Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Lulli Aliati
"Sekolah merupakan institusi yang membantu seseorang mencapai perkembangan fisik dan emosional, intelektual, vokasional, sosial, estetika dan moral (Mok & Flynn, 1997). Bagi remaja, sekolah berperan untuk membentuk dirinya. Pada saat seseorang berada di usia remaja, ia duduk di bangku SMP dan SMA Salah satu hal yang berpengaruh dalam kepribadian seseorang adalah harga diri. Harga diri adalah keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya berharga, penting, mampu menghadapi tantangan dalam hidup, serta layak mendapatkan kebahagiaan (Coopersmith, 1967). Tinggi rendahnya harga diri seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan kehidupan. Apabila seseorang rrjemiliki harga diri tinggi, maka ia akan melihat kehidupannya secara lebih positif (Frey & Carlock, 1983). Ketika seseorang memandang sekolahnya secara positif maka tingkat kualitas kehidupan sekolahnya pun diperkirakan positif.
Kualitas kehidupan sekolah adalah persepsi siswa mengenai aspek formal dan informal dari sekolah, pengalaman sosial dan pengalaman yang berhubungan dengan fiigas dan hubungan individu dengan figur otoritas di sekolah serta dengan teman-temannya (Schmidt, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan kualitas kehidupan sekolah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMA dengan jumlah 69 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik non-probability sampling, yaitu incidental sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala.
Untuk mengukur kualitas kehidupan sekolah, digunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan aspek psikososial, aspek fisik, aspek pembelajaran dan aspek organisasional. Untuk mengukur harga diri, digunakan alat ukur yang disusun berdasarkan SelfEsteem Inventory (SEI) oleh Coopersmith yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini dengan domain orang tua, domain teman sebaya, domain sekolah dan domain umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kualitas kehidupan sekolah pada siswa kelas 2 SMA. Artinya hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nul ditolak, nilai korelasi (r) adalah 0, 449, dan signifikan pada los 0.05. Harga diri individu memiliki hubungan yang resiprokal dengan kualitas kehidupan sekolah.
Kepuasan yang dirasakan siswa terhadap kehidupan sekolahnya akan membawa dampak pada harga diri siswa. Demikian pula dengan harga diri yang dimiliki siswa, dengan harga diri yang dimiliki, cara pandang siswa terhadap sekolahnya akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan harga dirinya. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan melihat hubungan antara setiap domain harga diri dengan setiap aspek pada kualitas kehidupan sekolah. Untuk saran praktis, diharapkan agar guru dan penyelenggara pendidikan lebih memperhatikan harga diri siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sekolah. Untuk orang tua diharapkan agar orang tua mempunyai hubungan yang baik dengan anak. Hubungan orang tua dengan anak yang baik dapat membuat harga diri anak meningkat Sedangkan untuk konselor agar dapat membantu anakanak yang mempunyai harga diri yang rendah agar mereka dapat berkembang lebih baik dan menikmati kehidupan sekolahnya secara positif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Yulia W. S.
"ABSTRAK
Keputusan karir remaja merupakan masalah penting dan perlu diperhatikan.
Erikson mengatakan bahwa kemampuan memilih dan menentukan keputusan karir
pada masa remaja merupakan pemecahan masalah identitas remaja sehingga
ketidakmampuan memilih dan menentukan karir dapat menganggu perkembangan diri
remaja (dalam Seligman, 1994). Remaja yang mampu membuat keputusan karir pada
masa ini ternyata cenderung memiliki keberhasilan akademik yang lebih tinggi daripada
remaja yang tidak membuat keputusan karir (Seligman, 1994). Remaja yang tidak
mampu membuat keputusan karir dengan mantap dapat mengalami berbagai kesulitan
pada saat mereka terjun di dunia kerja antara lain: cemas dan tidak yakin menghadapi
dunia kerja, ketidakpuasan kerja bahkan mengalami kegagalan (Mappiare, 1992).
Untuk meningkatkan daya saing angkatan kerja Indonesia dalam menghadapi
era globalisasi, potensi karir individu sebelum masuk ke dunia kerja perlu ditingkatkan
sejak awal antara lain sejak masa remaja. Masa remaja merupakan saat penting dalam
perkembangan karir karena merupakan masa persiapan terakhir individu sebelum
memasuki dunia kerja. Berbeda dengan masa perkembangan sebelumnya, pada masa
ini remaja dituntut untuk membuat keputusan karir yang akan menentukan arah
kehidupan berikutnya. Bila remaja mampu membuat keputusan karir dengan baik, hal
ini dapat meningkatkan keberhasilan mereka dalam menghadapi dunia kerja dan
memperkecil kemungkinan mereka mengalami kegagalan. Penelitian Tumer & Helms
(1995), Zanden (1993), dan Grotevant & Durret (dalam Papalia & Olds, 1993)
menunjukkan gejala-gejala adanya remaja yang mengalami kesulitan dalam
menentukan keputusan karir. Banyak yang mengalami kebimbangan dan tidak mampu
memilih karir kemudian menunda keputusan karir mereka, sampai pada saatnya
mereka harus memilih mereka tidak memiliki cukup waktu untuk memilih dengan baik.
