Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Yoan
"Tesis ini membahas mengenai Cina sebagai kekuatan ekonomi baru di WTO dalam periode 2001-2009. Dengan menggunakan pendekatan neorealis, keberhasilan Cina sebagai kekuatan ekonomi baru di WTO tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal negara tersebut. Penulisan tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan di dalam melihat faktor internal dan eksternal Cina yang merujuk pada kemampuan negara tersebut baik di tingkat domestik maupun internasional.Hasil penulisan tesis menunjukkan keberhasilan Cina sebagai kekuatan ekonomi baru di WTO yang relatif dapat diukur dengan berbagai indikator ekonomi.

This thesis research is trying to analyse and define China as a new economic power in WTO during 2001-2009. With Neorealist Theoretical Framework, it was analised and defined that internal and external of China's capability play an important role for its success as a new economic power within WTO. This thesis research method is a qualitative method by library study to determine China's internal and external capability. It is known that eventually, China is a new economic power in WTO that can be measured with some indicators."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28930
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Sari Ningrun
"Tesis ini membahas strategi buck-passing yang dilakukan Amerika Serikat (AS) di kawasan Asia Timur pada periode presiden George W. Bush I dan II pada tahun 2001-2009. Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif dengan desain diskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa AS menggunakan strategi tersebut. Kemudian, penelitian ini mengulas strategi yang digunakan AS sebagai hegemon pada struktur polar di Asia Timur dengan memberi data-data berupa aplikasi dari strategi tersebut juga data yang menunjukkan struktur polar di kawasan ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa AS menggunakan strategi buck-passing karena struktur multipolar tidak seimbang (unbalanced multipolar) terjadi di kawasan ini.

This research focuses on the buck-passing strategy used by United States during Bush administration in 2001 to 2009 in East Asia. The objective of this thesis is to analyze why the U.S applies this strategy and uses quantitative descriptive methodology. Furthermore, concerning on the context in East Asia where the U.S is the hegemon, this thesis provides the number of the military deployment (troops), the military balance among the U.S allians data to help the writer to analyze the current structure in this region. Finally, this thesis comes up to the conclusion that the U.S. uses buck-passing strategy in this regions influenced by unbalanced multipolarity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30362
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Darmawan
"Punk adalah gerakan sosial budaya, yang diekspresikan melalui media musik. Nya Penampilan di Inggris dan Amerika Serikat ditandai oleh kehadiran band-band seperti Sex Pistols, The Clash, dan The Ramones pada 1970-an. Penampilan Punk di Jakarta ditandai dengan keberadaan band Vacant dan The Stupid di Jakarta akhir 1980-an. Musik punk di Jakarta terus berkembang karena mereka menjadikan musik sebagai media untuk mengkritik pemerintah. Ada satu band punk di Jakarta yang di awalnya
kelahiran dengan personil yang sama sering menggunakan nama Anti ABRI (AA) dan Anti Militer (SAYA). Pada tahun 2001 mereka mengubah nama band menjadi Marjinal. Dalam penelitian ini menggunakan metode Sejarah yang terdiri dari tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi menggunakan ilmu sosiologi pendukung dari Piotr Sztompka tentang sosiokultural gerakan dan Ilmu Hermeneutik dari Gadamer untuk menganalisis lagu dari Marjinal. Marjinal dengan Komunitas Taring Babi memiliki tiga karakteristik yang diidentifikasi sebagai punk, yaitu dari gaya berpakaian, musik, dan kegiatan kelompok. Dampak yang lebih luas dari Marjinals terlihat pada tahun 2008 dengan munculnya Komunitas Peccary di Kalibata, Jakarta Selatan dan dalam perkembangan selanjutnya mereka membentuk band punk bernama Crewsakan
di 2009.

