Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasan, Muhammad `Abd Ghani
910.4 H 39 v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Panikkar, K.M.
London: George Allen and Unwin, 1954
950 PAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Panikkar, K.M.
London: George Allen and Unwin , 1954
950.3 PAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah lontar Bali ini berisi teks purwaning gama wariga, yaitu tentang tabuh wariga, usana Bali, bhuwana mabah, sundari bungkah, sundari terus, jenis-jenis kanda empat, yaitu: kanda empat dewa, kanda empat buta, dan kanda empat atma. Teks dilanjutkan dengan keterangan tentang sundari gading beserta mantranya (menguraikan asal mula adanya bumi dengan segala isinya), keterangan tentang panca dewata, pancawara (umanis, pahing, pon, wage, keliwon), uraian tentang bhuwana alit (mikrokosmos), dewasa ayu (waktu baik) untuk melakukan suatu upacara, sebutan tentang dewasa lanang wadon, tresna, duka, urip dari ketigapuluh wuku, aksara suci dari sasih (kasa sampai sada) dan siklus hari dari ekawara sampai dengan dasawara. Teks juga mengungkapkan tutur candra manggala seperti: Sanghyang Mandala, Sanghyang Surya, Sanghyang Wulan, dan Sanghyang Surya. Teks berakhir dengan rincian sarana pecaruan. Tampaknya naskah ini tidak lengkap. Pada penomoran halaman terjadi sedikit kekeliruan, karena nomor lempir 8 tidak ada namun kalimat ataupun ceritanya merupakan lanjutan yang sebenarnya. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.121-LT 192
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Juwita Nelwan
"Latar Belakang Indonesia memiliki insidern kasus TB tertinggi di dunia setelah India dan Cina serta prevalensi kasus DM yang semakin meningkat. Infeksi aktif TB sangat ditentukan oleh status imun. Pada kondisi imunokompromis seperti adanya diabetes melitus akan didapatkan risiko TB yang lebih tinggi. Penelitian ini ingin mendapatkan perbedaan respons IFN-y pada pasien TB dengan DM (TB-DM) dibandingkan dengan pasien TB tidak DM (TB) dan responden sehat.
Metodologi Secara potong lintang, pada pasien TB paru kasus baru BTA positif, dilakukan penapisan adanya diabetes melitus dan didapatkan 23 orang pasien TB-DM, dari pasien TB-DM ini, didapatkan kontrol 34 orang pasien TB dan 37 orang responden sehat yang secara umur dan jenis kelamin. Pada seluruh pasien dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratoriurn. Untuk mendapatkan respons IFN-y pasien TB-DM, TB, dan responden sehat dilakukan pengambilan darah pagi hari yang kemudian distimulasi secara in vitro dengan M.tuberculosis (MTB) yang mati, lipopolisakarida (LPS) dan phytohaemagglutinin (PHA). Setelah diinkubasi pada 37°C selama 22-24 jam, lalu dilakukan disentrifugasi dan kadar IFN-y diukur dari supernatan yang didapat dengan metode ELISA.
Hasil Karakteristik klinis pasien TB-DM dan TB secara proporsi tidak berbeda bermakna. Didapatkan derajat infeksi TB pada pasien dengan DM lebih ringan dibandingkan pasien TB tidak DM. Respons IFN-y setelah stimulasi MTB didapatkan rendah pada pasien TB dibandingkan TB-DM dan responden sehat (secara statistik tidak bermakna), pada stimulasi PHA, sebagai kontrol positif didapatkan respons lebih rendah pada pasien TB-DM dibandingkan pasien TB dan responden sehat (berbeda bermakna antara ketiga kelompok yang diuji, p<4,41).
Kesimpulan. Pasien TB-DM memiliki respons IFN-y lebih tinggi dibandingkan pasien TB, hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat beratnya infeksi TB pasien DM dan tidak DM.

Background Indonesia has the highest incidence of tuberculosis (TB) cases after India and China, also the fifth highest prevalence of diabetic cases in the world. Active tuberculosis infection is determined by host immune response, and in immunocompromized condition such as diabetic, the risk of having active TB is high. Our study objective looked on the response of IFN-y between diabetic lung TB patients compare to non diabetic lung TB and healthy controls.
Methodology Among new cases of lung TB patients with positive AFB, we performed screening of diabetes mellitus and included 23 TB-diabetic patients, thirty four lung TB patients and 37 healthy controls matched for age and sex. We perform clinical and laboratories examinations. To identify IFN-y response of diabetic lung TB patients, TB and healthy controls, we drain morning blood and stimulated in vitro with sonicated M. tuberculosis (MTB), lipopolysaccharide (LPS) and phytohaemagglutinin (PHA). After incubation at 37°C for 22-24 hours, we centrifuged and IFN-y response was evaluated from the supernatant with ELISA.
Results Clinical characteristic of TB-diabetic patients and TB patients was similar Severity of TB infections among diabetics were less severe compared to non diabetic. Lung TB patients have the lowest IFN-y response after MTB stimulation compared to diabetic lung TB and healthy controls (not statistically significant). And after PHA stimulation, diabetic lung TB patients have the lowest response compared to other groups (significant between all groups, p < 0.01).
