Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Williams, Duncan
New York: Delta Book , 1971
809 WIL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Liau, Yoek Fang
Jakarta: Erlangga, 1991
899.220 9 LIA s I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
Jakarta: Akademia , 2006
499.221 TIT n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Buckley, Vincent
Harmondsworth: Penguin Books, 1983
828.99 BUC c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Swift, Jonathan
New York Holt: Rinehart and Winston , 1959
821.914 SWI j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nikita Euginia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kritik salaryman masculinity dalam film anime Kaze Tachinu karya Miyazaki Hayao. Data primer diperoleh dari film Kaze Tachinu menggunakan teknik dokumentasi. Adegan yang dianggap mengandung representasi salaryman masculinity dicatat dan dipilih sebagai sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh melalui metode studi pustaka menggunakan artikel jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya. Teori yang digunakan merupakan teori maskulinitas menurut R. W. Connell dan salaryman masculinity menurut Romit Dasgupta. Penelitian ini menemukan bahwa pada film anime Kaze Tachinu, salaryman masculinity direpresentasikan oleh mayoritas tokoh dalam film, seperti Honjo, Kurokawa, dan tokoh pendukung lainnya. Hal ini disampaikan melalui dialog, penampilan tokoh, dan aspek lainnya, yang menunjukkan keselarasan dengan ideologi salaryman masculinity. Horikoshi Jiro, sang tokoh utama, menunjukkan ambiguitas dalam maskulinitasnya. Walaupun secara sekilas Jiro tampak memenuhi tuntutan salaryman masculinity, terdapat konflik batin dalam dirinya yang membedakan dia dari sosok salaryman pada umumnya. Berlainan dengan salaryman, kesetiaan Jiro terhadap pekerjaannya berakar dari ambisinya secara murni. Selain itu, Jiro juga memiliki empati tinggi dan menghadapi dilema dalam memilih antara pekerjaannya atau kekasihnya, Nahoko.

This study aims to explain the critique of salaryman masculinity found in the movie Kaze Tachinu directed by Miyazaki Hayao. Primary data is obtained from the movie Kaze Tachinu using the documentation technique. Scenes considered to contain representations of salaryman masculinity are noted and filtered through. Secondary data is obtained through a literature study that comprises of journal articles, books, and other scholarly materials. Theories used in this study include the concept of masculinity by R.W. Connell and salaryman masculinity as described by Romit Dasgupta. This study has found that in the movie Kaze Tachinu, salaryman masculinity is represented by a majority of characters, such as Honjo, Kurokawa, and supported by other various side characters. This is shown via dialog, the physical appearance of characters, and other numerous aspects that find resonance in the salaryman masculinity ideology. Horikoshi Jiro, the protagonist, displays ambiguity in his masculinity. Although superficially he appears to fulfill the ideals of salaryman masculinity, an emotional conflict occurs within him that differentiates him from salarymen at large. Unlike other salarymen, his faith to work finds root in his pure ambition. Aside from that, he is highly empathetic and faces a dilemma when he is forced to choose between his job and his lover, Nahoko.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulfatmi Amzy
"Teknologi pemberdayaan tubuh mucul sebagai jalan keluar bagi manusia untuk mendapatkan kesempurnaan pada tampilan diri. Namun, teknologi tersebut juga hadir bagai dua sisi mata uang. Di samping mampu untuk memenuhi hasrat manusia untuk menjadi sempurna, teknologi tersebut juga mampu menggeser nilai-nilai dasar manusia itu sendiri. Memiliki modal, hak otonomi individu dan tidak mengganggu hak orang lain adalah alasan yang diusung oleh kapitalisme untuk melanggengkan penerapan teknologi ini dalam masyarakat.
Tulisan ini merupakan sebuah kajian filosofis dan kritik terhadap fenomena pemberdayaan tubuh yang marak terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Tujuan dari kritik ini adalah untuk mengingatkan kembali akan hakikat dan nilai-nilai dasar manusia. Yang ingin penulis pertahankan di sini, lewat pemikiran Michael Sandel, adalah penerapan teknologi pemberdayaan tubuh pada manusia hanya akan menurunkan martabatnya sebagai makhluk yang meletakkan dirinya sendiri sebagai tujuan tertinggi. Membiarkan teknologi tesebut berkembang tanpa batas, berarti membiarkan manusia kehilangan martabatnya, karena telah dijadikan sebagai objek penelitian, bahkan alat untuk mencapai sebuah tujuan.

The body enhancement technology appears as the way out for people to get the body perfection. However, this technology appears like two sides of a coin too. On one side, the technology is able to fulfill the human desire to be perfect. On the other hand, the technology is able to shift the basic values ​​of the man himself. The capitals, the right of individual autonomy, and as long as it does not violate anyone?s rights are the reasons of capitalism to promote the application of this technology in the society.
This paper is about critique and philosophical study of the body enhancement phenomenon that rife in recent decades. The purpose of this critique is to recall the nature and basic of human values. What the writer wants to keep here, based on Michael Sandel?s point of view, is the application of the body enhancement technology could lose a man?s dignity as a creature that put himself as the highest goal. Allowing the technology gets the higher level of its development without limits, means allowing human dignity to lose, because man has been used as a research object, even a tool to achieve a goal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JUPE 20:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Maria R.
"Bahasa adalah suatu metode komunikasi yang manusiawi dan dipelajari untuk mengungkapkan ide, emosi, keinginan (desire) melalui sistem arbriter yang dihasilkan oleh simbol-simbol ( Sapir, 1979 :8 ). Karena bahasa merupakan metode komunikasi yang dipe_lajari, maka pemakai bahasa memiliki dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan kaidah-kaidah Lode bahasa (kaidah tata bahasa) dan pengetahuan mengenai konvensi-konvensi yang mengontrol kaidah-kaidah bahasa tersebut dalam penyampai_an pesan. Pengetahuan yang disebut terakhir menyangkut ke cocokan, maksudnya komunikasi akan berjalan dengan baik jika pesan yang disampaikan penyapa sama penangkapannya dengan kawan sapa. Kedua jenis pengetahuan tersebut di atas memungkinkan timbulnya kreativitas dalam berbabasa. Dalam suatu karya sastra misalnya, seorang pengarang mungkin mengungkapkan ujaran-ujaran yang masih asing yang belum pernah dipakai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>