Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagoes P. Wiryomartono
Jakarta: Gramedia Purtaka Utama, 2001
700 BAG p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Coomaraswamy, Ananda K.
New York: Dover Publications, 1934
709.54 COO t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nyoman Kutha Ratna
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007,
801.93 Rat e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Febriyanti
"Sebagai sebuah nilai estetika, kawaii memiliki banyak manifestasi. Salah satu manifestasi nilai estetika kawaii tersebut adalah dalam aspek fashion. Dalam kawaii fashion, genre yang paling dikenal luas adalah Lolita-kei. Lolita-kei adalah genre kawaii fashion yang terinspirasi dari gaun bangsawan di Eropa pada era Victorian dan Rococo. Nilai-nilai estetika Eropa pada era Victorian dan Rococo ini diadaptasi ke dalam Lolita-kei lewat nilai-nilai kawaii. Pada akhir skripsi akan terlihat perpaduan nilai estetika Victorian, Rococo dan kawaii menyebabkan lahirnya subgenre dalam Lolita-kei yang masing-masing memiliki porsi nilai estetika Eropa dan kawaii yang berbeda-beda. Nilai-nilai estetika ini tampak dalam warna dan potongan pakaian, aksesoris, tata rias dan tata rambut.

As an aesthetic value, kawaii has a lot of manifestations. One of those manifestations is in the fashion aspect. Among other genres in the kawaii fashion, Lolita-kei is the most well known. Lolita-kei is a genre of kawaii fashion that is heavily influenced by Europe's aristocrats clothing during Victorian and Rococo times. The classic Victorian and Rococo aesthetics are adapted into Lolita-kei through the kawaii aesthetics. In the end of the research, it is apparent that the mix between the Victorian, Rococo, and kawaii aesthetics caused the birth of subgenres in Lolita-kei, in which each of the subgenres have different proportions of European and kawaii aesthetics. The mix of these aesthetics will be apparent in the color and cut of the clothings, accessories, make-up and hairdressing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Broos, Huibrecht Jacobus Melle
Leiden: E.J. Brill, 1948
184 BRO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, 1954-
Yogyakarta: Kanisus, 1994
111.85 SUT e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, 1954-
Yogyakarta: Kanisus, 1993
111.85 MUD e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shilta Finella
"Skripsi ini membahas konsep “ide” dan “ideal” yang digagas oleh Plato dan menerapkannya ke dalam arsitektur. Alur pembahasannya dimulai dari penelaahan konsep ideal yang sebenarnya eksis dalam pemahaman masyarakat awam dan bagaimana konsep ini awalnya diperkenalkan oleh Plato. Berikutnya, penerapan konsep ini dalam arsitektur akan mengacu pada zaman Vitruvius yang memulai diskusi tentang bidang ilmu arsitektur. Pengerucutan pembahasan adalah dalam ide yang digagas Vitruvius mengenai arsitektur yang indah. Arsitektur yang indah adalah yang menerapkan prinsip-prinsip proporsi dan simetri dalam rancangannya. Kemudian, untuk melihat dengan jelas hadirnya prinsip keindahan ini, pembahasan akan mengerucut lagi ke media representasi ide arsitektur yaitu foto. Foto memiliki dualitas dalam posisinya terhadap teori Plato. Foto bisa dinilai ideal, tapi pada saat yang sama mustahil ideal. Terlepas dari manfaat-manfaat yang dirasakan lewat penelaahan teori ide Plato dan fotografi, penalaran dan logika Plato memiliki kekurangan. Fotografi ternyata terikat konteks yang membuatnya menjadi media representasi yang penerapan ide dan idealnya berbeda dengan gagasan Plato. Akhirnya, setelah menganalisanya berdasarkan teori ide Plato, kita sampai pada satu kesimpulan. Logika Plato berlaku selama cakupannya adalah manusia dan pikirannya.

The focus of this study is discussion about the concept of “idea” and “ideal” initiated by Plato and then apply it into the architecture. The flow of the discussion starts from a review of the concept of the ideal that truly exists in the understanding of ordinary people and how this concept was originally introduced by Plato. Next, the application of this concept in architecture will be based on Vitruvius who started the discussion about the architecture. The convergence discussion is the idea initiated by Vitruvius about what makes architecture beautiful. Architecture that is beauty applying the principles of proportion and symmetry in its design. Then, to see clearly the presence of this beauty principles, the discussion will be pursed again to the representation of the architectural ideas through photo. Photos have a duality in the theory of Plato's position. Photos can be considered ideal, but at the same time impossible ideal. Regardless of the benefits through the study of Plato's theory of idea and photography, Plato’s logic has its drawbacks. Photography turned out to be bound to the context that makes its application about idea and ideal different from Plato. Finally, after analyzing it based on Plato's theory of idea, we arrive at a conclusion. Plato’s Logic scope is valid only for human and his mind.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Jati Ningrum
"Elemen estetis seringkali hanya dianggap sebagai pajangan atau hiasan ruang semata, tanpa menyadari polensi lain dan penerapan elemen estetis ini pada penataan ruang luar maupun ruang dalam. Sejauh manakah peran elemen estetis dalam meningkatkan kualitas visual dan fungsional dari sebuah ruang? Bagaimanakah prinsip-prinsip elemen estetis yang harus diterapkan agar elemen estetis tersebut dapat berfungsi secara efektif dan optimal? Bagaimana hubungan elemen estetis dengan penataan ruang luar dan penataan ruang dalam pada sebuah karya arsitektur? Peletakan elemen estetis yang seperti apakah yang dianggap tepat dan dapat mempeikaya kualitas ruang?
Penerapan elemen estetis memiliki tujuan yang positif, yaitu untuk menghasilkan segala hal yang balk, indah dan menyenangkan untuk ditanggapi dan dirasakan oleh indera manusia. Unsur keindahan yang hadir dalam warna, cahaya, pola & tekstur mempengaruhi persepsi dan emosi terhadap bobot visual, proporsi serta dimensi ruang Selain kebutuhan akan ruang, manusia juga membutuhkan seni sebagai eksprsi dalam kehidupannya. Seni dapat menjadi stimulus aktif dan pasif bagi manusia. Sebagai stimulus aktif, elemen estetis menjadi acuan skala dan acuan arah serta focal point yang bersifat eye-catching. Sedangkan sebagai stimulus pasif, elemen estetis berfungsi sebagai dekorasi ruang yang menjadi simbol dari suaiu kegiatan yang berlangsung di dalam ruang tersebut, menjadi pemacu semangat beraktivitas, membenkan karakter/identitas serta prestige kepada sebuah ruang.
Ruang hams memiliki unsur estelis atau keindahan. Pendekatan secara estetis ini penting karena dalam proses pemahaman terhadap ruang, kontak pertama manusia dengan ruang sekitamya adalah melalui pengalaman visual. Elemen estetis ini juga berkaitan erat dengan kualitas kenyamanan dalam beraktivitas. Nleskipun penilaiannya bersifat subyektif, tetapi perancangan elemen estetis harus memenuhi kaidah perancangan dan peletakan. Prinsip perancangannya harus rnemiliki tema yang jelas dan tidak monoton. Sedangkan peletakannya harus selaras dengan skala, proporsi dan komposisi ruang, serta harus dapat dilihat & dinikmati dari semua angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>