Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grenz, Stanley J.
Yogyakarta: Andi, 2001
149.97 GRE pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
O`Donnell, Kevin
Yogyakarta: Kanisius, 2006
149.97 ODO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Akhyar Yusuf
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014
149.97 LUB p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugiharto
Yogyakarta: Kanisius, 1996
149.97 BAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Akhyar Yusuf
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016
149.97 LUB p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lash, Scott
Yogyakarta: Kanisius, 2004
301 LAS st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Adji Samekto
Jakarta: Konstitusi Press, 2015
340.1 ADJ p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arinal Haq Akbar Saleh
"Kajian dari Jean Francois Lyotard mengenai postmodern menjelaskan bahwa fungsi narasi memiliki relasi yang kuat dengan legitimasi pengetahuan pada diskursus kontemporer. Meta- narasi yang telah mendominasi pengetahuan kita selama ini berangsur-angsur mulai tergantikan melalui pengetahuan yang bersifat lokal. Epistemologi dari kondisi politik dalam pendekatan postmodern tersebut dapat dilihat sebagai hasil perpaduan antara bentuk penerapan language game dan narrative pattern dalam merumuskan bagaimana beragamnya penilaian yang dapat dihasilkan dari pergeseran paradigma menuju postmodern. Perspektif publik dalam kondisi tersebut tidak lagi dilihat sebagai sebuah kesatuan melainkan adanya kebebasan terhadap variasi dalam menentukan sikap dan pilihan termasuk ke dalam ranah politik. Sehingga, kondisi tersebut memungkinkan untuk menciptakan citra politik melalui narasi seperti halnya dapat ditemukan kandidat politik yang berusaha untuk mendapatkan elektabilitas akan bersaing pula dalam membentuk kampanye politik dengan narasi yang membangun citra politik yang baik atau dengan kata lain membangun reputasi. Melalui tulisan ini, penulis berupaya menjelaskan bagaimana reputasi sebagai perpanjangan dari political image yang dibangun sebagai kerangka dari keadaan postmodern dan bekerja sebagai variabel yang memiliki relasi kuasa yang kuat dalam aspek politik terutama pada era demokrasi kontemporer.

Lyotard's analysis of the postmodern puts the function of narrative in a strong relationship with the legitimization of knowledge in contemporary discourse. Meta-narratives that have dominated our knowledge so far have gradually begun to be replaced through knowledge that is locality. The epistemology of political conditions in the postmodern approach can be seen as the result of a combination of the application of language games and narrative patterns in formulating how diverse assessments can result from a paradigm shift towards the postmodern. The public perspective in these conditions is no longer seen as a unity but rather the freedom of variation in determining attitudes and choices including in the political realm. Thus, these conditions make it possible to create a political image through narratives, just as political candidates who are trying to gain electability will also compete in shaping political campaigns with narratives that build a good political image or in other words, build a reputation. Through this paper, the author seeks to explain how reputation as an extension of political image is built as a framework of the postmodern state and works as a variable that has strong power relations in political aspects, especially in the era of contemporary democracy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Aditya Media, 1994
149.97 POS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Wijayanto
"Obyek kajian dari penelitian ini adalah status pengetahuan dalam masyarakat kapitalisme lanjut atau sebuah budaya yang disebut dengan budaya postmodern. Budaya postmodern menunjuk pada kondisi dan serentetan wujud kebudayaan yang meragukan ide-ide, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai yang modernisme.
Gejala postmodern menyebar dalam berbagai aspek kebudayaan, seperti seni, teater, arsitektur dan bahkan filsafat. Munculnya wacana postmodern dalam dunia filsafat dipelopori oleh Jean-Francois Lyotard. Melalui karyanya yang berjudul The Postmodern Condition: A Report On Knowledge, Lyotard mengangkat istilah postmodern dalam dunia filsafat dan menjelaskan dasar-dasar teoritis serta filosofis postmodernisme. Lyotard mendefinisikan postmodern sebagai ketidakpercayaan pada narasi besar modernisme.
Terdapat dua narasi besar yang cukup berpengaruh dan dipakai untuk melegitimasi ilmu pengetahuan. Dua metanarasi tersebut adalah emansipasi subyek (lebih bersifat politis) dan dialektika roh (lebih bersifat filosofis-spekulatif). Emansipasi subyek merupakan narasi yang mengatakan bahwa pengetahuan itu datang bagi subjekmanusia yang berupaya menemukan kebebasan. Sementara, dialektika roh merupakan narasi yang menganggap bahwa pengetahuan itu ada demi pengetahuan itu sendiri (ciri khas idealisme Jerman).
Era postmodern memperlihatkan bahwa dua narasi besar itu mulai kehilangan legitimasi akibat kemajuan ilmu pengetahuan (lewat teknologi) dan ekspansi kapitalisme lanjut. Sehingga narasi emansipasi subyek dan dialektika roh mulai kehilangan kredibilitasnya. Dalam era postmodern di mana problem pengetahuan dianggap semakin meningkat dan kompleks, semakin jauhlah kemungkinan adanya penjelasan tunggal tentang ilmu pengetahuan. Dewasa ini, status ilmu pengetahuan dalam masyarakat modern telah berubah. Dan ini merupakan problem serius terhadap legitimasi ilmu pengetahuan itu sendiri.
Menimbang dan mengingat berbagai kenyataan yang terdapat dalam masyarakat kapitalisme lanjut atau sebuah budaya yang disebut budaya postmodern, maka perlu diangkat dalam tesis ini sebuah pemikiran kritis yang meninjau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer, dalam hal ini pemikiran Jean Francois Lyotard. Pemikiran jean Francois Lyotard sangat penting dibahas karena mengungkapkan kondisi pengetahuan dewasa ini, atau yang disebut sebagai era postmodern.
Lyotard menganalisa bahwa dalam era postmodern ini ilmu pengetahuan telah mengalami pergeseran, dari cita-citanya yang ideal ke suatu bentuk pragmatisme. Lyotard menunjukkan bahwa telah terjadi delegitimasi ilmu pengetahuan ilmiah dan, implikasinya, ketidakpercayaan terhadap narasi besar modernisme. Narasi-narasi besar modern, menurut Lyotard, sudah mengalami keruntuhannya. Dan Lyotard menawarkan alternatif berupa paralogi, yakni pengakuan dan penghargaan terhadap pluralitas narasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>