Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7079 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harahap, Elisa Sutan
Djakarta: Bajian Bahasa Djawatan Kebudajaan, Dep. P. P. dan K, 1960.
959.8 HAR p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Elisa Sutan
"Buku Perihal bangsa Batak ini membahas mengenai adat istiadat, kesenian, agama, kesehatan dan pengobatan, perguruan di tanah Batak, terutama di Angkola-Sipirok. "
Djakarta: Bajian Bahasa Djawatan Kebudajaan, Dep. P. P. dan K, [date of publication not identified]
K 959.8 HAR p
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, E.St.
"Buku ini berisi tentang perihal bangsa Batak, mulai dari zaman purba ; penjajahan kompeni Belanda ; pemerintah Inggris ; tanah Batak di bawah kekuasaan negara Belanda ; masa pemerintahan Nippon ; zaman republik Indonesia serikat ; Republik Indonesia ; agama orang Batak ; perguruan di tanah Batak ; kesehatandan pengobatan ; adat istiadat kebiasaan orang Batak ; kebudayaan kesenian Batak."
Djakarta: [publisher not identified], 1958
K 301. 209 598 1 HAR
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Neumann, J.H. (Johann Heinrich), 1876-1949
Jakarta: Ombak, 2018
306 JOH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Neumann, J.H. (Johann Heinrich), 1876-1949
Djakarta: Bhratara , 1972
992.5 NEU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pahala Rizky
"Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ‘mengangkat anak kecil’. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba—saya sebut “orang Batak baru”—, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah. Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah buku, kemudian melengkapi karya tulis ini.

This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopt a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Jamaludin S.
Jakarta: Jayakarta Agung, 1985
572.792 5 HAS a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brakel-Papenhuyzen, Clara
"In this article I first discuss how texts of Dairi stories collected in the nineteenth century by Herman Neubronner can der Tuuk relate to storytelling, and question whether the development of written versions of stories necessarily endangers the practice of storytelling. Then I investigate how written versions of Dairi stories in Van der Tuuk's Batak Reader relate to each other and to the printed text, based on texts in manuscripts collected by Van der Tuuk. In conclusion I discuss the possible aim of Van der Tuuk's Batak Reader, focussing in the Dairi section, which has not been dealt with in earlier publications."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
UI-WACANA 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Geovani Febian
"Tulisan ini berfokus pada tarombo dan martarombo yang bertindak sebagai strategi adaptasi budaya bagi orang Batak Toba di Jakarta untuk mempertahankan nilai budaya dan sistem kekerabatan mereka, meskipun berada jauh dari bona ni pasogit. Tarombo dimaknai sebagai simbol pembawa makna yang berguna sebagai aturan main dalam menemukan posisi diri pada silsilah keturunan Batak Toba. Gagasan nilai tarombo kemudian diejawentahkan oleh para perantau Batak Toba di Jakarta melalui interaksi dalam praktik keseharian yang disebut dengan martarombo. Dalam praktiknya, terdapat pemaknaan yang berbeda-beda terhadap tarombo sehingga negosiasi makna antar beberapa generasi tidak dapat dihindari. Oleh karenanya, makna yang mereka pegang menjadi penting untuk mengetahui strategi adaptasi dari kompleksitas budaya Batak Toba yang mereka pertahankan ketika berada di Jakarta. Tulisan ini memanfaatkan pendekatan etnografi untuk menemukan makna mengenai tarombo dan martarombo secara lebih detail dan mendalam.

This paper focusing on tarombo and martarombo which act as cultural adaptation strategies for the Toba Batak people in Jakarta to maintain their cultural values and kinship system, even though they are far from bona ni pasogit. Tarombo is interpreted as a symbol of the bearer of meaning which is useful as a rule in finding their position in the genealogical system of the Toba Batak kinship. The idea of the value of tarombo is then manifested by Toba Batak migrant through the interaction in daily practices called martarombo. In practice, there are different meanings of tarombo so negotiation of meaning between several generations is inevitable. Therefore, their interpretation of meaning becomes important on purpose to know the cultural adaptation strategies of the complexities of the Toba Batak culture that they maintain as a migrant in Jakarta. This paper utilizes an ethnographic approach to find meaning about tarombo and martarombo in more detail and depth.