Sampai saat ini tampaknya belum ada data yang sistematis mengenai status
keputusan karir remaja di Indonesia.
Untuk meningkatkan potensi remaja dalam memilih dan menentukan karir,
orangtua perlu meningkatkan keterlibatan mereka dalam perkembangan karir remaja
(Palmer & Cochran, 1991). Walaupun dalam kehidupan remaja orangtua tidak lagi
menjadi tokoh sentral, namun, sehubungan dengan merencanakan karir remaja masih
membutuhkan nasehat dan saran-saran dari orangtua khususnya mengenai masalahmasalah
keuangan, pendidikan, dan rencana karir (Papalia & Olds, 1992) Beberapa
penelitian terdahulu (Palmer & Cochran, 1988; Papalia & Olds 1993; Blustein, 1991)
mengungkapkan pendingnya dukungan orangtua terhadap perkembangan karir remaja
namun ada pula gejala-gejala yang menunjukkan bahwa keterlibatan (dukungan) orangtua dalam karir remaja justru mempersulit posisi remaja dalam menentukan
depan mereka. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin melihat (a) gambaran status
keputusan karir remaja, (b) gambaran dukungan orangtua terhadap keputusan karir
remaja, (c) apakah ada hubungan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir
dengan status keputusan karir remaja, dan (d) bentuk dukungan yang paling berperan
terhadap status keputusan karir remaja.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 184 murid kelas III SMUK
III, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instumen pertama untuk mengukur status keputusan karir remaja
(Skala Keputusan Karir) dan instrumen yang kedua untuk mengukur dukungan
orangtua terhadap keputusan karir remaja (Skala Dukungan Orangtua).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian ini telah memiliki
keputusan karir dengan taraf keyakinan tergolong cukup yang berarti subyek penelitian
cukup yakin bahwa keputusan karir yang dipilih sesuai dengan keadaan dirinya. Secara
umum subyek menilai orangtua mereka telah memberikan dukungan terhadap
keputusan karir remaja dengan baik. Penelitian ini juga mengungkapkan adanya
hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir dengan
status keputusan karir remaja. Semakin tinggi dukungan orangtua yang diterima
subyek maka semakin tinggi pui a status keputusan karir subyek, sebaliknya semakin
rendah dukungan orangtua yang diterima subyek maka semakin rendah pula status
keputusan karir subyek. Dukungan orangtua terdiri dari 6 bentuk yaitu bimbingan,
bantuan instrumental, keberadaan orangtua sebagai sekutu yang dapat diandalkan,
kelekatan orangtua-anak, pengakuan akan kemampuan subyek dan kesamaan minat
antara orangtua dan remaja. Dari keenam bentuk dukungan tersebut, ternyata
dukungan pengakuan paling berperan terhadap status keputusan karir remaja.
Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan agar pengukuran variabel
dukungan orangtua terhadap keputusan karir remaja juga dilakukan terhadap orangtua
subyek dan difokuskan pada seluruh tahap-tahap perkembangan subyek agar
didapatkan gambaran yang lebih terintegrasi yaitu sejak masa kanak-kanak awal
sampai masa remaja. Selain itu untuk mempertajam hasil penelitian, subyek penelitian
diambil berdasarkan asal sekolah yang lebih beragam (SMU Negeri) dengan jumlah
subyek yang berasal dari jurusan IPA/IPS yang seimbang, suku, pekerjaan dan
penghasilan orangtua yang lebih beragam. Dengan karakteristik responden yang lebih
beragam ini diharapkan hasil penelitian akan lebih kaya dan tajam mengungkapkan
jenis intervensi (dukungan orangtua) yang paling sesuai untuk meningkatkan
perkembangan karir remaja dengan kondisi-kondisi yang lebih beragam."
1998
S2952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartini Nara
"Hasil penelitian Post-Kommer dan Perrone (dalam Isaacson, 1996), diketahui bahwa 30 % dari siswa berbakat di sekolah menengah yang menjadi responden penelitian merasa tidak siap dalam membuat keputusan mengenai karir mereka. Menurut Santrock (2003), orang tua dan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat pada pemilihan karir remaja. Suasana yang ada dalam keluarga banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, intelektual, konsep diri, dan selanjutnya juga mempengaruhi proses pemilihan karir. Suasana dalam keluarga terkait erat dengan pola asuh yang digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya sehari-hari apakah otoriter (Authoritarian), permisif (Permissive) atau otoritatif (Authoritative) (Baumrind dalam Santrock, 2003).
