Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113481 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Munawar Holil
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2007
899.221 3 MUN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Munawar Holil Carita
"Mundinglaya Dikusumah (CMD) merupakan salah satu cerita pantun Sunda yang paling popular dibandingkan cerita-cerita pantun lainnya. Cerita ini beredar di kalangan masyarakat Sunda dari masa ke masa dan diapresiasi oleh berbagai kalangan masyarakat.
Sumber cerita ini adalah juru pantun, yaitu tukang cerita yang menyajikan bentuk cerita ini secara lisan. Oleh karena sifat kelisanannya itu maka terjadi berbagai variasi cerita yang menunjukkan persamaan dan perbedaan satu sama lain. Yang menarik, versi cerita yang dikenal dan kemudian banyak dijadikan sumber inspirasi oleh para sastrawan Sunda modern hanyalah satu versi, yaitu yang dipublikasikan oleh CM Pleyte (1907). Padahal, berdasarkan penelusuran yang dilakukan terhadap sumber-sumber tertulis, termasuk naskah-naskah kuno (manuscript), terdapat variasi di antara berbagai sumber cerita tersebut.
Dalam penelitian ini diteliti empat buah sumber tertulis CMD yang berhasil diperoleh, yaitu dua buah naskah dari Universitas Leiden Belanda (NBG 333.-dan Lor. 2024), edisi CM Pleyte (1907), dan edisi Ajip Rosidi (1974). Keempat sumber tertulis CMD itu dibandingkan, kemudian dianalisis motif ceritanya berdasarkan motif-index yang dikemukakan oleh Stith Thompson (1955). Dua buah sumber tertulis CMD yang berupa naskah dibandingkan untuk mendapatkan teks yang layak disajikan sebagai suntingan teks.
Dari analisis yang dilakukan ditemukan bahwa motif cerita pada NBG 333, Lor. 2024, dan edisi CM Pleyte lebih banyak menunjukkan kesamaan. Perbedaan atau variasi cerita hanya berupa hal-hal kecil yang tidak prinsipil. Sementara itu, pada edisi Ajip Rosidi terdapat perbedaan motif cerita yang sangat prinsipil karena menyangkut motif cerita utama dan munculnya dua buah motif cerita yang tidak terdapat pada sumber CMD yang lain.
Persamaan dan perbedaan kemunculan motif cerita itu berkaitan erat dengan masa beredarnya cerita tersebut, bukan disebabkan daerah asal penyebaran cerita. Hai lain yang ditemukan bahwa motif cerita pada keempat sumber tertulis CMD itu berkaitan erat dengan struktur cerita. CMD yang bersumber dari NBG 333: Lor. 2024, dan edisi CM Pleyte memperlihatkan kesamaan struktur cerita karena mengandung motif cerita yang sama. Dalam pada itu, struktur cerita CMD yang bersumber dari edisi Ajip Rosidi menunjukkan perbedaan karena motif ceritanya berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Sachnazia
"Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan suntingan teks dan terjemahan naskah Carita Jupri koleksi FSUI. Data yang yang digunakan, diperoleh dari naskah Carita Jupri dengan nomor koleksi CL.19 K 12.05. Carita Jupri merupakan cerita pendek yang ditulis menggunakan bahasa dan aksara Jawa karangan R. Pujaharja yang dikumpulkan oleh Pigeaud di Surakarta pada tahun 1925. Hasil penelitian ini adalah suntingan teks dan terjemahan Carita Jupri yang menerapkan teori filologi dan menggunakan metode intuitif yang dikemukakan oleh Karsono H Saputra (2013), serta teori terjemahan yang dikemukakan oleh Benny Hoedoro Hoed (2006). Suntingan teks dilakukan dengan menerapkan metode edisi standar dengan melakukan perbaikan teks, serta menerapkan metode terjemahan komunikatif.

