Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Dinas Sejarah TNI Angkatan Udara, 1977
358.409 SEJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Junianto
"Latar Belakang : Remodelling otot jantung terkait latihan fisik merupakan mekanisme adaptasi fisiologis tubuh terhadap beban jantung yang meningkat. Tipe/karakteristik, intensitas, dan durasi latihan menentukan besarnya beban jantung dan berpengaruh terhadap pola dan tingkat remodelling otot jantung. Didapatkan pola remodelling yang berbeda antara tentara dengan atlet atau orang biasa. Pada tentara, intensitas latihan fisik yang diterima lebih berat dibandingkan atlet maupun orang biasa, dengan durasi kumulatif yang lebih lama, serta beban volume dan pressure overload yang diterima lebih besar. Selain itu, tentara juga menghadapi stresor psikis yang tinggi, serta waktu istirahat/recovery pasca latihan yang berbeda dibandingkan dengan atlet maupun orang biasa.
Tujuan : Untuk melihat pengaruh latihan fisik Para Komando dengan terjadinya remodelling ventrikel kiri baik fisiologis maupun patologis pada populasi Pasukan Khusus TNI Angkatan Udara dibandingkan latihan fisik reguler
Metode : Studi ini merupakan studi observasional potong lintang. Remodelling otot jantung pasukan khusus TNI Angkatan Udara yang menjalani latihan fisik Para Komando dibandingkan dengan anggota militer yang menjalanin latihan fisik reguler. Parameter remodelling otot jantung yang dinilai antara lain Left Ventricular Mass Index (LVMI), fungsi ventrikel kiri (Left Ventricular Ejection Fraction/LVEF Biplane dan Global Longitudinal Strain/GLS), dan Myocardial Work (Global Constructive Work, Global Waste Work, Global Work Index, Global Work Efficiency).
Hasil : Terdapat 43 orang pasukan khusus yang menjalani latihan fisik Para Komando dan 43 orang anggota militer yang menjalani latihan fisik reguler. Kelompok pasukan khusus yang menjalani latihan fisik Para Komando memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan anggota militer yang menjalani latihan fisik reguler, 27 (23-30) vs 20 (20-26) tahun p < 0.001. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan memperhitungkan faktor usia, pada kelompok latihan fisik para komando dibandingkan dengan latihan fisik reguler didapatkan hasil LVMI 79,67 ± 18,5 vs 79,64 ± 13,1 g/m2, p = 0.993; LV GLS -21 (-16 s.d -25) vs -19 (-15 s.d -22)%, p = 0.003; LV GWI 1843,8 ± 239,7 vs 1800,5 ± 258,6 mmHg%, p = 0.464; LV GCW 2140,4 ± 257,4 vs 2111,1 ± 273,8 mmHg%, p = 0.619; LV GWW 41 (12-152) vs 52 (18-117) mmHg%, p = 0.009; LV GWE 97 (94-99) vs 97 (93-99)%, p = 0.002.

.Background: Cardiac muscle remodelling related to physical exercise is a physiological adaptation mechanism as a respons to cardiac load. Type, characteristic, intensity, and duration of exercise determine the magnitude of the cardiac load and affect the pattern and rate of remodelling of the heart muscle. Different remodelling patterns were found between soldiers and athletes or ordinary people. In soldiers, the intensity of physical exercise is heavier than that the athletes or ordinary people, with a longer cumulative duration, greater volume and pressure load. In addition, soldiers also faced with high psychological stressors, as well as different recovery times after training compared with athletes and ordinary people
Objective: To observe the effect of the Commandos' physical training on the occurrence of physiological or pathological left ventricular remodelling in Airforce Elite Soldiers compared to regular physical exercise.
Methods: This study is a cross sectional observational study. Cardiac remodelling of elite soldiers who underwent Commandos’ physical training compared to regular troops who underwent regular training. The heart muscle remodelling parameters being assessed include Left ventricular Mass Index (LVMI), Left Ventricular Ejection Fraction/LVEF Biplane, Global Longitudinal Strain/GLS, and Myocardial Work (Global Constructive Work, Global Waste Work, Global Work Index, Global Work Efficiency).
