Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2870 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edmonton: Hurtig Publihers, 1976
818.540 7 WIT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
MacEwan, Grant
Saskatoon : Western Producer Prairie Books , 1977
070.9 MAC e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gibson, Bob
New Jersey : Prentice-Hall, 1968
796.357 GIB f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Aery Lovian
"Tesis ini membahas tentang Kearifan Ekologis masyarakat Petalangan dalam Ritual Menumbai. Fokus penelitian ini untuk mencari ketertikatan antara ritual Menumbai dengan Ekologi, guna mengetahui kearifan masyarakat Petalangan dalam memperlakukan lingkungan ekologi. Perubahan yang terjadi terhadap ruang hidup masyarakat Petalangan sekarang sudah berubah, dari sebelumnya dikelilingi hutan yang menjadi sumber budaya dan ekonomi mereka, menjadi wilayah hutan industri dan kelapa sawit. Perubahan tersebut tentu saja mengancam ekspresi-ekspresi budaya mereka, termasuk Menumbai. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yaitu bersifat observasi, wawancara, dan perekaman audio-visual. Data tersebut diklasifikasikan untuk dianalisis dan ditafsirkan berdasarkan konsep-konsep, pendekatan, dan teori-teori dalam kajian tradisi lisan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual Menumbai memiliki proses penciptaan, formula dan variasi dan konteks; semuanya itu tertanam jauh di dalam pandangan dunia mereka tentang alam sebagai makhluk yang sama seperti manusia.

This thesis is an analytical discuss on the ecological wisdom of Petalangan community in the Menumbai, that is a specific ritual to take bees honey that built their nests in the branches of a Sialang tree. This study is focus to search on relations between Menumbai ritual and ecology, with the goals to understand the ecological wisdom in the activities of Petalangan community. In facts, the living space of Petalangan has change now, from the area that covered by forests with the rich of economic and cultural resources to the areas of monoculture industrial forest and palm oil trees. Its change of course endangered their traditional cultural expressions, included Menumbai. In case of Menumbai, it sustainability threatened by quantity degradation of Sialang trees. The data collected by observations, interviews, and audio-visual recording. It data classified, for the analyses and interpreted base on concepts, methods and theories in the study of oral traditions. These research, analyses and interpretations resulted a general conclusion that Menumbai ritual have: a specific creating process, formulas, variations, and contexts; all of those rooted in the deep of their world view about nature as a Creature as well as humanity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, John B.
"Tulisan ini berdiskusi tentang hubungan-hubungan tiga konsep penting yakni kepemimpinan, wisdom dan kebahagiaan bahwa ketiga konsep ini mempunyai hubungan yang komplementer, saling mengisi"
Jakarta: The Ary Suta Center, 2023
330 ASCSM 62 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cheng, Qinhua, compiler
Beijing: Foreign Languages Press, 2007
SIN 398.209 51 CHE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rezfandhanny Fritan`S Bermawi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemaknaan dan kebijaksanaan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 96 (MUsia = 22.32, SDUsia = 2.658) dan diperoleh dengan metode sampling nonprobability-convenience sampling. Partisipan menyeleasikan kuesioner berisi alat ukur wisdom (3DWS; Ardelt, 2003) dan alat ukur construal level (LPAQ; Vallacher & Wegner, 1989). Hasil analisis yang didapatkan membuktikan bahwa kebijaksanaan tidak memiliki korelasi signifikan dengan construal level. Keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut pada bagian diskusi laporan ini.

ABSTRACT
The aim of this research is to examine relationship between construal level and wisdom. The participant of this research were acquired by using nonprobability sampling method ? convenience sampling (N= 96, MAge = 22.32, SDAge = 2.658). Participant complete the wisdom questionnaire (3DWS; Ardelt, 2003) and construal level questionnaire (LPAQ; Vallacher & Wegner, 1989). Main finding of this research shows that there is no significant correlation between construal level and wisdom. Limitation and future research will be dicussed more in this report."