Punk is a socio-cultural movement, which is expressed through music media. His performances in the United Kingdom and the United States were marked by the presence of bands such as Sex Pistols, The Clash, and The Ramones in the 1970s. Punk performances in Jakarta are marked by attracting the band Vacant and The Stupid in Jakarta the late 1980s. Punk music in Jakarta continues to grow because they make music as a medium to criticize the government. There was one punk band in Jakarta at the beginning births with the same member often use the names Anti ABRI (AA) and Anti Military (ME). In 2001 they changed the bands name to Marginal. In this research, the History method which consists of heuristic, criticism, interpretation, and historiography stages uses supporting sociology from Piotr Sztompka about the sociocultural movement and Hermeneutic Science from Gadamer to analyze songs from Marginal. Marginal with the Pig Taring Community has three characteristics that are preferred as punk, namely from the style of thinking, music, and group activities. The wider impact of the Marjinals was seen in 2008 with the change in the Peccary Community in Kalibata, South Jakarta and in subsequent developments they formed a punk band called Crewsakan in 2009"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahied Aryolaksono
"Skripsi ini membahas pengaruh dari keanggotaan Tiongkok di WTO terhadap perkembangan ekonomi dan politik domestiknya, periode 2001-2010. Tiongkok merupakan negara komunis pertama yang meliberalisasikan perekonomiannya dan ingin bergabung dengan rejim perdagangan internasional tersebut. WTO yang merupakan suatu institusi internasional memiliki prinsipprinsip dan aturan-aturan yang bersifat mengikat bagi setiap anggotanya. Bergabungnya Tiongkok ke dalam WTO menimbulkan dampak yang menarik untuk dipelajari. Skripsi ini bertujuan untuk membahas dan menganalisis seberapa besar dampak positif keanggotaan di WTO terhadap perkembangan ekonomi dan politik Tiongkok. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dalam penyajiannya dan didukung studi pustaka yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanggotaan WTO bagi Tiongkok memberikan beberapa dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan politik Tiongkok khususnya dalam ekspansi pasar, peningkatan interdependensi dan munculnya transparansi di Tiongkok.

This thesis discusses the effects of WTO membership on China's economic and political development throughout 2001-2010. China is the first country to liberalize its economy among communists and was in need for WTO membership. As a multilateral trade organization, WTO has a series of binding regulation and rules which demands total compliance from all of its members. Chinese membership's effects on domestic politics and economy is not only interesting, but also provides important lessons for studies in the political economy of development. The objective of this study is to discuss and analyze how does Chinese entry into the WTO affect its domestic economic and political transformation. This research employs qualitative research methodology with explanatory type of researh and supported by relevant literature studies as its data collecting method. It concludes that China's WTO accession provides some positive impacts on China's economic and political development, especially on the development of socialist market economy, developing interdependence and increasing economic and government transparency in China.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santosh
"Pemanasan global oleh emisi karbon telah mengakibatkan perubahan iklim di dunia yang berdampak buruk terhadap kehidupan makhluk hidup. Di sisi yang lain kebutuhan energi semakin meningkat setiap tahun karena pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan elektrifikasi peralatan. Pembangkitan listrik di Indonesia selama ini mayoritas menggunakan pembangkit energi fosil yang menghasilkan emisi karbon. PT. PLN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan untuk mengelola sistem kelistrikan di Indonesia. PT. PLN (Persero) melalui Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030 menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan (PLT EBT) salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di sistem tenaga listrik Sulawesi Bagian Selatan. Penggunaan PLTB diharapkan dapat mengurangi emisi karbon. Namun integrasi WPP menimbulkan permasalahan lain pada sistem yang ada seperti turunnya tegangan, bertambahnya pembebanan peralatan, meningkatnya arus hubung singkat dan menurunnya stabilitas. Maka perlu dilakukan studi untuk efek integrasi PLTB ke sistem eksisting. Dengan menggunakan software DIgSILENT Power Factory dilakukan simulasi Load Flow, Short Circuit dan Transient Analysis. Kemudian dilakukan analisis keekonomian meliputi perhitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), profitability index (PI), pay back periode (PBP) dan levelized cost of energy (LCOE). Kemudian juga akan dilakukan analisis sensitivitas LCOE terhadap perubahan nilai tingkat inflasi, tingkat diskonto, faktor kapasitas, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya investasi awal dan jangka waktu penjualan energi listrik terkontrak PLTB. Analisis-analisis ini dilakukan untuk membantu pengambilan keputusan. Penggunaan PLTB pada persentasi kapasitas tertentu dari kapasitas beban atau pembangkitan total pada sistem eksisting tidak akan mengganggu kestabilan sistem karena masih ditopang oleh pembangkit dengan respon cepat saat produksi PLTB variabel. Penurunan tegangan, pembebanan peralatan, dan arus hubung singkat juga tidak akan melebihi nilai desain sistem. Dengan asumsi tertentu, pembangunan PLTB baru layak secara ekonomi dengan LCOE sebesar 8,93 cUSD/kWh. Perubahan nilai faktor kapasitas PLTB memiliki pengaruh paling besar terhadap perubahan nilai LCOE.

