Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nirmala Ika Kusumaningrum
"ABSTRAK
Masa dewasa muda merupakan suatu masa yang cukup sulit, karena masa itu merupakan masa persiapan dimana seseorang mulai memikirkan perkawinan dan persiapan membentuk sebuah keluarga. Namun disisi lain masa tersebut juga merupakan suatu masa isolasi, dengan masuknya seseorang ke dunia keija dan makin berkurangnya ketergantungan dengan keluarga. Pada masa ini kehadiran teman, sahabat dan khususnya kekasih sangat berarti bagi seseorang, ketidak hadiran orang-orang tersebut dapat menimbulkan perasaan kesepian. Perasaan kesepian itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya harga diri yang dimiliki seseorang. Dalam usaha mempertahankan hubungan yang sudah dimiliki dengan pasangannya, orang sering dituntut untuk melakukan pengorbanan. Namun bentuk pengorbanan yang diberikan itu bisa bermacam-macam, salah satunya adalah dengan mau melakukan hubungan seksual pranikah. Dari penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa orang yang memiliki harga diri rendah cenderung lebih permisif terhadap perilaku seksual pranikah. Untuk itu dibuat penelitian ini untuk melihat apakah perasaan kesepian dengan kontrol dari harga diri berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk mau berkorban dengan melakukan hubungan seksual pranikah. Dan juga akan dilihat apakah kesepian akan berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk berkorban dengan melakukan hubungan seksual pranikah atau malah harga diri seseorang yang akan berpengaruh terhadap hal tersebut.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan seksual pranikah dari lingkup usia dewasa muda, karena selama ini penelitian mengenai hal tersebut lebih banyak dilakukan dikalangan remaja. Selain itu juga untuk mencoba mengangkat masalah pengorbanan sebagai salah satu alasan dari tujuan melakukan hubungan seksual pranikah.
Teori yang digunakan sebagai landasan meliputi kesepian, harga diri, hubungan seksual pranikah dan pengorbanan serta batasan tentang usia dewasa muda.
Dalam penelitian ini ada 3 buah kuesioner yang digunakan yaitu UCLA Loneliness Scale, Sel/ Esteem Inventory dan vignet yang berisi 3 macan cerita yang masing-masing memberikan stimulasi yang berbeda-beda terutama pada alasan mengapa seorang wanita mau berkorban. Perbedaan alasan pengorbanan yang diberikan adalah karena ketakutan akan munculnya perasaan kesepian sosial, perasaan kesepian emosional dan karena cinta terhadap pasangannya. Perhitungan yang digunakan adalah dengan menghitung coefficient contingency dengan menggunakan chi-square sebagai dasar perhitungannya. Sehingga hasil yang di dapat bisa dianalisa secara lebih mendalam.
Data yang diperoleh dari dari hasil perhitungan terhadap 109 subyek, menunjukkan bahwa subyek sudah memenuhi karakteristik sampel yang dibutuhkan dan penyebaran subyek sudah terbagi cukup merata. Namun ternyata sebagian besar subyek memiliki tingkat kesepian yang rendah dan harga diri yang cukup tinggi.
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa perasaan kesepian tidak berhubungan dengan kesiapan seseorang untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan harga diri berhubungan dengan kesepian seseorang untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah hanya jika pengorbanan itu dilakukan karena ketakutan akan munculnya perasaan kesepian emosional. Dan harga diri sebagai variabel kontrol juga tidak berpengaruh terhadap hubungan antara perasaan kesepian yang dirasakan seseorang dengan kesiapannya untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah.
Saran yang diajukan untuk penelitian ini adalah memperbesar jumlah sampel sehingga dapat diperoleh orang-orang yang memang memiliki tingkat kesepian yang tinggi dan harga diri yang rendah. Selain itu ada baiknya jika dilakukan penelitian lain yang juga berkaitan dengan masalah pengorbanan. Karena dari penelitian ini muncul kenyataan bahwa sebagian besar subyek menerima bahwa dalam suatu hubungan memang memerlukan pengorbanan namun saat ini mereka belum dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai suatu bentuk pengorbanan."