Results: There were 43 elite soldiers who underwent Commandos’ physical training and 43 regular troops who underwent regular training. The elite soldiers group had an older age compared with regular troops, 27 (23-30) vs 20 (20-26) years p < 0.001. After doing a multivariate analysis taking into account the age factor, in the group of Commandos' physical training compared to regular physical exercise, the LVMI results are 79,67 ± 18,5 vs 79,64 ± 13,1 g/m2, p = 0.993; LV GLS -21 (-16 s.d -25) vs -19 (-15 s.d -22)%, p = 0.003; LV GWI 1843,8 ± 239,7 vs 1800,5 ± 258,6 mmHg%, p = 0.464; LV GCW 2140,4 ± 257,4 vs 2111,1 ± 273,8 mmHg%, p = 0.619; LV GWW 41 (12-152) vs 52 (18-117) mmHg%, p = 0.009; LV GWE 97 (94-99) vs 97 (93-99)%, p = 0.002.
Conclusions: The Commandos' physical training is associated with better echocardiographyc result compared to regular physical exercise, indicated by higher LVEF, LV GLS, GWE, and lower GWW value
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsono
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kurikulum pendidikan (X) terhadap kinerja prajurit Komando TNI Angkatan Udara (Y) di Skadron 461 Paskhas Halim Perdanakusuma Jakarta serta untuk mengkaji dan mengungkap upaya-upaya perbaikan kurikulum pendidikan Komando guna menunjang kinerja atau penugasan yang diberikan kepada prajurit Komando TNI Angkatan Udara dan kontribusi basil didik lembaga pendidikan TNI Angkatan Udara terhadap Ketahanan Nasional.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey menggunakan kuesioner untuk menjaring persepsi prajurit Komando TNI Angkatan Udara sebanyak 60 orang sebagai responden. Disamping itu, untuk mengumpulkan data digunakan juga teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan metode statistik korelasi dan regresi sederhana.
Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: pertama, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kurikulum pendidikan terhadap kinerja prajurit Komando TNI Angkatan Udara dengan F hitung sebesar 101,123 dan persamaan regresi linearnya adalah Y' = 35,081 + 0,574X. Kedua, Penyeienggaraan kurikulum pendidikan Komando TM Angkatan Udara selama ini termasuk dalam kategori "cukup baik" dan implikasinya: perlu upaya-upaya penyempurnaan terutama terhadap variabel-variabel kurikulum pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Dapat juga dilakukan studi banding dengan negara-negara lain atau pengiriman prajurit TNI Angkatan Udara untuk mengikuti pendidikan di luar negeri. Di samping itu, perlu diupayakan peningkatan anggaran dan artisipasi terhadap berbagai ancaman yang dapat membahayakan kedaulatan NKRI yang mungkin timbul di masa depan. Ketiga, Kontribusi hasil didik lembaga pendidikan TNT AU (prajurit TNI AU) terhadap Ketahanan Nasional terlihat dari berbagai pengabdiannya dalam wujud pelaksanaan tugas-tugas sejalan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak kelahirannya tahun 1946 sampai sekarang.
Hasil penelitian ini di.harapkan bermanfaat sebagai bahan masukan khususnya dalam pembuatan kebijakan tentang kurikulum pendidikan Komando TNI Angkatan Udara dan dalam mengadakan kajian lebih lanjut tentang Ketahanan Nasional.

The objectives of this research use to test the influences of training curriculum (X) upon Indonesian Air Force Commandos (Y) performance in 461 Squadron Air Special Force Halim Perdanakusuma Jakarta and also to study and reveal curriculum development efforts of Commando training to support their performance and the contribution of educational institution outcomes for National Resilience.
This research adopted survey method with questionaire to get information from 60 responders of Air Special Force personelIs. Further more, observation, interviews and the documentation study were used for data collecting. Sample of research was determined by random sampling technique and analysed with simple regression and statistical correlation method.
