Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141487 dokumen yang sesuai dengan query
cover
L. Mardiwarsito
Flores: Nusa Indah, 1983
899.221 MAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dunis Iper
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
398.2 DUN l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anton WP
Solo: Katta, 2012
398.2 ANT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nada Shofa Alkhajar
Solo: Katta, 2012
398.2 EKA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marsono
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2009
091 MAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kriswanto
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2012
899.222 AGU g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Kitab Sembahyang adalah salah satu naskah yang masuk dalam golongan kepustakaan Islam santri, isinya mengenai syariat Islam (hukum Islam), seperti ajaran tentang pelaksanaan salat, puasa, ma'ripat, ihsan, iman, dan Islam. Langka kerja filologi pada naskah ini dengan melakukan kritik teks yang di dalamnya terdapat perbandingan teks.
Mengacu pada Behrend (1995,2), perbandingan meliputi tiga buah aspek yakni aspek tembung, carita, dan tembang. Dalam teks ini hanya melakukan perbandingan carita saja. Pemilihan naskah berdasarkan pada tiga kriteria yakni, kemandirian dan keutuhan teks, teks berbahasa Jawa, dan beraksara pegon dan Jawa. Berdasarkan kriteria itu, menghasilkan tiga buah naskah, yakni naskah yang bernomor koleksi NR 298, NR 208, dan NR 130.
Dari tiga buah naskah terpilih dilakukan perbandingan carita. Dalam perbandingan carita tersebut ditentukan kelompok naskah yang seversi, yakni versi I, NR 298 dan NR 208 dan versi II NR 130. Dari dua versi yang berbeda itu, ditentukan sebuah naskah landasan, yakni sebuah naskah koleksi perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, bemomor koleksi NR 130 yang digunakan sebagai suntingan teks."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"Teks Bhasa Kakawin Hanan Nirartha (disebut KHN) merupakan sebuah sub-genre sastra kakawin yang berasal dari tradisi sastra Jawa Kuno di Bali. Teks bhasa KHN tersebut diperkirakan ditulis oleh rakawi yang bernama Mpu Nirartha yang relatif produktif berkarya pada zaman pemerintahan raja Dalem Waturengon di Gelgel (1460-1550). Dan ciri-ciri tekstual yang diperlihatkan, teks bhasa KHN ini dapat dikelompokan ke dalam jenis kakawin minor. Naskah-naskah teks Maya KHN yang dikenal hingga kini ada yang berupa naskah lontar dan naskah kertas.
Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini meliputi kritik teks (textual criticism) dan analisis sastra (literary analysis). Kajian dari segi kritik teks atas teks bhasa KHN sangat penting dilakukan, karena dimaksudkan untuk: (a) mendapatkan teks yang paling baik dan paling lengkap isinya dari semua naskah yang digunakan, yang dipilih sebagai teks dasar untuk suntingan teks, dan (b) melakukan kerja kritik teks dan menyajikan hasilnya berupa edisi teks bhasa KHN sebagai bahan bacaan yang baik untuk kepentingan analisis selanjutnya. Pada tahap berikutnya, kajian dari segi kritik sastra bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur puitik dan estetik yang membangun bentuk dan makna yang dikandungnya.
Telaah dan perbandingan atas empat (4) naskah lontar teks bhasa KHN yang digunakan berhasil mengungkapkan, bahwa naskah A (Kirtya No. IVb 284/4) ternyata memiliki bacaan yang paling baik dan lengkap dari segi isinya, serta kolofonnya cukup lengkap. Di samping itu tata penulisannya sangat khas, yang berupa teks interlinier ("semut sedulur'), karena disertai dengan grantang basa(teks terjemahan) dalam bahasa Bali. Oleh karena itu, teks bhasa KHN yang terdapat dalam naskah A sangat menarik dipilih sebagai teks landasan untuk suntingan teks dan hasilnya diterbitkan dalam penelitian ini. Berdasarkan edisi inilah kemudian dilakukan kajian sastra, terutama dari segi unsur-unsur puitik dan estetik yang membentuk struktur karya tersebut sebagai satu kesatuan makna.
