Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2438 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dermout, Maria
Amherst: Universtiy of Massachusetts Press, 1983
839.313 64 DER t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ford, Michael Curtis
London: Orion, 2001
808.83 FOR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Collier, Richard, 1924-1996
New York: Lvons Press, 1958
833.09 C 312 f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Collier, Richard, 1924-1996
London: Collins, 1958
940.534 4 COL t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Kania Anindita
"Penelitian ini membahas seksisme yang terdapat dalam novel Tiga Orang Perempuan (1983), Burung Merak (1985), Pilihan Terakhir (1986), dan Kau dan Aku Adalah Satu (1987) karya Maria A. Sardjono. Di dalam novel-novelnya, Maria A. Sardjono menggunakan seksisme sebagai alat untuk membangun alur dan perwatakan tokoh di dalam cerita. Hal tersebut tidak dilakukan oleh penulis perempuan tahun 1980-an lainnya. Penggunaan seksisme telah membuat empat karya Maria A. Sardjono tersebut unik. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang seksisme dalam karya-karya Maria A. Sardjono. Melalui keempat novel tersebut penelitian ini mengkaji seksisme yang terkandung di dalamnya. Untuk mencapai tujuan itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan teori seksisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua tingkat seksisme yang terdapat dalam keempat novel Maria A. Sardjono, yaitu seksisme interpersonal dan seksisme yang diinternalisasi. Seksisme interpersonal hadir dalam berbagai keyakinan, mulai dari peran gender, objektivikasi perempuan, hingga munculnya istilah penghinaan terhadap perempuan. Seksisme yang diinternalisasi hadir dalam praktik ketidakberdayaan dan invalidasi. Kedua seksisme tersebut hadir sebagai inti cerita sekaligus konflik yang menggerakkan cerita. Melalui keempat novel tersebut, Maria A. Sardjono ingin menyuarakan kritik terhadap nilai-nilai patriarkat dalam masyarakat yang masih meletakkan perempuan ke dalam kondisi inferior yang merugikan.

This study discusses the sexism contained in Tiga Orang Perempuan (1983), Burung Merak (1985), Pilihan Terakhir (1986), and Kau dan Aku Adalah Satu (1987) novels by Maria A. Sardjono. In her novels, Maria A. Sardjono uses sexism as a tool to build the plot and character of the characters in the story. This was not done by other female writers of the 1980s. The use of sexism has made the four works of Maria A. Sardjono unique. This is what makes researcher interested in researching sexism in the works of Maria A. Sardjono. Through these four novels, this research examines the sexism contained in them. To achieve this goal, this research uses descriptive qualitative methods and sexism theory. The results showed that there are two levels of sexism contained in the four novels of Maria A. Sardjono, namely interpersonal sexism and internalized sexism. Interpersonal sexism is present in various beliefs, ranging from gender roles, objectification of women, to the emergence of the term insulting women. Internalized sexism exists in the practice of powerlessness and invalidation. Both sexisms are present as the core of the story as well as the conflict that drives the story. Through these four novels, Maria A. Sardjono wants to voice a critique of patriarchal values ​​in society which still puts women in a disadvantageous inferior condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kouwink, Roel
Maastricht Boosten & Stols 1925
839.36 Hou m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kouwink, Roel
Maastricht Boosten & Stols 1925
839.36 Hou m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Adriani
"Penelitian ini membahas novel seorang pengarang asal Afghanistan, yaitu Khaled Hosseini yang berjudul A Thousand Splendid Suns (2010). Novel A Thousand Splendidi Suns menampilkan tema kekerasan dalam rumah tangga yang menjadi isu dalam novel. Untuk itu penelitian ini akan berfokus mengungkap bentuk dominasi yang dilakukan Rasheed kepada dua istrinya dan perlawanan terhadap dominasi tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa latar belakang budaya patriarkis membentuk pola pikir tokoh perempuan sehingga menginternalisasi secara ideologis yang menyebabkan mereka mengalami kekerasan simbolik maupun kekerasan fisik dalam rumah tangganya. Dengan demikian, relasi yang terbentuk adalah relasi ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan serta menampilkan laki-laki sebagai pihak yang dominan.