Finding of the research: the first, there are positive and significant influences of training curriculum upon Indonesian Air Force Commandos performance with FcaIculation equal to 101,123 and its linear regression equation is Y' = 35,081 + 4,574X. The second, implementation of Commando training curriculum of Indonesian Air Force is categorized as "good enough", therefore there should be development of training curriculum components such as training objectives, materials, teaching-learning process, and evaluation. Comparative study with other countries and overseas training for Air Force personells are also beneficial beside there should budget increase and anticipation of various threats endangering the Republic of Indonesia. The third, contribution of Indonesian Air Force training institution outcomes can be seen from their duties devoted to this country since 1946.
The outcomes of the research hopefully is advantageous as input for Commando training curriculum development and further study on National Resilience.
"
2004
T14908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sani Riyadi
"Pendidikan Sekkau merupakan pendidikan pengembangan umum tingkat awal bagi Perwira TNI Angkatan Udara. Tujuan pendidikan ini untuk membekali Perwira TNI AU terpilih agar memiliki kemampuan dasar staf dan komando, sehingga dapat bertugas pada jabatan staf dan komando di satuan dasar TNI AU. Tesis ini meneliti tentang pendidikan Sekkau di masa depan untuk meningkatkan ketahanan nasional dengan tiga tujuan penelitian, yaitu : 1) Mendeskripsikan dan menganalisa proses pendidikan Sekkau yang ada sekarang. 2) Mengestimasi pendidikan Sekkau di masa depan. 3) Membuat skenario pendidikan Sekkau masa 2004-2014. Dalam mengestimasi pendidikan Sekkau di masa depan mengacu pada enam kriteria yaitu, kriteria kurikulum, pengajar, siswa, fasilitas pendidikan, administrasi, dan iptek.
Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisa proses pendidikan Sekkau saat ini adalah Tabel Distribusi Frekwensi Relatif. Untuk mengestimasi dan membuat skenario pendidikan Sekkau di masa depan, digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Input utama untuk data primer adalah persepsi seseorang yang ekspert dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan Sekkau.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa, secara kumulatif tingkat persetujuan responden terhadap pendidikan yang ada sekarang sebesar 73%. Skenario yang perlu diterapkan guna mewujudkan pendidikan Sekkau di masa depan untuk meningkatkan ketahanan nasional, mengacu pada rencana prioritas sebagai berikut : a) Alternatifiskenario pertama adalah Status Quo (sedikit perubahan dari masa sekarang) merupakan prioritas pilihan dominan dengan nilai 0,337. b) Altematiflskenario kedua adalah Orientasi Kemampuan Staf merupakan prioritas pilihan kedua dengan nilai 0,159. c) Aitematifl skenario ketiga adalah Orientasi Kemampuan Operasi merupakan prioritas pilihan ketiga dengan nilai 0,125.

Sekkau as general development education for the Officers of Indonesian Air Force. The objective of this program is to produce Officers selected, so they have ability and skill to do job on i ground staff and command duty in Indonesian Air Force services. This thesis analyze the Sekkau education program in the future to increase the National Resistance. There are three research objectives include, 1) Desribe and analyze Sekkau education program at this moment. 2) Estimate Sekkau education program in the future. 3) Design scenario Sekkau education program for 2004 - 2014 period. To estimate Sekkau education program in the future based on six criterias such as curriculum, teacher, student, education facility, administration, and science and technology.
Research Method to describe and analyze Sekkau education program at this moment using Table of Relative Frequency Distribution. While to estimate and design scenario Sekkau education program in the future using method of Analytical Hierarchy Process (AHP). The main input to primary data from expert respondens who understand about Sekkau education program.