The purpose of this study is to present a text editing and the translation of Carita Jupri manuscript in wich the collection of FSUI coded CL. 19 K 12.05. Carita Jupri were written in the language and alphabet of Javanese by R.Pujaharja then collected by Pigeaud in Surakarta in 1925. This study were apply the theory of philology and used the intuitive method by Karsono H Saputra (2013) and the methode of translation by Benny Hoedoro Hoed (2006). The text editing were apply standard edition method and the comunicative translation method."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Weda Kusuma
"Naskah Usana Bali Mayantaka Carita ditemukan dalam bentuk Kakawin, Babad, Geguritan atau Parikan. Dari penggunaan bahasanya dapat ditemukan bahwa bentuk Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) lebih tua dibandingkan dengan naskah yang lain. Oleh karena itu UBMC dijadikan dasar telaah dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan aspek penelitian filologi yang menentukan naskah paling tua untuk dijadikan dasar telaah, karena dianggap naskah yang ditulis oleh pengarangnya.
UBMC ditulis oleh Nirartha di Bali, sekitar awal abad ke-16. Naskah tersebut ditemukan 10 buah, yakni: 4 naskah lontar dan 6 naskah kertas (8 naskah ditulis dengan huruf Bali dan 2 naskah ditulis dengan huruf Latin). Hasil seleksi dari naskah UBMC tersebut, ditemukan satu naskah memiliki keunggulan, dari segi keutuhan cerita, bentuk tulisannya yang mudah dibaca dan tidak ditemukan "huruf yang dimatikan". Dengan demikian dalam edisi teks digunakan metode landasan. Teks UBMC yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teks UBMC milik Gedong Kirtya Singaraja.
Teks UBMC tersebut ditransliterasi ke dalam huruf Latin, diterjemahkan dalam ke bahasa Indonesia, disunting, ditelaah bentuknya, dan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung di dalamnya.
Telaah bentuk UBMC ditemukan bentuk-bentuk metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya (India), metrum asli Indonesia dan motrum-metrum yang tidak diketahui asal dan namanya. Dan 44 pupuh dalam UBMC, ditemukan 25 pupuh tidak diketahui asal dan nama metrumnya. Metrum-metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya yang adalah: Sikharini (2 pupuh), Sardulawrikridita (2 pupuh), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, dan Swangsapatra. Sedangkan metrum Indonesia adalah: Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, dan Utgata-Wisama atau Rahitiga.
Setiap bait Kakawin terdiri atas empat baris, masing-masing baris mempunyai jumlah suku-kata dan metrum yang sama. Namun dalam UBMC ditemukan 10 bait yang terdiri atas 3 baris dengan metrum yang berbeda setiap barisnya pada pupuh XXXIX.
Telaah satuan naratif UBMC, ditemukan satuan naratif berkelanjutan (Mahaprabhu?) setelah satuan naratif terakhir (Rdhimat). Satuan naratif tersebut mengungkap raja Makabika yang sangat berjasa di Bali, tetapi tidak mencapai moksa karena Zaman Kali. Rangkaian satuan naratif UBMC adalah: Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, dan Rdhimat serta Mahaprabhu (?).
Satuan-satuan naratif UBMC itu didukung oleh tokoh-tokoh ceritanya. Dari telaah fungsi tokoh ceritanya ditemukan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung dalam karya tersebut. Konsep-konsep kepercayaan itu niengenai keberadan Dewa Siwa yang disebut dengan berbagai nama; Dewa Catur Lokapala, Punarbhawa, Moksa, Catur Purusartha Trikaya Parisudha, Catur Warna, Sad Satru, Yuga, Tirtha, Manusia pertama di Bali, mati dalam perang, dan Upacara (yadnya).