This research discusses a novel by Khaled Hosseini a male author from Afghanistan titled A Thousand Splendid Suns 2010 The novel expresses domestic violence in household which is increasingly prevalent and becomes an issue in Afghan society Therefore this study focuses on revealed to domination by Rasheed to two of his wife and of resistance to the domination This research found that the cultural background of patriarchy forms mindset of women and ideologically internalized so the female characters in this novel experiences symbolic and physical violence in the household Thus the relation that is formed is inequality between men and women and show men as the dominant party Key words domination patriarchy symbolic violence resistance
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machado de Assis, Joaquim Maria
New York: Oxford University Press, 1997
869.3 MAC p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Iswari
"Berbagai media cetak atau pun elektronik yang memotret gaya hidup manusia modem mencerminkan relasi manusia modern yang cenderung eksploitatif, pragmatic, fungsional, dan berorientasi pada keuntungan pribadi. Implikasi yang muncul adalah kencederungan yang menjadi konformis dan logika pasar bermain dalam pola pikir dan tingkah laku manusia. Kecenderungan yang konformis inilah yang mewujud dalam diri manusia modern sebagaimana tergambar dalam berbagai media gaya hidup manusia modern. Setiap manusia mempunyai 'standar_standar' Baku penilaian dan relasinya dengan sesama manusia. Dirinya sendiri pun dituntut untuk memenuhi 'standar_standar' yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Menurut Fromm, hal ini tidak lepas dari pengaruh kapitalisme yang berawal dari keinginan manusia untuk lepas dari pengaruh dogma agama pada Abad Pertengahan. Keinginan ini muncul karena pada dasarnya manusia mempunyai kebebasan yang tak dapat dibendung lagi untuk melebarkan batas _ batas kemanusi annya. Ironisnya, pada saat manusia bebas maka ia justru menjadi ke k esepian. Hal ini dikarenakan manusia mengalami proses individuasi yang melepaskan manusia dari keadaan alamiahnya, yaitu rahim ibunya dan lingkungan pertama ia hidup. Kesepian dan keterpisahan yang manusia alami untuk menjadi individu yang utuh dan berintegrasi dapat diatasi dengan cara produktif yaitu dengan cinta dan karya produktif, atau dengan cara tidak produktif yaitu menyerahkan hidup dan kebebasannya pada 'sistem' yang merenggut keindividualitasan manusia. Fromm sendiri menyarankan cinta sebagai solusi permasalahan eksistensi manusia. Karena dalam cinta mewujud kebebasan untuk menjadi diri sendiri, untuk mencintai sesama, dan alam. Sehingga, manusia tidak terjebak dalam kecenderungan eksploitatif; pragmatis, dan konformis, yang mengarah pada mengkomoditikan pribadi atau alam. Cinta bagi Fromm adalah 'melebur' dan membuat sesuatu yang hidup tumbuh dalam pribadi manusia. Hal ini terwujud dalam aktivitas memberi (giving). Sebab memberi adalah ekspresi tertinggi manusia untuk mengeluarkan segala potensi kemanusiaannya demi penemuan 'rahasia' manusia melalui sikap care, respect, responsibility, dan knowledge. Keempat elemen tersebut akan mewujud dalam ekspresi tertinggi manusia yaitu memberi, termasuk memberi kebebasan. Kebebasan paling eksistensial yang dimaksud Fromm yaitu 'kebebasan untuk...' yang berlandaskan cinta. Tokoh Maria dalam novel Eleven Minutes karya Paulo Coelho adalah sarana penulis untuk meretleksikan pemikiran cinta Erich Fromm. Perjalanan hidup Maria dalam menghayati cintanya yang berliku_liku dan berujung pada pengakuan diri Maria bahwa yang terutama dalam hidup ini adalah bagaimana mencintai dengan sepenuh hati yang berarti memberikan kebebasan pada diri dan sesama, tanpa tendensi menjadi posesif. Hal inilah yang ingin penulis jadikan cermin dalam kehidupan relasi manusia modern yang ironis..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16113
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>