2016
S63074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Arindha Sari
"Jumlah penyalahguna narkoba dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini perlu menjadi perhatian kita karena efek yang ditimbulkan oleh narkoba selain berbahaya bagi pemakainya, juga memberikan efek negatif bagi lingkungan. Seringkali penyalahguna narkoba terlibat dalam tindak kriminal untuk memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Banyak usaha djlakukan oleh keluarga penyalahguna narkoba untuk menghentikan ketergantungan mereka terhadap narkoba. Namun, sulit untuk berhenti dari ketergantungan terhadap narkoba, apalagi jenis heroin yang tinggi tingkat adiksinya. Angka kekambuhan (relapse) setelah seorang
penyalahguna menjalani rehabilitasi cukup tinggi.
Untuk memahami apa yang mendorong seorang individu menampilkan suatu perilaku, bisa dilihat dari kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kebutuhan merupakan suatu pendorong bagi diti individu untuk melakukan sesuatu. Jika diketahui kebutuhan apa yang mendominasi perilaku individu penyalahguna narkoba, dalam proses konseling, konselor bisa membantu pengguna untuk lebih mengenali dirinya sendiri, menyadari kebutuhannya dan membantu mencari alternatif penyaluran Icebutuhan yang lebih tepat. Untuk membantu mengenali
kebutuhan kebutuhan apa yang ada dalam diri, diperlukan sebuah alat tes. Salah satu alat tes yang bisa digunakan adalah EPPS (Edwards Personal Preference Schedule). Konstruk alat tes ini dikembangkan dari teori kepribadian Henry Murray (1983). Alat tes ini mengukur 15 needs (need for achievement,preference, order; exhibition; autonomy; intraceptfon; succorance; dominance; abasement; afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression). Dengan bantuan alat tes ini, peneliti akan melihat kebutuhan apa yang dominan
dan menjadi karakteristik kepribadian dari individu penyalahguna narkoba Diharapkan bisa diperoleh suatu karakteristik yang membedakan antara individu penyalahguna dan bukan penyalahguna obat terlarang. Penelitian menggunakan sumber data sekunder dan pasien yang menjalani perawatan di RSKO (khususnya mereka yang mengalami ketergantungan heroin), sementara untuk kelompok bukan pengguna, peneliti mengadministrasikan tes EPPS pada subyek yang tidak menyalahgunakan narkoba.
Dari hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan profil EPPS yang signifikan antara penyalahguna dan bukan penyalahguna narkoba, kecuali pada needs for dominance dan need for heterosexuality terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok tersebut. Sementara dari perbandingan nilai mean kedua kelompok, ada kebutuhan yang eenderung iebih tinggi pada kelompok penyalahguna, yaitu : need for deference, exhibifion, auronom, afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression. Sedangkan nilai mean yang cenderung lebih rendah adalah: need for deference, order, inrracepton, succorance, dominance, abasement, dan nurrurance.
Selain itu, diperoleh juga gambaran perilaku penyalahgunaan narkoba dari kelompok penyalahguna. Mereka kebanyakan memulai dari usia remaja awal dan teman adalah orang yang memperkenalkan mereka pada penyalahgunaan narkoba. Setelah ketergantungan pada heroin, sebagian besar subyek melakukan tindak kriminal untuk membiayai pemakain narkobanya. Cara pemakaian heroin yang mereka lakukan adalah dengan menggunakan janun suntik. Hampir seluruh subyek menggunakan secara bergantian, perilaku ini beresiko menularkan virus
HIV/AIDS. Usaha untuk menghentikan ketergantungan terhadap heroin sudah
pernah dilakukan, namun seringkali mereka mengalami relapse.
Selanjutnya penelitian ini djharapkan bisa menjadi masukkan bagi pengembangan penelitian dibidang dan membantu konselor atau praktisi lainnya untuk lebih peka terhadap kebutuhan yang dimiliki oleh individu penyalahguna narkoba."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan - yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuan-satuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi!" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of "the overdosed Reformasi" (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>