers a descriptive studies concerning the matters of sexual-harassment especially happen to women secretaries at work place. The theme is basically based on phenomena that sexual harassment cases are not exposed socially. The subject of the research is the secretaries who undergo the experience of sexual harassment at work place. The location of the research is conducted in Jakarta. The research is aimed to understand the perception and response of women secretaries toward the sexual harassment at work place viewed by using the qualitative approach in terms of women perspective. The perspectives are to find out and attempt to describe the causes of discrimination experienced by women secretaries at work place.
The focus of the problem covers three components. Firstly, what is their perception about the sexual harassment at work place ? Secondly, how do they react and response toward thew sexual harassment ? Lastly, why are the perception and the reaction at the position of a given understanding ?
The result of this research indicates that the perception and the reaction of women secretaries at work places is still influenced by the culture of patriarchy. The culture that gives special privileges and higher values for men. The perception said to be sexual harassment toward women secretaries when the actions involved humiliating, threatening, and even touching them physically by force. Mostly, the secretaries as the victims do not report the negative events they undergo socially, for they think it is a minor problem, and a privacy. Even they feel worried when blamed as the cause of creating the sexual harassment. They have perception due to the fact that the information of sexual harassment so far is not socialized by patriarchy communities, usually blame women as the cause of the sexual harassment problem.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Iyoni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwid Safitri
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pelecehan seksual yang terjadi
di empat industri berbeda yaitu industri garmen, sepatu, makanan, dan tekstil serta
untuk mengetahui bagaimana perbedaan dari pelecehan seksual di empat industri
berbeda tersebut. Pengukuran pelecehan seksual dalam penelitian ini
menggunakan definisi operasional oleh APINDO (2012) dengan mengembangkan
kuesioner Sexual Experiences Questionnaire (SEQ) form W dari Fitzgerald et al
(1995) yang terbagi kedalam 5 dimensi; pelecehan lisan, pelecehan isyarat,
pelecehan fisik, pelecehan visual, dan pelecehan psikologis. Setiap butir
pertanyaan dalam dimensi tersebut dibagi dua yaitu pelecehan yang dilakukan
oleh rekan kerja laki-laki dan pelecehan yang dilakukan oleh supervisor laki-laki.
Kemudian metode analisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan akan pelecehan seksual
pada dimensi pelecehan lisan, pelecehan isyarat, dan pelecehan fisik di keempat
industri yaitu di industri gamen, sepatu, makanan, dan tekstil. Dapat disimpulkan
bahwa pelecehan seksual yang ada pada keempat industri masih dalam taraf
rendah, akan tetapi melalui wawancara dan komentar responden didapatkan
tindakan pelecehan seksual di tempat kerja banyak terjadi, sehingga masih perlu
adanya upaya yang berarti agar tindak pelecehan seksual dapat diminimalisir dan
dihilangkan di tempat kerja.