Analisis struktur (formal) teks bhasa KHN dilakukan dan aspek sintaksis (mencakup: unsur bunyi/sabdalankara, diksi dan pengimajian, "spasial"/prosodi dan metrum), aspek semantik (mencakup: tema, ruang dan waktu), dan aspek semantik (mencakup: unsur pengujaran, gaya bahasa, dan interpretasi simbolik). Dari analisis tersebut dapat diratik suatu pemahaman dan pemaknaan, bahwa teks bhasa KHN pada dasarnya "menyimpang" dari tradisi kakawin yang dikenal secara umum. Teks bhasa KHN yang terdiri atas: (1) bhasa Nirartha Sanu Sekar, (2) Bhasa Hanan Nirartha, (3) lamban Puspasancaya, (4) bhasa Hanja Hanja Turida, dan (5) bhasa Hanja Hanja Sunsan telah membentuk karya tersebut sebagai sebuah sastra kakawin-lirik ("puisi lirik" Jawa Kuno), yang relatif berbeda dengan kanon sastra kakawin yang umumnya berupa kakawin-naratif karena berporos pada cerita epik (kepahlawanan) dari kavya Sanskerta.
Teks Bhasa KHN pada dasarnya merupakan ungkapan pengembaraan estetis religius dari sang rakawi yang tersublimasi melalui pengujaran "Si Aku Lirik" (Subyek Lirik) yang sedang menahan derita rindu-asmara akibat berpisah dengan Sang Kekasih (vipralambha-srengara). Bentuk-bentuk permainan bunyi (sabdalankara) dan permainan makna (arthalankara) berfungsi melahirkan ungkapan-ungkapan yang bersifat sangat liris-erotis sehingga mendukung tema utama tersebut. Akan tetapi, ungkapan erotisme dalam teks bhasa ini, baik berupa vipralambha-Srengara (`derita cinta-asmara dalam perpisahan') maupun sambhoga-Srengara (`nikmat cinta-asmara dalam penyatuan') pada prinsipnya tidak bersifat genital, melainkan suatu "cinta-asmara" simbolik. Ungkapan liris-erotisme tersebut pada hakikatnya dimaksudkan sebagai suatu cara pemujaan terhadap Dewa Kama sebagai Dewa Keindahan.
Dengan demikian, ajaran filsafat keagamaan yang melandasi dibalik ungkapan erotisme itu (in absentia) adalah pandangan Siwais-Tantris (S'iwa Siddhanta dan Tantra) yang menjadikan penciptaan kakawin sebagai media untuk mencapai penyatuan (silunlun) dengan istadewata. Melalui penikmatan keindahan cinta-asmara dan penikmatan keindahan alam (pasir-wukir) "Si Aku Lirik" melebur di dalamnya, sehingga kakawin itu berfungsi sebagai yantra (yoga estetis), yakni pemujaan kepada Kama (yang menurut Siwa Purana) adalah salah satu "nama" lain dari Dewa Siwa itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Yuwono
"ABSTRAK
Skripsi ini mencoba menelaah puisi-puisi Jawa modern yang dihasilkan oleh penyair perintis Jawa modern tahun 1950-1955. Pembahasan ditekankan pada puisi-puisi yang mengungkapkan sikap pasrah dan tabah. Kajian terhadap puisi-puisi ini diutamakan untuk memperoleh gambaran tentang makna yang terkandung dalam puisi-puisi Jawa modern tahun 1950 sampai dengan 1955. Dari hasil kajian diperoleh gambaran sikap pasrah dan tabah dalam masyarakat Jawa. Pasrah dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dan sikap pasrah yang dikaitkan dengan perjuangan bangsa. Sikap pasrah dalam menghadapi kehidupan sehari-hari lebih mencerminkan kepasrahan masyarakat golongan bawah 'petani'. Sikap pasrah dan tabah khususnya di kaitkan dengan kondisi alam dan hubungannya dengan golongan masyarakat kelas atas orang kaya, penguasa dan bangsawan. Sedangkan sikap pasrah yang berkaitan dengan kondisi alam disebabkan kondisi lingkungan hidup yang kurang mendukung untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Kondisi alam yang gersang dan kering memunculkan keputusasaan, kepasrahan dan ketidak berdayaan. Sikap pasrah yang disebabkan oleh dominasi budaya bangsawan menimbulkan sikap rendah diri dikala_ngan masyarakat golongan bawah 'petani'. Secara garis besar, dapat dilihat bahwa kepasrahan yang digambarkan dalam puisi-puisi Jawa modern tahun 1959-1955 diwujudkan dalam sikap rela 'rila', menerima 'narima, dan sabar. Perwujudan sikap pasrah tersebut lebih banyak menampilkan tokoh masyarakat kecil yakni petani dan orang-orang desa yang umumnya digambarkan sebagai manusia yang jujur, tidak banyak menuntut dan bekerja tanpa pamrih.

"
1996
S11641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>