Hal lain yang diduga mempengaruhi pemilihan karir adalah persepsi jender. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten dibandingkan laki-laki, penyatuan stereotip jender ke dalam konsep diri anak memicu anak perempuan ke arah rasa kurang percaya diri dibandingkan dengan anak laki-laki dalam kemampuan intelektual umum mereka. Kurangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan anak perempuan memiliki harapan yang rendah untuk berhasil pada kegiatan akademis dan pekerjaan (Santrock, 2002).
Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 8 hipotesis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh (otoriter, otoritatif, permisif) dan persepsi jender secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemilihan karir pada siswa akselerasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki.. Sampel penelitian adalah siswa kelas 2 program akselerasi dari 4 sekolah di Jakarta sebanyak 47 siswa. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearsons Product Moment, Multiple Regression dengan metode step wise dan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif dengan pemilihan karir tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif dengan pemilihan karir. Ditemukan juga ada hubungan yang signifikan antara persepsi jender dengan pemilihan kanr. Sedangkan secara bersama-sama, pola asuh otoriter, otoritatif, permisif dan persepsi jender memberikan sumbangan yang bermakna terhadap pemilihan karir namun hanya pola asuh otoritatif yang memberikan sumbangan sedangkan dua pola asuh yang lain tidak. Temuan yang cukup menarik adalah tidak adanya perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki, hal ini mengindikasikan adanya pergeseran cara pandang kaum muda terhadap peran jender tradisonal.
Saran kepada orang tua agar lebih mengutamakan penggunaan pola asuh otoritatif daripada dua pola asuh yang lain. Berusaha menjadi sahabat dan mendengarkan keinginan anak adalah salah satu cara untuk membantu mengarahkan mereka dalam pemilihan karir. Disarankan kepada guru bimbingan konseling agar lebih proaktif membantu anak akselerasi, mengeksplorasi berbagai informasi karir baik melalui penjelasan langsung maupun melalui media cetak dan elektronik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Jihan Khusna
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara parent attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Responden penelitian ini adalah siswa SMA kelas 12 di Jakarta, sebanyak 272 orang. Parent attachment diukur dengan menggunakan alat ukur IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version yang disusun oleh Greenberg dan Armsden (2009). Adaptabilitas karir diukur dengan Skala Adaptabilitas Karir yang disusun oleh Indianti (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara parent attachment dengan adaptabilitas karir (r = 0,281, p<0,01). Artinya semakin tinggi parent attachment, maka semakin tinggi adaptabilitas karirnya. Ditemukan pula bahwa attachment pada ibu berkontribusi lebih besar terhadap adaptabilitas karir, dibandingkan dengan attachment ayah. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting untuk membangun attchment antara orangtua dengan remaja agar memiliki adaptabiltas karir yang baik.

The research aims to get the correlation between parent attachment and career adaptability on 12th grader senior high school students. The participants of this research are the 12th grader senior high school students in Jakarta, amounts 272 students. Parent attachment was measured by measurement tools IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version made by Greenberg and Armsden (2009). On the other hand, career adaptability measured by measurement tools Career Adaptability Scale made by Indianti (2015). The results indicates that there are positive and significant relations between parent attachment and career adaptability (r = 0,281, p<0,01). Which means, the higher amount of parent attachment, the higher career adaptability. Result also showed that mother attachment gives more contributions to career adaptability than father attachment. Based on this results, its important to build attachment betweeen parent and adolescence to have a good career adaptability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara peer attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Pengukuran peer attachment dilakukan dengan alat ukur Inventory of Parental and Peer Attachment (IPPA) ? Revised Peer Version (Armsden & Greenberg, 2009). Untuk pengukuran adaptabilitas karir menggunakan modifikasi alat ukur Skala Adaptabilitas Karir oleh Indianti (2015). Partisipan berjumlah 272 dari siswa kelas 12 SMA Negeri dan Swasta di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara peer attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12 (r=0,225 dan p=0,000, signifikan pada LoS 0.01). Artinya, semakin tinggi peer attachment seseorang semakin tinggi pula adaptabilitas karirnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi siswa SMA kelas 12 untuk memiliki adaptabilitas karir yang baik dalam memilih jurusan kuliah, dan bagaimana hubungan peer attachment dapat berpengaruh pada adaptabilitas karir siswa SMA kelas 12.