In accordance with result processing data, shows that agreement responder for Sekkau education program at this moment get score 73%. While alternative scenario for Sekkau education program in the future that able to increase National Resilience, based on priority plane as follow : a) First alternative scenario is Status Quo (gradual change from this moment condition) get score 0,337. b) Second alternative scenario is Orientation of Staff Ability with score 0,159. c) Third alternative scenario is Orientation of Operation Ability with score 0,125.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Susilo Endro Basuki
"Pembinaan Teritorial yang dilaksanakan beberapa waktu yang lalu, utamanya pada masa Orde Baru telah memberikan bekas yang mendalam bagi masyarakat, bahwa pada saat itu pembinaan teritorial telah menjadi kepanjangan tangan dari politik penguasa untuk melanggengkan kekuasaan. Hal ini menyadar-kan para pemimpin TNI untuk melakukan pembenahan ke dalam agar TNI yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ini, tidak tercabut dari akarnya yaitu rakyat itu sendiri; untuk itu kemudian lahirlah berbagai upaya reformasi atau penataan kembali yang salah satunya kemudian lahirlah Undang-Undang Nomor 34/2004 tentang TNI. Berpedoman pada peraturan inilah kemudian TNI melaksanakan Pembinaan Teritorial, yang diharapkan dapat membantu pemerintah dalam penyiapan potensi pertahanan khususnya dan membantu meningkatkan ketahanan nasional pada umumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran pembinaan teritorial oleh satuan komando kewilayahan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembinaan teritorial (Binter) dan bagaimana sebaiknya pembinaan teritorial dimasa yang akan datang. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif melalui studi dokumen yang diambil dari catatan, buku dan dokumen lainnya yang memuat data pelaksanaan pembinaan teritorial oleh Satuan Komando Teritorial dan dilengkapi dengan wawancara dengan beberapa nara sumber.
Melalui serangkaian analisis secara kualitatif dihadapkan pada prinsip ketahanan nasional menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan dari pelaksanaan pembinaan teritorial terhadap upaya peningkatan ketahanan nasional, walaupun tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya faktor yang mendorong meningkatnya ketahahan nasional. Dengan dilaksanakannnya pembinaan teritorial oleh TNI AD di berbagai daerah telah membuka peluang bagi meningkatnya kegiatan perekonomian serta meningkatnya kesejahteraan dan keamanan yang pada gilirannya akan menunjang ketahanan nasional. Berbagai kegiatan Binter telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi meningkatnya ketahanan nasional.
Namun demikian dalam pelaksanaanya masih saja ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terutama adalah masalah payung hukum atau undang-undang yang sampai saat ini belum ada yang mengatur, pembinaan teritorial belum tersosialisasi secara luas di kalangan masyarakat dan adanya rasa trauma dari sebagian kalangan atas pelaksanaan pembinaan teritorial pada masa lalu. Oleh sebab itu dimasa yang akan datang pembinaan teritorial, sebaiknya Binter direvitalisasi sehingga cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Binter agar dimasukkan menjadi bagian dari OMSP, dan dijalankan dengan menetapkan skala prioritas, misalnya untuk daerah konflik, daerah rawan konflik, daerah perbatasan dan daerah tertinggal/terbelakang, serta dengan menetapkan prioritas permasalahan dengan disertai jangka waktu pelaksanaan dan target yang akan dicapai sebagai ukuran keberhasilan serta harus memperhatikan aspek non militer di daerah.

Being the continuation of the rulers power politic during the New Order Era, pervasive image of territorial command has entrenched for quite sometime within the Indonesian society. Given this fact, leaders of TNI, clearly grasp the counter productive results of such legacy, have initiated internal reform within the institution. This particular reform is aimed at refurbishing the flawed image of TNI so that its original identity remain rooted as the soldiers of the people, originated from the people, manned by the people and devoted for the sake of the people. Subsequently, this endeavour leads to reformation and transformation within the TNI, which eventually grounded the passing of the National Legislation Act No.34/2000 on TNI. This very legislation eventually enacts as a legal umbrella for the TNI in performing territorial function in preparing the national defence potentials in particular and bolstering national resilience in more broad sense.