2000
S2876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primadona Melodiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michiko Listiyo Komala
"Mengambil keputusan merupakan tindakan yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari Pengambilan keputusan adalah proses mencari informasi tentang alternatif-alternatif` yang relevan dan membuat pilihan yang tepat (Atwater,1983). Empat tahap pencarian informasi sebelum pengambilan keputusan, meliputi : screening, memilih alternatif yang paling menjanjikan, dominance building, dan jika tidak berhasil, kembali ke masalah dan memilih altenatif yang paling menjanjikan (Montgomery dalam Lewicka, 1997). Menurut teori subjective expecred ulility, variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan adaiah subjective probability dan utility (Lewicka, 1997).
Pcngambilan keputusan terdiri dari yang sederhana. sampai yang kompleks,seperti memutuskan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Saat ini, remaja kota dan daerah banyak yang telah melakukan hubungan seksual pranikah (“Prilaku’°, 2001; “93%”, 2001; “Remaja”, 2001). Padahal banyak akibat negatif yang dapat ditimbulkan dari hubungan seksual pranikah (Sarwono, 1991). Salah satunya adalah kehamilan di Iuar nikah_ Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mencatat bahwa setiap tahunnya diperkirakan terjadi 1,5 juta kehamilan yang tidak dikehendaki dan sebagian besar dialami oleh remaja yang belum menikah (“Banyak", l999). Dibandingkan dengan remaja awal, remaja akhir lebih kompeten dalam mengambil keputusan (Rice, 1999). Jadi seharusnya remqa akhir sudah lebih mampu membuat keputusan daripada remaja awal. Tetapi mengapa ada remaja akhir yang memutuskan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran proses pengambilan keputusan remaja akhir untuk melakukan hubungan seksual pranikah,dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran proses pengambilan keputusan yang lebih menyeluruh, dan sesuai dengan makna yang dirasakan individu. Subyek penelitian ini berjumlah sepuluh orang, lima perempuan dan lima laki-laki. Karakteristik subjck penelitian ini meliputi 2 remaja yang bemsia 16 - 24 tahun,berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, belum pernah menikah, yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah, dan remaja yang bukan melakukan hubungan seksual pranikah sebagai pekerjaan Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner (motivasi dan religiusitas). Analisa data dilakukan secara dua tahap, Tahap pertama, analisa dilakukan pada masing-masing kasus. Tahap kedua, analisa dilakukan secara antar kasus.
Dengan demikian, peneliti berharap dapat diperoleh suatu pola proses pengambilan keputusan untuk melakukan hubungan seksual pranikah secara individu dan secara ummm. Pada penelitian ini ditemukan bahwa masalah umum yang dialami remaja akhir adalah adanya ajakan untuk melakukan hubungan seksual dari pacar. Dalam proses pengambilan keputusan, remaja akhir dipengaruhi oleh emosional utility sehingga mereka memberikan nilai positif terhadap hubungan seksual pranikah Remaja akhir juga merasa yakin terhadap kemungkinan keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan (subjeclive probability) jika melakukan hubungan seksual pranikah Temuan lain penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab remaja akhir melakukan hubungan seksual pranikah, motivasi remaja akhir untuk melakukan hubungan seksual pranikah, religiusitas remaja akhir dan hubungan seksual pranikah, penilaian remaja akhir tentang hubungan seksual pranikah, inisiatif pihak perempuan untuk melakukan hubungan seksual pranikah, keutuhan keluarga dan hubungan seksual pranikah remaja akhir, dan keterbukaan subjek dalam menjawab pertanyaan peneliti
Saran praktis yang didapat dari penelitian ini meliputi : informasi tentang hubungan seksual pranikah diberikan sejak dini mengikuti perkembangan seksual remaja; perbanyak kesempatan untuk latihan dan diskusi tentang pengambilan keputusan dengan topik fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan schari-hari orangtua dan anggota keluarga lain mengawasi perilaku seksual anak mereka di rumah dan memberikan kegiatan kepada remaja yang sesuai dengan minat dan hobi sehingga remaja dapat menggunakan waktu mereka dengan kegiatan yang berguna."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Setiadi
"[ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa, ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Semakin muda umur remaja melakukan hubungan seksual, semakin besar resiko terjadinya penularan penyakit-penyakit infeksi menular seksual, kehamilan tak diinginkan, dan aborsi. Data SDKI 2012 menyatakan umur remaja Indonesia yang telah melakukan hubungan seksual pranikah berkisar antara 9 – 24 tahun. Prevalensi remaja yang belum menikah yang telah melakukan hubungan seksual sebesar 8,3 % laki-laki dan remaja perempuan sebesar 1%. Suwarni (2009) menyatakan bahwa 14,7% remaja SMA di Pontianak telah melakukan intercourse (hubungan seks) pranikah dan proporsi remaja yang melakukan hubungan seksual di Semarang sebesar 12,1% (Azinar, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan ketahanan remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual pranikah. Proporsi kumulatif ketahanan remaja sebesar 92,6% dengan rata-rata usia pertama kali melakukan hubungan seksual pranikah 15,8 tahun. Determinan ketahanan remaja meliputi perilaku rangsang seksual (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), perilaku mabuk karena alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) dan perilaku berciuman. Hubungan antara perilaku berciuman dengan ketahanan remaja berbeda tiap satuan waktu. Diperlukan upaya penyuluhan kesehatan reproduksi yang lebih dini bukan hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan keluarga dan komunitas remaja agar perilaku hubungan seksual pranikah dapat dicegah.