Conclusions Diabetic lung TB patients have higher IFN-y response than non diabetic TB patients, this might due to difference of disease severity among TB infection of diabetics and non diabetic. This difference was statistically not significant and co-morbidity of diabetes mellitus among moderately ill TB patients showed similar response as advance ill TB patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Pusat Tenaga Atom Nasional, 1976
010 BAD k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Model hidrograf sintetik gama II merupakan pengembangan model hidrograf-satuan sintetik gama I yang dimaksudkan untuk mengembangkan model sesaat menjadi model penerus. HS Gama II rumusan I baru dikembangkan untuk simulasi aliran kumulasis, sedangkan untuk sifat aliran dan kepentingan lain sedang dalam penelitian. Unsur aliran yang menjembatani HS Gama I dan Gama II yang masih menyulitkan adalah unsur aliran-antara. Unsur ini diperlukan untuk dapat memisahkan secara lebih tegas aliran permukaan dari hidrograf-satuan keseluruhannya. Upaya identifikasi unsur ini dilakukan dengan manipulasi saat berlakunya unsur aliran dasar serta dilihat penyimpangannya terhadap aliran kumulatif terukur. Pengenalan unsur aliran ini akan dapat memberikan simulasi yang lebih baik pada model HS Gama II yang diharapkan sampai pada batas tertentu dapat membantu mengatasi masalah ketiadaan aliran sungai."
MTUGM 2:13 (1991)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Imam Surya
"ABSTRAK
Sweet sorghum is a kind of sorghum that contains high content of sugar in its stem. Sweet sorghum has a big potential to be developed in Indonesia owing to its wide adaptation and the fact that it can be used as raw material for liquid sugar, syrup, ethanol, and also as animal feed. Sweet sorghum has not been developed in Indonesia because of lack of a sweet sorghum variety. Improvement of available sweet sorghum genotype can be done among others through plant breeding program. First step on the plant breeding program is to increase the plant genetic variability. This might be done by introduction of varieties or by breeding to create new varieties. Induced mutation using Gamma irradiation can be used to increase the genetic variability of sweet sorghum. Mutation breeding using Gamma irradiation in sweet sorghum was aimed at improving the yield and quality of sweet sorghum. This research was conducted to study the effect of Gamma irradiation on sweet sorghum growth in the M1 generation, and to estimate the optimal dose range suitably for the breeding program. Beside, the objective of this research was to evaluate the genetic variability for the purpose of plant selection in the M2 generation. Plant materials consisted of 2 sweet sorghum lines introduced from ICRISAT namely line No. 79 and No. 83. Non-saccharin sorghum of local variety Higari was used as a control. The doses of Gamma irradiation treatment were 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, and 1000 Gy. The M1 plants were sown in greenhouse at PATIR-BATAN Jakarta, and then were transplanted in the experimental field at Balitbiogen, Bogor. The M2 plants were grown in the experimental field at Lubang Buaya, Jakarta. Important agronomic traits such as plant height, spike length, stem diameter, and grain weight/spike were observed. The results indicated that sorghum lines gave different response to Gamma irradiation, and all measured variables were significantly affected. Irradiation gave morphology and physiology damages on sorghum like abnormality, sterility, and lethality in the M1 generation. The increase of irradiation doses increased physiological damage. Effective doses of Gamma irradiation for sweet sorghum was to be around 400?500 Gy, and the lethal doses 50% of sweet sorghum was around 800?1000 Gy. Putative mutation sometimes could be observed in the M2 generation. The treatment of Gamma increased genetic variability of plant height, spike length, stem diameter, and grain weight/spike. The highest genetic variability was found in the dose treatment of 200?300 Gy. Within this interval dose, there might be high probability to find desirable mutants for further breeding purpose. A number of 38 plants had been selected from the M2 population as putative mutants.

"
2007
T20182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Odilia Rovara
"Semua jenis makhluk hidup dapat terkena penyinaran radiasi pengion baik dari alam maupun buatan, yang mengakibatkan kerusakan pada tubuhnya bahkan mematikannya. Oleh kerena itu penting diadakannya penelitian mengenai zat yang bersifat proteksi terhadap radiasi. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Sugiarto dkk., untuk mengetahui mekanisme kamatian tikus putih yang diradiasi sinar gamma dosis 0--12 Gy dengan laju dosis 0,237075 x 10^3 Gy/jam (=transmisi 30%). Dalam penelitian ini diberikan ampicilin dosis 4 mg pasca radiasi untuk mengurangi pengaruh radiasi. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah eritrosis, leukisit, granulosit dan agranulosit pada hari ke 3, 11, 19, dan 27 pasca iradiasi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada dosis 4 Gy terjadi sindrom homopoetik dengan tanda-tanda leukopenia, granulositopenia, dan agranulositopenia. Kerusakan ini tidak bersifat permanen, di mana setelah terjadi reduksi sel maksimum sampai kurang lebih 73,47 % untuk leukosit, kurang lebih 58,29 % untuk granulosit, kurang lebih 27,88 % untuk agranulosit pada hari ke 3, jumlah sel akan meningkat kembali sehingga mencapai kurang lebih 8,98 % untuk leukosit, kurang lebih 69,18 % untuk granulosit, kurang lebih 76,03 % untuk agranulosit pada hari ke 19. Dosis 8 Gy mengakibatkan kerusakan homopoetik yang lebih parah, dimana penurunan leukosit, granulosit dan agranulosit lebih tajam sedang peningkatan kembali setelah terjadi reduksi maksimum pada hari ke 3, lebih lambat. Pada dosis ini terjadi pula kerusakan kulit dan gejala kerusakan gastrointestianal berupa feses yang cair dan invasi bakteri gastrointestinal dalam darah. Dosis 12 Gy mengakibatkan kerusakan mengakibatkan gastrointestinal yang l;ebih parah dari dosis 8 Gy, dengan tanda-tanda diare, kerusakan vili usus, bakteremia dan leukopenia berat yang tidak dapat diamatai pada hari-hari selanjutnya karena kematian telah terjadi pada hari ke 3 sampai 4. Selain itu dosis ini mengakibatkan kerusakan pada kulit. Antibiotik ampicilin dapat menunda kematian hewan percobaan dengan cara mengurangi invasi bakteri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Iman Satrio
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S31343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>