Telaah konsep-konsep kepercayaan dalam UBMC mengenai keberadaan Dewa Siwa dengan berbagai nama, seperti Dewa Iswara, Dewa Mahadewa, Dewa Rudra, dan Dewa Maheswara menunjukkan manifestasi Dewa. Siwa sebagai pusat Dewa Nawasanga. Telaah konsep Dewa Catur Lokapala mengukuhkan Dewa-dewa penguasa arah mata angin kelompok empat, yaitu: Dewa Indra di timur, Dewa Yama di selatan. Dewa Bharuna di barat, dan Dewa Kwera di utara. Telaah konsep Punarbhawa mengukuhkan keberadaan roh yang menjiwai manusia tidak pernah mati, dan akan menjelma ke dunia sesuai dengan karmanya. Telaah konsep moksa menunjukkan roh yang menjiwai manusia akan bersatu (melebur diri) dengan sumbernya (Tuhan), apabila tidak meninggalkan bekas apa-apa dalam kehidupan ini. Telaah konsep Trikaya Parisudha, Catur Warna, dan Sad Ripu (Sad Satru) menunjukkan tata cara bertingkah laku yang baik (berpikir, berkata, berbuat, dan saling menghormati) dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan telaah konsep Upacara (Yadnya) menunjukkan salah satu cara untuk melaksanakan pemujaan, menyatukan dirt memohon kesejahterann lahir dan bathin ke hadapan Dewa Siwa yang dimuliakan di Gunung Tolangkir (Besakih). Berdasarkan telaah konsep-konsep kepercayaan itu dapat dikemukakan bahwa dalam UBMC mengandung konsep kepercayaan Agama Hindu.

The Usana Bali Mayantaka Carita text can be found in four different texts, namely in Kakawin, Babad, Geguritan (Parikan). Based on the use of the language of those texts, it can be determined that Kakawin is the oldest text compared to the other types of the texts. Thus Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) is used as the object of the investigation. This is in accord with the position taken in philological study which considers that the oldest text as the primary object of study because this type of text is regarded to be written by the original author.
Nirartha in Bali wrote UBMC in the early 16th century. Ten texts of Mayadanawa were found. Four of them are lontar texts and the other six texts are paper texts. Eight texts were written in Balinese script and the rest were written in Roman script: The result of the selection of the texts shows that one of the texts shows its superiority in terms of the unit of the story, its being easy to read, and there is no letter which is not `killed` if it is compared to the other UBMC texts. Thus in editing the texts the basic method is used. The basic text is the UBMC, which is the collection of Gedong Kirtya Singaraja (which was coded A). The UBMC texts were transliterated into Roman script and translated into Indonesian. Then they were edited. Those texts were also analyzed in terms of their forms and the religious concepts, which are available in those texts.
The form analysis of the UBMC shows that are three kinds of poetic metres. The three poetic metres include those, which ask originalited from Kawya (Indian) literature, Indonesian metres, and those metres, of which their origin cannot be determined. Form the 44 cantos in UBMC, the origin as well as their metres of 25 cantos cannot he determined. The metres from kawya literature, which were used, are Sikharini (2 stanzas), Sardulawrikridita (2 cantos), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, and Swangsapatra. While the Indonesian poetic metres used are Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, and Utgata-Wisama or Rahitiga.
Every couplet in Kakawin consists of four liners and every, line consists of the same number of syllables and poetic metres. In UBMC there are ten couplets, which consists of three lines, which has different poetic metres in each line. This is found in canto =XXIX.
From the analysis of narrative coherency, a continuous narrative is found (Mahaprabu?) after the last narrative unit (Rdhimat). That narrative unit expressed the life of the King Makabika who has rendered Bali with great services, but he does no reach `moksu' in Kali period. The unit of UBMC narratives consists of Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, and Rdhimat with Mahaprabhu (?).
Its characters support the UBMC narrative unit. From the analysis of these characters, the religious concepts which they contain were found which included the concept of the God Silva which has a number of different names, Dewa Catur Lokapala, Phunarbhawa, Masai Calur 'Varna, Trikaya Parisudha, Sad Satru (Sad Ripu) and Upacara or Yadnya concept.