ABSTRACT
Adolescent is a transition period from childhood to adulthood, signed by rapid development in physical, mental, emotional and social. Earlier sexual initiation by adolescent, increasing risk to get sexual transmitted diseases, unmeet need, teen’s pregnancies, and unsafe abortion. According to data DHS 2012, adolescent in Indonesia had have premarital sexual on 9 – 24 years old. Prevalence of unmarried boys who had have sex are 8,3 % and girls are 1%. Suwarni (2009) announced that 14,7% of high school students in Pontianak had have premarital sex. Meanwhile, based on Azinar (2013) study in Semarang, about 12,1% adolescents had it. This study aim to know determinants of adolescent’s survival not to have premarital sex. The results show that adolescent’s survival cumulative proportion is about 92,6% and age mean of sexual debut is 15,8 years old. Factors associated with adolescent’s survival not to have premarital sex are sexual arrousal behavior (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), ever drunk by alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) and kissing. The association between kissing and adolescent’s survival rate is difference in each time unit (year). Need enforcements to give earlier education about adolescent’s health reproduction, not just as formal education in high school, but also in the family and adolescent’s community to prevent premarital sex among adolescents., Adolescent is a transition period from childhood to adulthood, signed by rapid development in physical, mental, emotional and social. Earlier sexual initiation by adolescent, increasing risk to get sexual transmitted diseases, unmeet need, teen’s pregnancies, and unsafe abortion. According to data DHS 2012, adolescent in Indonesia had have premarital sexual on 9 – 24 years old. Prevalence of unmarried boys who had have sex are 8,3 % and girls are 1%. Suwarni (2009) announced that 14,7% of high school students in Pontianak had have premarital sex. Meanwhile, based on Azinar (2013) study in Semarang, about 12,1% adolescents had it. This study aim to know determinants of adolescent’s survival not to have premarital sex. The results show that adolescent’s survival cumulative proportion is about 92,6% and age mean of sexual debut is 15,8 years old. Factors associated with adolescent’s survival not to have premarital sex are sexual arrousal behavior (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), ever drunk by alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) and kissing. The association between kissing and adolescent’s survival rate is difference in each time unit (year). Need enforcements to give earlier education about adolescent’s health reproduction, not just as formal education in high school, but also in the family and adolescent’s community to prevent premarital sex among adolescents.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Luluk Lukita Wati
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S3210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Karlina Ridwan
"Maraknya perilaku agresif yang terjadi memunculkan pemikiran akan perlunya pengembangan alat ukur psikologi mengenai agresi. Tes yang mampu mengukur agresi dibutuhkan untuk memprediksi dan mengukur tingkat kekerasan pada populasi klinis, termasuk di sini pelaku tawuran pelajar. Melalui pemikiran akan perlunya pengembangan alat ukur agresi, dan keunggulan pads AQ sebagai instrumen yang mengukur agresi, maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian terhadap AQ, yang telah diadaptasi dan dimodifkasi oleh Widyastuti (1996). Karena itu, penulis melakukan uji alat ukur AQ dengan membandingkan respon siswa pelaku dan bukan pelaku tawuran pelajar.