ABSTRACT
This research was conducted to determine the level of harassment abuse that
occurred in four different industries are garment, footwear, food, and textiles
industry and to investigate how differences of sexual abuse in four distinct
industries. Measuring sexual harassment in this study uses an operational
definition by APINDO (2012) developed a questionnaire from Sexual Experiences
Questionnaire (SEQ) form W of Fitzgerald et al (1995) which is divided into five
dimensions; verbal harassment, non-verbal harassment, physical harassment,
visual harassment, and psychological harassment. Every item question in the
questionnaire is divided into two dimensions which are harassment by male
coworkers and harassment by male supervisors. Then the method of analysis
using descriptive analysis. The results of this study indicate that there are
significant differences in the dimensions of sexual harassment that are verbal
abuse, non-verbal harassment, and physical abuse in the four industries, namely in
the industry garment, footwear, food, and textiles. It is concluded that sexual
harassment in the four industry is still in a low level, but through interviews and
comments of respondents found sexual harassment in the workplace a lot going
on, so it still needs a significant effort that sexual harassment can be minimized
and eliminated in the workplace ."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T34760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Marcelia
"Peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja telah berimplikasi pada peningkatan dual-earner couple di Indonesia. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara lain, seperti Australia dan Amerika, menemukan bahwa dual-earner couple berisiko mengalami berbagai tekanan yang dapat membuat mereka mengalami marital burnout lebih tinggi dibandingkan dengan single-earner couple. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan marital burnout antara dual-earner couple dengan single-earner couple, dan perbandingan suami atau istri dari dual-earner couple dengan suami atau istri dari single-earner couple, serta perbandingan marital burnout antara suami dan istri dari dual-earner couple. Terdapat 382 responden yang terdiri atas 191 suami, dan 191 istri yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan single-earner couple, suami dari dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan suami dari single-earner couple; dan istri dari dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan istri dari single-earner couple. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik dari responden dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Increase in women rsquo s labor force participation has been implicated in the increase in dual earner couple in Indonesia. Several studies conducted in other countries, such as Australia and America, found that dual earner couple at risk of developing a variety of pressures that can make them experience higher marital burnout than single earner couple. This research is aimed to compare the marital burnout among dual earner couple with a single earner couple, and a comparison of the husband or wife of a dual earner couple with the husband or wife of a single earner couple, as well as marital burnout comparison between a husband and wife from dual earner couple. There were 382 respondents consisted of 191 husbands and 191 wives who participated in this study. The results of this study indicate that marital burnout in dual earner couple was not higher than single earner couple, marital burnout in husband in dual earner couple is not higher than husband in single earner couple and marital burnout in wife in dual earner couple was not higher than wife in single earner couple. This could be due to the characteristics of participants and other factors that may affect the results of this study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Catherine Heru Utomo
"ABSTRAK
Salah satu hambatan yang sering ditemui wanita di
tempat kerja adalah pelecehan seksual. Dalam menghadapi
pelecehan seksual reaksi yang dianggap paling menguntung-
kan bagi korban adalah reaksi asertif, karena reaksi ini
dapat meninimalkan emosi negatif yang timbul setelah
pelecahan seksual. Reaksi asertif meliputi ekspresi pera-
saan, pendapat dan keinginan korban secara jelas, langsung
dan jujur. Halaupun demikian wanita seringkali terhambat
untuk bertindak asertif, karena perilaku tersebut tidak
sesuai dengan peran jenis kelamin yang diharapkan ada pada
wanita. Selama ini wanita lebih diharapkan untuk bertindak
pasif, submisif dan nonasertif sesuai dengan stereotip
peran jenis kelanin yang telah diterima luas dalam masya-
rakat. Wanita yang secara kaku berpikir dan bertindak
sesuai stereotip peran jenis kelamin dapat dikatakan
sebagai wanita yang berpandangan peran jenis kelamin
tradisional; wanita ini sulit untuk bertindak di luar
stereotip yang ada. Sedangkan wanita yang berpandangan
peran jenis kelamin nontradisional lebih fleksibel dalam
berpikir dan bertindak di luar stereotip. Dalam penelitian ini akan dilihat apakah terdapat perbedaan reaksi antara
wanita yang berpandangan peran jenis kelamin tradisional
dan nontradisional dalam menghadapi pelecehan seksual di
tempat kerja. Jenis reaksi yang akan dilihat digolongkan
menjadi asertif, pasif agresif, agresif dan nonasertif.
Dalan penelitian ini terdapat 42 subyek yang menda-
patkan alat penelitian berupa skala yang nengukur pandan-
gan peran jenis kelamin dan kuesioner reaksi terhadap
pelecehan seksual. Selain itu juga dilakukan wawancara
sebagai probing atas jawaban-jawaban subyek pada kuesion-
er. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan reaksi antara wanita yang berpandangan peran
jenis kelamin tradisional dan nontradisional dalam mengha-
dapi pelacehan seksual di tempat kerja.
Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa
reaksi asertif adalah reaksi yang paling menguntungkan
karena tidak menimbulkan reaksi emosional negatif pada
diri korban, dan hubungan korban dengan pelaku tetap baik
setelah pelecehan. Namun hanya sebagian kecil subyek yang
melakukan reaksi ini, dan mereka masih sulit membedakan
reaksi asertif dari reaksi agresif dan nonasertif. Untuk
itu peneliti menyarankan untuk mengembangkan suatu pélati-
han asertif bagi para wanita, khususnya untuk menghadapi
pelecehan seksual. Untuk penelitian selanjutnya juga
disarankan untuk melihat lebih jauh perilaku agresif pada
wanita, untuk memperbaiki skala pengukuran, nemperbaiki
metoda wawancara serta meneliti self-blame pada korban
pelecehan."
1995
S2542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Improvia Ejie Danissa
"Pengalaman negatif remaja dapat membentuk konsep diri negatif salah satunya adalah pengalaman pelecehan seksual online. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengalaman pelecehan seksual online terhadap konsep diri remaja putri. Penelitian cross sectional ini melibatkan sejumlah 427 sampel remaja puteri yang diseleksi dengan quota sampling. Kuesioner menggunakan Cyber-Sexual Experiences Questionnaire versi Bahasa Indonesia untuk pengalaman pelecehan seksual online dan Adolescents’ Self-Concept Short Scale versi Bahasa Indonesia untuk menilai konsep diri. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja putri yang pernah mengalami pelecehan seksual online sebanyak 76,3% dan sebanyak 47,8% memiliki konsep diri yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengalaman pelecehan seksual online terhadap konsep diri remaja putri melalui hasil analisis uji Chi Square didapatkan p-value 0,001. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya rehabilitasi dan konseling kepada remaja yang mengalami dampak sosial akibat pengalaman seksual online.

Negative experiences, including cyber sexual harassment, can lead to a negative self-concept toward adolescents. This research aims to identify the correlation between cyber sexual harassment experiences and the self-concept of female adolescents. This quantitative research uses a correlational descriptive design and a cross-sectional approach involving 427 samples of female adolescents determined using quota sampling. This research uses the Cyber-Sexual Experiences Questionnaire Indonesian version to examine cyber sexual harassment experiences and the Adolescents’ Self-Concept Short Scale Indonesian version to assess self-concept. This research shows that the majority of female adolescents who have experienced online sexual harassment are 76.3% and as many as 47,8% of female adolescents have a low self-concept. The research results show that there is a correlation between cyber sexual harassment experiences and the self-concept of young women, as can be seen from the results of the Chi-Square test analysis, i.e., the p-value was 0.001. The results of this study recommend the need for rehabilitation and counseling for female adolescents who experience social impacts due to cyber sexual harassment experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu Hariatmini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiana Dwiyanti
"Skripsi ini membahas mengenai pelecehan seksual pada perempuan di tempat kerja dengan lokasi studi kasus di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta. Ditulis dengan menggunakan perspektif kriminologi feminis, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi-partisipatoris yang memungkinkan peneliti untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh subjek penelitian dan memahami langsung fenomena yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggambarkan bentuk-bentuk pelecehan yang terjadi di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, faktor-faktor penyebab pelecehan seksual di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, dan resistensi dari para korban pelecehan seksual di kantor tersebut.

This thesis described the sexual harassment in the workplace with the Office of Study Sites in Jakarta municipal police. Written using feminist criminology perspective, this study used a qualitative approach with participatory observation method which enables researchers to come to feel what is experienced by the subject of research and understanding the phenomena that occurs directly in it. This study describes the forms of abuse that occur in the Office of DKI Jakarta municipal police, the factors that cause sexual harassment in the Office of DKI Jakarta municipal police, and the resistance of the victims of sexual harassment in the office."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>