Keywords: Cultural Adaptation Strategies, Martarombo, Meaning, Migrant, Practice, Tarombo, and Toba Batak.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Alfian Syahmadan
"Disertasi ini merupakan hasil penelitian terhadap dua ritual mangampar ruji, yaitu mangampar ruji Sitamiang dan mangampar ruji Pargarutan Baru di wilayah adat Batak Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan untuk melihat bagaimana teks, formula, simbol dan narasi ritual yang dilaknsakan sebagai bagian ari upacara perkawinan pada masyarakat Batak Angkola tersebut dapat diwariskan ke generasi yang akan dating. Disertasi ini menggunakan gabungan metode etnografi (Spreadly) dengan teori formula (formulaic theory Parry-Lord). Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan sebagian besar data yang diperoleh adalah data lapangan. Sebagai data pendukung, penulis juga melakukan penelitian dan studi pustaka. Tahapan-tahapan pengambilan data dilakukan secara etnografis secara berkala dan berulang-ulang melalui survey, wawancara, dengan informan kunci dari pelaku tradisi lisan lokal, sumber data primer pada ritual mangampar ruji dan data sekunder dengan mengumpulkan data lapangan, menganalisis data. Setelah itu, peneltian ini menggunakan teori formulaik Parry-Lord terutama pada konsep transmisi, pewarisan, formula, oralitas, piranti mnemonik (alat pengingat) dan pembentuk tema. Kesimpulan yang menarik yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa ritual mangampar ruji, sacara adat dan diyakini secara sadar oleh masyarakat Batak Angkola, mengawali hubungan interpersonal suami – istri, mengawali hubungan pemberi istri – pengambil istri, menjadi dasar hubungan interpersonal dalam extended family, dan menjadi faktor utama pembentuk dan pemberi sifat pada hubungan sosial dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Batak Angkola. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa ritual tersebut adalah dasar dari pembentukan dalihan natolu, falasafah manat mardongan tubu, somba, marhulahula, dan elek marboru, tiga tujuan hidup; hamoraon, hagabeon, dan hasangapon, serta etika dan etiket masyarakat batak Angkola.

This dissertation is the result of research on two rituals of mangampar ruji, namely mangampar ruji Sitamiang and mangampar ruji of Pargarutan Baru in the Batak Angkola traditional area in South Tapanuli Regency, North Sumatra Province. The research was carried out to see how the texts, formulas, symbols and ritual narratives that were carried out as part of the marriage ceremony in the Angkola Batak community could be heir on to the next generations. This dissertation is conducting by using a combination of ethnographic methods (Spreadly) with the formulaic theory by Parry-Lord. This research is a field research and most of the data obtained is field data. As supporting data, the writer also conducted research and literature study. The stages of data collection are carried out ethnographically periodically and repeatedly through surveys, interviews, with key informants from local oral tradition actors, primary data sources on the mangampar ruji ritual and secondary data by collecting field data, analyzing data. After that, this research uses Parry-Lord's formulaic theory, especially on the concepts of transmission, inheritance, formulas, orality, mnemonic devices and forming themes.
An interesting conclusion that can be drawn from this research is that the mangampar ruji ritual initiates the interpersonal relationship between husband and wife, initiates the relationship between wife and wife, becomes the basis for interpersonal relationships in the extended family, and become the main factor forming and characterizing social relations in the daily interactions of the Angkola Batak people. In the end it can be concluded that the ritual is the basis for the formation of dalihan natolu, the philosophy of manat mardongan tubu, somba, marhulahula, and elek marboru, the three goals of life of Batak Angkola (hamoraon, hagabeon, and hasangapon), as well as etics and etiquettes of the Angkola Batak community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>