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Subyek pada kelompok tawuran pelajar merupakan siswa-siswa (laki-laki) SMK A, sementara subyek pada kelompok bukan tawuran pelajar adalah siswasiswa SMA B. Jumlah keseluruhan subyek 99 orang, dengan 50 orang clan kelompok tawuran dan 49 orang dari kelompok bukan tawuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresi pada kelompok tawuran lebih tinggi secara signifikan dibandingkan agresi pada kelompok bukan tawuran. Tingkat agresi pada kelompok bukan tawuran secara signifikan Iebih bervariasi dibandingkan pada kelompok bukan tawuran. Perbedaan agresi pada kelompok tawuran dan bukan tawuran narnpak jelas pada dimensi agresi fisik, dimana kelompok tawuran memiliki tingkat agresi fisik yang cenderung lebih tinggi sementara untuk dimensi agresi yang lain, yaitu agresi verbal, agresi marah, dan agresi benci, nampak tidak ada perbedaan signifikan pada kedua kelompok. Tingginya agresi pada kelompok tawuran dibandingkan kelompok bukan tawuran sesuai dengan asumsi peneliti dan ini menjelaskan bahwa AQ bisa membedakan individu yang cenderung agresif dan cenderung tidak agresif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nilma Maaruf
"Pada masa remaja mulai timbul dorongan seksualitas. Melakukan hubungan seksual pranikah (premarital sexual intercourse) merupakan salah satu bentuk tingkah Iaku seksual yang dapat muncul sehubungan dengan adanya dorongan seksual. Akan tetapi penyaluran itu tidak dapat begitu saja ditampilkan karena adanya aturan-aturan di masyarakat Monks dan Knoers (1984) mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi remaja untuk melakukan tingkah laku seksual karena adanya norma agama dan masyarakat yang hanya membolehkan hubungan seksual dalam perkawinan. Adanya hambatan dan lingkungan yang masih memegang adat ketimuran seperti masih mempertahankan kegadisan seseorang sebelum memasuki pemikahan serta akibat negatif lain yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah (cemas, malu, merasa bersalah, merasa berdosa dsb), menyebabkan pada diri remaja puteri tersebut akan mengalami apa yang disebut nonfitting relations atau juga disebut dengan hubungan yang tidak sesuai antara elemen-elamen kognitif yang ada pada dirinya. Hubungan yang tidak sesuai ini secara teoritis akan menimbulkan keadaan yang disebut Pengurangan Disonansi Kognitif yang terwujud dalam perubahan-perubahan kognisi, tingkah Iaku dan penambahan elemen kognitif baru yang sudah diseleksinya terlebih dahulu.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan Disonansi Kognitif pada remaja puteri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah dan meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang menjadi pemicu keterlibatan mereka dalam hubungan seksual pranikah dan berusaha mencari upaya untuk mengatasi masalah ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus terhadap 5 remaja puteri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah, berusia 17-24 tahun dan bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam (depth interview).
Dari penelitian ini didapatkan bahwa penyebab terjadinya Disonansi Kognitif sebagai akibat dari hubungan seksual pranikah adalah karena semua subyek menyadari akan adanya norma-norma masyarakat dan agama yang melarang seorang remaja yang belum menikah untuk melakukan hubungan seksual (pada Logical inconsistency, cultural mores dan opinion generality) serta pentingnya keperawanan bagi seorang wanita, dan dampak yang diterima pelaku seksual pranikah dari masyarakat berupa hinaan dan cemoohan (pada past experience). Hal ini juga teriihat pada perbedaan tingkat kepentingan elemen-elemen kognitif pada setiap subyek penelitian, yang mempengaruhi kadar Disonansi Kognitif (tinggi atau rendah). Dan untuk mengurangi Disonansi Kognitif, semua subyek penelitian melakukan pengurangan Disonansi dengan cara menambah elemen kognitif baru dan dua subyek yang mengubah elemen tingkah laku. Pengurangan Disonansi Kognitif digunakan subyek agar dapat menghilangkan perasaan perasaan yang secara psikologis tidak menyenangkan dan dapat menjadikannya kembali pada keadaan yang stabil ( konsonan).
Faktor lain penyebab terjadinya perilaku seksual pranikah adalah adanya faktor emosional dan situasional. Faktor emosional seperti rasa cinta kepada pacarnya, ingin mengekspresikan rasa sayangnya serta ingin mengikat pasangannya kedalam hubungan yang lebih permanen. Sedangkan faktor situasional yang didapatkan adalah faktor suasana rumah yang sepi, orang tua yang sibuk, orang tua yang suka bertindak kasar kepada anaknya dan gangguan komunikasi antara orang tua dengan anaknya."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>