Global warming due to carbon emissions has resulted in climate change in the world which has a negative impact on the lives of living things and occurs slowly. On the other hand, electricity demand is increasing every year due to increasing in human population, economic growth and equipment electrification. So far, most of the electricity generation in Indonesia uses fossil energy power plants which produce carbon emissions. PT. PLN (Persero) is a State-Owned Enterprise tasked with managing the electricity system in Indonesia. PT. PLN (Persero) through the General Plan for Electricity Supply (RUPTL) for 2021-2030 is targeting the construction of  New and Renewable Energy Power Plants (NRE PP), one of which is the Wind Power Plant (WPP) in the Southern Sulawesi electric power system. The use of WPP is expected to reduce carbon emissions. However, the integration of WPP causes other problems in the existing system such as dropped voltage, increased equipment loading, increased short circuit current and decreased stability. So, it is necessary to conduct a study on the effects of integrating  WPP into the existing system. Using DIgSILENT Power Factory software, Load Flow, Short Circuit and Transient Analysis simulations were carried out.. Then an economic analysis was carried out including calculating net present value (NPV), internal rate of return (IRR), profitability index (PI), payback period (PBP) and levelized cost of energy (LCOE). Then an LCOE sensitivity analysis will also be carried out to changes in the value of the inflation rate, discount rate, capacity factor, operation and maintenance (O&M) costs, initial investment costs and the contract term for WPP electricity sales. These analysis are carried out to assist decision making. The use of WPP at a certain capacity percentage of the total load or generation capacity of the existing system will not disrupt the stability and quality of the system's power because it is still supported by the fast response generators in the system as spinning reserves during variable WPP production. Also voltage drop, equipment loading and short circuit current will not exceed the design value of the system. With certain assumption, new WPP development is economically feasible with LCOE 8,93 cUSD/kWh. Changes in the value of the WPP capacity factor have the greatest influence on changes in the LCOE value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhapsagita Malist Pamasiwi
"Tiongkok merupakan negara yang tertutup dan cenderung agresif dalam menjalankan hubungan luar negerinya. Selama tiga dekade terakhir, pertumbuhan kapabilitas Tiongkok secara besar-besaran menimbulkan kecurigaan bagi negara-negara lainnya di kawasan, tidak terkecuali ASEAN. Memasuki akhir tahun 1990an, Tiongkok kemudian mengubah pendekatannya dengan menerapkan konsep keamanan baru dalam menjalin kerjasama dengan ASEAN. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini bertujuan memahami alasan Tiongkok dengan menerapkan konsep keamanan baru dan berusaha mengetahui keterkaitan konsep keamanan baru Tiongkok dengan kondisi soft power Tiongkok di ASEAN. Untuk memahami kedua hal tersebut, tulisan ini menggunakan konsep reassurance dan soft power sebagai kerangka berpikir. Konsep reassurance yang merupakan cara yang dilakukan negara untuk meyakinkan negara lain terhadap intensi baik yang dimilikinya. Dalam penerapannya, strategi ini ternyata dapat memiliki peran dalam peningkatan soft power suatu negara. Berdasarkan asumsi di atas, akan dianalisis alasan Tiongkok menerapkan konsep keamanan baru sebagai strategi reassurance dan dampaknya terhadap soft power Tiongkok di ASEAN.

Before the late 1990s, China’s overtly aggressive actions in the South China Sea and its unwillingness to engage the region on a multilateral basis led to mistrust and fear on ASEAN. Moreover, China’s overwhelming development in economy and defense has strengthens the rise of “China threat” perception. Since the late 1990s, however, China’s policy toward ASEAN has shifted from one based on coercive behavior to regional institutions and accommodating approach based on active participation in ASEAN-based fora and a willingness to undertake actions that give the appearance of embracing ASEAN diplomatic norms. China promotes the implementation of its New Security Concept in any cooperation with ASEAN to gain trust and legitimacy. To provide the analysis, this writing takes reassurance and soft power theory as analytical framework. Reassurance is a strategy aim to reassure others about their benign intentions. Apparently, the application of this strategy could bring significant effect on the rise of soft power. By using qualitative method, this writing intent to understand why China implements the New Security Concept and observe its relevance with China’s Soft power in ASEAN."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harisah Aini Auliya
"New Zealand-Cina Free Trade Agreement pertama kali resmi pada tahun 2008 lalu tahun 2016 kedua negara setuju untuk upgrade kerjasama. Selandia Baru sebagai salah satu rekan dagang Cina menikmati keuntungan perdagangan dengan Cina sejak kerjasama NZCFTA disahkan terlihat dari data ekspor ke Cina. Tidak seperti rekannya, Selandia Baru bukan satu-satunya mitra dagang Cina. Bahkan total perdagangan Cina dengan Australia lebih besar dan secara lokasi lebih dekat dari Cina. Penelitian ini mengulas tentang alasan Cina meningkatkan kerjasama dengan Selandia Baru dalam NZCFTA meskipun tidak meraup keuntungan yang substansial di perdagangannya dibanding dengan Australia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksplanatif yang menjelaskan kausalitas kerjasama NZCFTA bagi Cina di kawasan Indo-Pasifik dan OBOR sebagai instrumen ekonomi untuk melakukan geopolitik. Hubungan Cina dan Selandia Baru dapat dijelaskan dengan hubungan asymmetrical interpendence sementara motif dibalik sikap Cina ini ditangkap menggunakan teori motives of FTA dari Solis-Katada. Keuntungan asimetris Cina dalam NZCFTA terlihat saat melihat beragam proyek yang disepakati di Selandia Baru semakin meningkat walau tidak bernuansa perdagangan Cina meningkatkan kerjasama dengan Selandia Baru karena tujuan dan motif geopolitik Cina dikawasan Indo-Pasifik.

