Ditemukan 3452 dokumen yang sesuai dengan query
Pudjariah Djoko Pramono
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005
341.44 P 361 b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010
899.22 RON
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Susanto Zuhdi
"Maritim dan bahari sering dipertukarkan untuk maksud yang sama. Meskipun pada umumnya mempunyai arti yang sama yakni tentang laut, tetapi terdapat perbedaan dalam makna tertentu. Substansi maritim tidak hanya berarti laut, tetapi juga menunjuk pada “lokasi yang dekat dengan laut”. Itu artinya bahwa daratan berupa daerah pesisir, menjadi penghubung antara wilayah laut dengan daerah di pedalaman. Bahari memiliki arti lain tentang dimensi waktu dan tradisi berkaitan dengan laut. Dalam hal ini bahari lebih sesuai dikaitkan dengan budaya (budaya bahari), sedangkan maritim untuk negara (negara maritim). Dalam perspektif kekinian untuk mendukung visi-misi pemerintahan Ir. Joko Widodo, “Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”. Pendapat tentang poros maritim sebagai jalur pelayaran maritim, sehingga Indonesia menguasai jalur pelayaran maritim; dalam istilah Global Maritime Nexus (GMN), lebih cocok dengan ‘benang merah’ sejarah mengenai jaringan pelayaran dalam konteks nusantara silang bahari. Untuk menjadi negara maritim perlu kerja keras dari setiap komponen bangsa melalui keahlian dan bidangnya masing-masing. Untuk menjadi negara maritim diperlukan budaya bahari. Perwujudan hard power pada negara maritim harus diiringi dimensi soft power, suatu kekuatan yang berasal dari budaya: nilai dan tradisi budaya bahari yang dalam perspektif historis telah terbukti. Faktor sejarah memiliki nilai lebih yaitu, memberikan banyak pilihan yang mengarah pada penemuan atau kesimpulan baru."
Jakarta: Seskoal Press, 2020
023.1 JMI 8:2 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muhammad Fahmi Pradana
"Sebagai dampak globalisasi, isu keragaman budaya memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, khususnya dalam kesusastraan. Sapardi Djoko Damono membawa topik tersebut ke novelnya berjudul Segi Tiga. Penelitian ini berfokus kepada isu keragaman budaya yang ditampilkan pada Segi Tiga. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah keragaman budaya dan konflik yang timbul akibat keragaman tersebut dalam cerita. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan: (1) penggambaran keragaman budaya dalam novel dan (2) konflik yang disebabkan oleh keragaman budaya dalam novel. Hasil penelitian ini adalah terdapat representasi keragaman budaya yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam novel Segi Tiga, terutama pada tokoh Suryo dan Noriko. Suryo dihadapkan pada nilai-nilai kepriayian yang dibawa oleh keluarganya, tetapi kemudian dibentur oleh budaya modern setelah ia tinggal bersama keluarga Tia di Jakarta. Sementara itu, Noriko memiliki keterikatan pada budaya Jawa sebagai budaya yang dipelajari selama ia menetap di Solo dan Jepang sebagai budaya tanah kelahirannya. Keragaman budaya tersebut dapat menyebabkan beberapa konflik dalam cerita, yaitu selisih paham yang terjadi pada keluarga Suryo dalam menanggapi dampak internet dan krisis identitas yang dialami oleh Noriko.
As a result of globalization, the issue of cultural diversity affects various aspects of today's social life, especially in literature. Sapardi Djoko Damono brings this topic to his novel titled Segi Tiga (Triangle). This research focuses on the issue of cultural diversity presented in Segi Tiga. The problems discussed in this study are cultural diversity and the conflicts that arise as a result of this diversity in the story. This study uses a descriptive method with a qualitative approach which aims to explain: (1) the depiction of cultural diversity in the novel and (2) the conflict caused by cultural diversity in the novel. The results of this study are that there are representations of cultural diversity displayed by the characters in the novel Segi Tiga, especially in the characters Suryo and Noriko. Suryo was confronted with the values of the nobility brought up by his family, but then collided with modern culture after he lived with Tia's family in Jakarta. Meanwhile, Noriko has an attachment to Javanese culture as a culture that she learned during her stay in Solo and Japan as the culture of her homeland. This cultural diversity can cause several conflicts in the story, namely differences in understanding that occur in the Suryo family in response to the impact of the internet and Noriko's identity crisis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Haliadi-Sadi
Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Kemendiknas, 2013
392.598 HAL v
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Andi Irma Kesuma
"Indonesia sebagai negara maritim tidak hanya identik dengan geografisnya, lebih dari itu, budaya maritim yang sebagai identitas pada masa lalu sekaligus penting untuk menjadi daya ungkit dewasa ini dalam mengembangkan negara maritim indonesia modern."
Jakarta: Seskoal Press, 2019
023.1 JMI 7:2 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Djoko Widagdho
Jakarta: Bumi Aksara, 1994
306 DJO 1
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dedi Gunawan Widyatmoko
"Pemerintahan presiden joko widodo dari awal sudah mencanangkan pentingnya memperhatikan potensi dan masalah kelautan sebagai jati diri bangsa. Poros maritim dunia menjadi istilah yang muncul dari pemerintahan presiden joko widodo. "
Jakarta: Seskoal Press, 2019
023.1 JMI 7:1 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Sasmita, Saleh Dana
Jakarta Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1985,
352.94590959822 SAS g
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Sapardi Djoko Damono, 1940-2020
Jakarta: UI-Press, 2002
PGB 0571
UI - Pidato Universitas Indonesia Library