The religious concept of Silica in UBMC with various different names such as Iswara, Mahadewa, Rudra, and Maheswara shows the concept of Dewa Nawasanga. The analysis of the concept Dewa Catur Lokapahala shows the four Gods that master the four directions, that is, Dewa Indra in the east, Dewa Yarna in the south, Dewa Bharuna in the west and Dewa Kuwera in the north. The Phunarbhawa consept is about the soul of the human beings, which never dies and will reincarnate in accordance with his Karma in one's previous life. The Moksa concept means that the soul of the human being will unite with the Supreme God and leaves no trace in this world. The concepts of Trikaya Purisudha, Catur Warna, and Sad Ripu (Sad Satru) show how to behave well in the society, whereas the concept of Upacara (Yadnya) is one of the ways to worship the God Siwa, who is worshipped in Tolangkir Mount in Besakih. Based on the analysis of the above concepts, it can be said that UBMC has a Hinduism Concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
D175
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsono
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2009
091 MAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai cerita pantun Sunda dewasa ini jaih lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penelitian tentang teks sastra Sunda tertulis seperti yang berupa naskah (manuscript: handschrift). Dalam cerita pantun sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter, seperti dalam teks cerita pantun Mundinglaya di Kusuma (CPMK). Beberapa alasan pentingnya dilakukan penelitian terhadap teks CPMK adalah sebagai berikut: (1) Teks CPMK belum pernah ditelilli mengenai tranformasi dari kelisanan ke keberaksaraannya, (2) teks CPMK belum pernah dikaji secara struktural-semiotik, (3) teks CPMK belum pernah dikaji berdasarkan pendekatan etnopedagogi sehingga diperoleh informasi yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dari teks tersebut. Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan metode struktural-semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tradisi dan transmisi penurunan teks CPMK dilakukan secara lisan melalui pergelaran mantun, sedangkan tradisi dan transmisi teks WMK tidak dapat diketahui dengan pasti karena teks itu merupakan satu teks unikum. (2) Teks lisan CPMK dan WMK memiliki struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal CPMK terbentuk oleh 8 formula, sedangkan struktur formal WMK terbentuk oleh puisi pupuh. Struktur naratif CPMK tersusun dalam 13 fungsi dan 7 lingkungan tindakan, sedangkan struktur naratif WMK tersusun dalam 6 model aktan dan 1 model fungsional yang terdiri atas 3 tahpan jalan cerita. (3) Transformasi yang terjadi dari kelisanan (orality) CPMK ke keberaksaraan (literacy) WMK ada pada tataran bentuk formal, sedangkan tataran isi cerita tetap sama. (4) Hadirnya transformasi dari kelisanan CPMK ke keberaksaraan WMK, secara semiotik, moral yang tertuang dalam cerita pantun ke dalam era (zaman) wawacan sejalan dengan situasi dan kondisi serta minat masyarakat Sunda masa itu.
"
JURPEND 14:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
Jakarta: Pusat Bahasa , 2002
899.222 AMI b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapti
"Serat Jatikusuma adalah naskah yang berisi tentang cerita roman Islam dan berkembang di sekitar daerah pesisir pantai utara Jawa. (Pigeaud, 1967: 219-223). Dibanding dengan teks-teks keraton, teks-teks pesisiran memiliki kekhasan dalam hal bahasa (bahasa Jawa dialek pesisiran), aksara (aksara pegon disamping aksara Jawa, dan isi (meskipun tidak seluruhnya, namun menunjukkan warna keislaman). (Karsono H. Saputra, 2001:88). Serat Jatikusuma yang selanjutnya disebut SJK merupakan salah satu naskah yang berkembang disekitar daerah pesisir pantai utara Jawa. Pigeaud (1967:219-223) telah mengelompokan teks Serat Jatikusurna termasuk dalam sastra roman yang berkembang di sekitar daerah pesisir pantai utara Jawa bersama dengan Johar Manikam, Johar Sah, Mursada, Jaka Nestapa, Jaka Prataka, Sukamadi, Ardi Kusuma, Raden Saputra, dan Santri Gudigan. Teks SJK menceritakan tentang pengembaraan seorang putra raja bernama Jatikusuma dari Asmarakandi, disertai dua punakawannya bernama Jumput dan Caleput. Pada akhimya Jatikusuma menikah dengan Sasmitarasa, putri dari Jong Biraji. Melalui studi pustaka diperoleh informasi ternpat penyimpanan SJK. Naskah_naskah yang mengandung teks SJK tersimpan di perpustakaan FSUI dengan koleksi empat naskah, PNRI dua naskah, dan tiga naskah terdapat di Museum Sono Budoyo. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti bermaksud menyajikan suntingan teks SJK dan terjemahan dalam bahasa Indonesia, melalui langkah-langkah kerja filologi dengan menggunakan metode landasan. Poerbatjaraka (1950:75) dalam Indonesische Handscriften mngelompokkan naskah SJK sebagai naskah kesusastraan pesantren. Sebagai naskah yang berkelompok dalam kesusastraan pesantren, naskah SJK setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur pesantren atau unsur-unsur Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddie Herdiansyah
"Ilrnu mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga is tidak dapat berpikir jemih, logis dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak keliru. Dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, yang merupakan katalog resin) naskah-naskah kuno yang terdapat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, terdapat hanya satu koleksi karp Athir al-Din Mufaddal ibn Umar al-Abhari dengan nomor A 176 d ang berjudul Emu Mantiq. Karya ini pun ada dalam koleksi Tehran University Central Library and Documentation Center dengan nomor koleksi B 123, tetapi dengan nama yang berbeda yaitu Kitab al-isaghuli fi al-mantiq. Naskah ilmu Mantiq terdiri atas 54 halaman. Keadaan kertas sudah cukup parah, selain memiliki lubang di pinggir naskah, naskah ini pun memiliki lubang yang cukup banyak di tengah naskah, karena memang usia naskah ini memcapai hampir 400 tahun. Naskah ini ditulis pada tahun 1666. Naskah kuno ini yang berjudul Ilnuu Mantic/ memiliki teknik penulisan yang rapih, hat ini dapat terlihat dari konsistennya penulis naskah dalam menghitung jumlah bans pada tiap-tiap lembarnya. Bahkan tepi tulisannya pun sangat teratur dan lures, walaupun tanpa menggunakan garis bantu pada tepi halaman. Akan tetapi, hal ini tidak diimbangi oleh teknik penulisan catatan yang teratur juga, karena cara penulisan seperti ini cukup menyulitan penulis untuk memberikan catatan pada setiap teks yang ingin diberi penjelasan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13425
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarwati
"Tradisi penulisan naskah sudah berlangsung lama di Indonesia, termasuk di Jawa Salah satu naskah Jawa yang dapat dimasukkan ke dalam naskah kesusastraan adalah Serat Kanjun Marjaka yang menjadi koleksi FSUI( FIB UI ) dengan kode NR 393. Pada naskah tidak tertulis judul teks sama seperti pada naskah-naskah pada umumnya. Adapun judul naskah tertulis Serat Kanjun Marjaka merupakan pemberian judul yang dilakukan oleh penyunting. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan ciri tulisan serta warna tinta yang digunakan. Teks serat Kanjun Marjaka diawali tentang penggambaran keadaan negeri Dwarawati serta segenap istri dan putra-putra Kresna. Kemudian dilanjutkan dengan datangnya musuh dari negeri sebrang yaitu Parang Gubarja. Bersamaan dengan datangnya musuh, Arjuna dikabarkan hilang. Teks diakhiri dengan gugurnya raja Jungkung Marjaka oleh panah api yang dilontarkan Arjuna. Naskah Serat Kanjun Marjaka kemungkinan adalah naskah tunggal karena tidak ditemukan data-data mengenai naskah ini. Pada naskah ini juga dijumpai banyak perbaikan yang dilakukan oleh penyunting, yang menurut penyunting terdapat penulisan-penulisan kata yang salah dan kemudian diperbaiki pada kata tersebut dengan menggunakan warna tinta yang berbeda. ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11459
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>