The New Zealand-China Free Trade Agreement was first official in 2008 then in 2016, the two countries agreed to upgrade cooperation. New Zealand as one of China's trading partners has enjoyed trade advantages with China since the NZCFTA cooperation was legalized, it can be seen from the export data to China. Unlike its counterpart, New Zealand is not China's only trading partner. In fact, China's total trade with Australia is larger and closer in location from China. This study examines the reasons for China to increase cooperation with New Zealand in NZCFTA even though it does not reap large profits in its trade compared to Australia. This study uses an explanatory qualitative method that explains the causality of NZCFTA cooperation for China in the Indo-Pacific
region and OBOR as an economic instrument to conduct geopolitics. China and New Zealand can be explained by an asymmetrical interdependence relationship while the motive behind China's attitude is captured using Solis-Katada's motive of FTA theory. China's asymmetrical advantage in NZCFTA is seen when the various projects agreed in New Zealand are increasing even though they are not trade nuances. China is increasing cooperation with New Zealand because of China's geopolitical goals and motives in the Indo-Pacific region.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Dian Trisnawati
"ABSTRAK
Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan sosial yang harus diatasi karena mengakibatkan berbagai macam kerugian ekonomi dan psikologis. Kriminalitas termasuk fenomena spasial karena terdapat kecenderungan bahwa tingkat kriminalitas suatu daerah mempengaruhi tingkat kriminalitas di daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan spasial tingkat kriminalitas antar provinsi-provinsi di Indonesia dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang signifikan mempengaruhi tingkat kriminalitas diantara household expenditure, tingkat pengangguran terbuka, persentase siswa SMA dropout, persentase polisi, persentase penduduk miskin, dan indeks gini.
Penelitian ini menggunakan data panel 33 provinsi selama periode 2007-2013, yang dianalisis secara deskriptif dan ekonometrika menggunakan regresi data panel dan regresi spasial data panel. Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan spasial tingkat kriminalitas di Indonesia. Model terbaik yang dapat menggambarkan tingkat kriminalitas adalah spatial autocorrelation (SAC) yang menunjukkan adanya keterkaitan spasial baik pada variabel dependen maupun errornya. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat kriminalitas di Indonesia selama periode 2007-2013 adalah indeks gini, persentase siswa SMA dropout, dan tingkat pengangguran terbuka. Dengan α=1% indeks gini menunjukkan variabel yang paling berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kriminalitas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan ekonomi antar masyarakat dapat memicu terjadinya aktifitas kriminal.

ABSTRACT
Crime is a social problem that must be solved because it resulted in a wide range of economic and psychological losses. Crime is one of spatial phenomena because there is a tendency that a local crime rate affects the crime rate in surrounding area. This study aims to investigate the spatial linkages of crime rate among the provinces in Indonesia and to identify what factors are significantly affecting the crime rate among household expenditure, unemployment rate, the percentage of high school students drop out, the percentage of the police, the percentage of poor people, and the index gini.
This study uses panel data of 33 provinces during the period 2007-2013, were analyzed using descriptive and econometric panel data regression and spatial regression panel data. The result indicates that there is a spatial linkages of crime rate in Indonesia. The best model that can capture the crime rate is spatial autocorrelation (SAC) which shows the spatial relationship both on the dependent variable and error. Significant factors that affecting the crime rate in Indonesia for period 2007-2013 are the gini index, the percentage of high school dropouts, and the unemployment rate. With α = 1% gini index is the most influence variable that increase the crime rate. This indicates that the economic disparities between communities may lead to criminal activity.
"
2016
T44800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>