This research aimed to find the correlation between peer attachment and career adaptability among 12th grader senior high school students. Peer attachment was measured using the Inventory of Parental and Peer Attachment (IPPA) - Revised Peer Version, Armsden & Greenberg (2009). Career Adaptability was measured using modification from the Career Adaptability Scale by Indianti (2015). The participants of this research are 272 senior high school student grade 12th, both state and private school in Jakarta. The result of this research found that positive correlation between peer attachment and career adaptability among 12th grader senior high school student (r=0,225 and p=0,000, significant at LoS 0.01). The higher peer attachment of student, the more career adaptability they had. Based on this result, its important for 12th grader senior high school student to have a good career adaptability in order to choose and preparing the next level education, and how peer attachment relationship among students can effect career adaptability for 12th grader senior high school student.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Apriyanti Harandavina
2010
S3664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramwidya Mazmur Novia
"Masa remaja adalah masa untuk memilih dari berbagai macam pilihan yang berkaitan dengan karier masa depan. Salah satunya adalah memilih peminatan di SMA yang dalam kurikulum 2013 dilakukan pada waktu siswa duduk di kelas 10. Proses memilih peminatan erat kaitannya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Salah satu faktor yang dapat membantu siswa untuk dapat mencapai efikasi diri pengambilan keputusan karier adalah persepsi siswa mengenai dukungan sosial yang didapatkan dari guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi mengenai dukungan dari guru, yaitu guru bidang studi dan guru BP/BK, dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa SMA kelas 10. Partisipan penelitian ini terdiri dari 200 orang siswa SMA kelas 10 di Depok yang telah memilih peminatan.Persepsi dukungan guru diukur menggunakan Teacher Support Scale dari McWhirter (1997, dalam Metheny, McWhirter, & O’Neil, 2008) dan efikasi diri pengambilan keputusan karier diukur dengan Career Decision Self-Efficacy Scale dari Taylor dan Betz (1983, dalam Taylor & Betz, 2006) yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti. Korelasi antara persepsi dukungan guru, baik guru bidang studi maupun guru BP/BK, dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.

Adolescence is a time to choose from a wide variety of career options related to the future. One of them is to choose a specialization in high school which in the Kurikulum 2013 performed when students sitting in 10th grade. The process of selecting specialization is closely related to career decision-making self-efficacy. One of the factors that can help adolescents reach their career decision-making self-efficacy is the perception of students regarding social support obtained from the teacher. The purpose of this study was to determine the relationship of perceived support from teachers, which is divided as subject teachers and schoolcouselors, with the career decision-making self-efficacy on 10th grade students in high school. The participants of this study are 200 10th grade students in senior high school in Depok who have chosen specialization. Perceived teacher support was measured using the Teacher Support Scale from McWhirter (1997, in Metheny, McWhirter, & O'Neil, 2008 ), and career decision-making self-efficacy was measured using the Career Decision Self -Efficacy Scale from Taylor and Betz (1983, in Taylor & Betz, 2006) which has been adapted and modified by the researcher. The correlation between perceived teacher support, both subject teachers and school-counselors, with career decision-making self-efficacy showed significant results. The results will be discussed further.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmawati Indah Purnamasari
"ABSTRAK
Efikasi diri pengambilan keputusan karier diprediksi oleh status identitas. 191 partisipan, yaitu siswa kelas X SMA Negeri dan Swasta yang telah mengambil keputusan peminatan, memberikan respon pada Extended Objective Measure of Ego Identity Status 2 (EOM-EIS 2) yang mengukur status identitas. Partisipan juga memberikan respon pada Career Decision Self-Efficacy – Short Form (CDSE-SF) yang mengukur efikasi diri pengambilan keputusan karier. Dari pengujian hipotesis menggunakan One Way Anova, didapatkan nilai F (3, 187) = 6.319, p < 0.05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan mean efikasi diri pengambilan keputusan karier berdasarkan status identitas siswa kelas X SMA. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara status identitas dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Dari analisis post hoc menggunakan Tukey HSD, didapatkan hasil bahwa mean efikasi diri pengambilan keputusan karier berbeda secara signifikan antara kelompok identity achievement, foreclosure dan identity diffusion. Tidak terdapat perbedaan mean efikasi diri pengambilan keputusan karier berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pengembangan penelitian lanjutan serta kepentingan konseling didiskusikan.

ABSTRACT
Career decision making self-efficacy was predicted by identity status. The 191 participants – tenth grade students who have already made career decision – gave responses to Extended Objective Measure of Ego Identity Status 2 (EOM-EIS 2) which measured identity status. They also gave responses to Career Decision Self- Efficacy – Short Form (CDSE-SF) which measured career decision self-efficacy. Statistical analysis used One Way Anova showed F (3, 187) = 6.319, p < 0.05. It means there is significant difference between mean score of career decision making self-efficacy based on identity status of tenth grade student. In conclusion, there is correlation between identity status and career decision making self- efficacy. Post hoc analysis using Tukey HSD showed significant mean different between mean score career decision making self-efficacy between identity achievement, foreclosure, and identity diffusion. There is no significant mean difference of career decision self-efficacy based on age and gender. Implications for counseling and future research are discussed.""
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Dwi Agustin
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>