This research was held to provide, inter alia, clear-cut description and analysis to the role of territorial function executed by territorial command, firm comprehension of affecting factors during the process and possible best practice in the future. Further, this research was conducted through qualitative approach which drawn from numerous resources ranging from official notes, books a long with other form of documents containing data of territorial activities performed by territorial command, in addition to records of interviews with some subject matter expert figures.
Even tough territorial management does not deserve all the tribute of being the only factor held accountable for the rise of the level of national resilience, scores of qualitative analysis in term of national defence principles have clearly shown that territorial function does produce significant contribution toward the effort in strengthening national defence. The Indonesian Army territorial management, which has been conducted in some regions within the Indonesian territory, has opened the door of opportunity in stimulating economics activities which eventually boost up national prosperity and security in lead up to further enhancement in the level of national resilience. Equally, significant contribution in procurement of national resilience is resulted from series of territorial management?s efforts which cover several methods of approach, ranging from geography, demography, social condition, civic mission to social communication.
Some urgent issues which may affected the application of territorial management are the absence of legal umbrella and constitutional ground, limited dissemination of the idea of territorial management to the society and traumatic experience in some parts of the society for the possibility of abuse in the practice of territorial management as happen in the past. Given that, future territorial management should be revitalised to fit in to the present situation and condition. The territorial management, as part of Military operation Other Than War (MOOTW), is applied with clear scale of priority to give clear distinction in its practices, i.e., conflict zones, possible conflict zones, border zones, and less developed regions. Another way to further enhance the effectiveness of this effort is by setting problems? priority along with clear time frame and target to measure the level of success while still paying considerable attention toward non-military aspects in the regions."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25508
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Sejarah Militer TNI AD, 1972
355.4 IND c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dispenau, 2005
358.409 SEJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Purbaningsih
Jakarta: Dinas Penerangan Angkatan Udara, 2006
358.409 SEJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hastuti Handayani
"Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI Angkatan Udara tidak terlepas dari kesiapan yang optimal dari seluruh komponen kekuatan TNI AU, khususnya komponen yang paling kompleks dan sangat menentukan, yaitu sumber daya manusia. Betapapun canggihnya teknologi maupun pesawat terbang yang dimiliki, tanpa didukung sumber daya penerbang yang berkualitas maka sangat sulit bagi TNI AU untuk menyelesaikan misi atau operasi penerbangan dengan baik.
Sumber daya manusia memang merupakan faktor penting dalam suatu organisasi. Untuk itu organisasi harus memastikan bahwa sumber daya manusia yang ada di dalamnya dievaluasi dan dikembangkan sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, organisasi perlu membuat kebijakan-kebijakan untuk mengelola sumber daya manusianya. Satah satu kebijakan yang saat ini banyak digunakan adalah penggunaan kompetensi. Hal ini disebabkan penggunaan kompetensi lebih dapat meramalkan tingkah laku dalam bekerja sehingga memudahkan sistem pengembangan sumber daya manusia.
Dalam tulisan ini, penulis memberikan usulan kepada Dinas Psikologi TNI AU selaku instansi dalam pembinaan psikologi personel TNI AU untuk membuat kompetensi yang dapat dijadikan acuan bagi pengembangan kemasnpuan profesi maupun karir penerbangan seorang penerbang. Standar kompetensi sebenarnya sudah banyak digunakan dalam industri penerbangan di luar negeri baik penerbangan sipil maupun militer. Namun di Indonesia, khususnya di TNI AU belum ada standar kompetensi untuk penerbang. Padahal standar tersebut perlu dibuat demi tercapainya kinerja efektif dalam meiaksanakan tugas maupun misi penerbangan serta tercapainya keselamatan penerbangan. Rancangan pembuatan kompetensi yang diusulkan adalah untuk tiap level/jenjang profesi/kualifikasi penerbang. Rancangan ini terdiri dan langkah-langkah dalam pembuatan model kompetensi. Selanjutnya setelah model kompetensi ini diterapkan, dalam periode waktu tertentu dilakukan validasi dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model kompetensi tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T18743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>