Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jahn, Helmut
Basel: Birkhauser Publisher for Architecture, 2003
720.922 BLA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Wahyuni
"Bangunan sebagai ruang manusia melakukan aktivitas, memiliki berbagai macam perwujudan fisik. Salah satunya yaitu bangunan tinggi, yang dapat diwujudkan dengan ditemukannya struktur rangka baja dan sistem lift. Salah satu fungsi bangunan yang diwujudkan oleh bangunan tinggi adalah corporate headquarters. Corporate headquarters sebagai kantor pusat dari sebuah perusahaan, berperan sebagai representasi wajah perusahaan di mata masyarakat, sehingga selain memiliki kebutuhan akan kualitas fungsional sebagai sebuah kantor, juga memiliki kebutuhan terutama akan kualitas puitikal berupa perwujudan identitas dan kelas perusahaan. Kecenderungan bagi bangunan tinggi corporate headquarters untuk mengutamakan pengolahan dimensi ketinggian dan bentuk massa bangunan menunjukkan upaya untuk mewujudkan kualitas puitikal yang kuat, sesuai dengan kebutuhan corporate headquarters.

Buildings as space for humans for doing their activities, have many different type of physical implementations. High-rise building is an example, that is achieved through the invention of steel structural frame and elevators. A building function that high-rise building implemented is corporate headquarters. Corporate headquarters as the central office that representing the corporation, beside has needs of standard form as a working space, also has needs of poetic form to express the corporate identity and class. The tendency of high-rise corporate headquarters buildings to emphasizing the bigness, tallness, and shape of buildings? form shows us the focus of poetical quality, in accordance with corporate headquarters needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Swiyadi
"Teknologi Informasi TI menyentuh hampir semua aspek kehidupan. Dalam bidang pertahanan, TI digunakan dalam penyelenggaraan pertahanan negara dan mendorong munculnya konsep keunggulan informasi. Keunggulan informasi bagi TNI AD penting agar dapat menghadapi ancaman militer, nonmiliter dan hibrida. Keunggulan informasi dapat dicapai melalui pengelolaan informasi menggunakan sistem informasi SI yang terintegrasi. Untuk mewujudkan integrasi SI yang menjadi permasalahan dalam organisasi diperlukan adanya enterprise architecture EA yang saat ini belum dimiliki.
Penelitian ini ditujukan untuk merancang EA yang dapat menggambarkan kondisi organisasi secara utuh dan EA yang disusun dapat dipakai mengatasi tantangan yang dihadapi. Untuk merancang EA yang sesuai dengan kebutuhan Mabes TNI AD, dilakukan dengan membandingkan kerangka kerja EA yang dapat menggambarkan sektor pertahanan dan militer, yaitu Department of Defense Architecture Framework DODAF, Ministry of Defense Architecture Framework MODAF, NATO Architecture Framework NAF dan The Open Group Architecture Framework TOGAF. Perbandingan keempat kerangka dilakukan pada level arsitektur, artefak dan metamodel serta pada layer operasional, data, aplikasi dan teknologi.
Analisis menghasilkan kerangka EA yang mempunyai karakteristik organisasi militer dengan menggambarkan pencapaian kapabilitas melalui aktivitas yang dilakukan. Kerangka EA tersebut diberi nama Indonesian Army Architecture Framework IA2F yang tersusun atas 25 artefak yang dikelompokkan ke dalam lima layer arsitektur. Penerapan IA2F memperlihatkan service yang dapat dilakukan integrasi SI sehingga mendukung pencapaian kapabilitas.

Information Technology IT touches almost all aspects of life. In the field of defense, IT is used to conduct state defense and drive the emergence of the concept of information superiority. Information superiority for Indonesian Army is vital in order to face military, non-military and hybrid threats. Information superiority can be achieved through management of information using integrated information system IS . To realize the integration of IS, which is a problem in the organization, the existence of enterprise architecture EA is mandatory. The EA is currently not exists yet in the organization.
This research is aimed to design EA that describe the holistic condition of the organization and can be used to overcome the challenges faced. To design an appropriate EA for the Indonesian Army Headquarters, it is performed by comparing the EA framework that can describe the defense and military sectors, ie. The Department of Defense Architecture Framework DODAF , the Ministry of Defense Architecture Framework MODAF, the NATO Architecture Framework NAF and The Open Group Architecture Framework TOGAF. Comparison of the four frameworks is performed at the level of architecture, artifact and metamodel as well as at the operational, data, application and technology layer.
The result shows an EA framework that has the characteristics of military organization, by illustrating the achievement of capability through the activities. The EA framework is named Indonesian Army Architecture Framework IA2F composed of 25 artifacts grouped into five architecture layers. Implementation of IA2F shows services to integrate IS in order to achieve capabilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Tardiyana
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 2005
729 ACH l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
"ABSTRAK
Arsitektur Jengki merupakan salah satu langgam arsitektur yang memperkaya khazanah arsitektur modern di Indonesia. Era perkembangannya terjadi pada tahun 7950-an dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Medan dan Surabaya.
Keberadaan arsitektur Jengki tidak terlepas dari pengaruh langgam-langgam yang berkembang sebelumnya. Bentuknya yang khas dan unik telah meninggalkan ciri tersendiri dan merupakan tahap lanjutan dari periode arsitektur Hindia Belanda yang menandai era peralihan dari kolonial ke langgam Indonesia modern."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Bidang ilmu dalam kelompok teknik sipil pada dekade dekade sebelumnya seringkali dikaitkan dengan pembangunan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat umum. Dengan pengertian tersebut, pada awal perkembangannya keakhlian teknik sipil dapat dikaitkan dengan berbagai kegiatan keilmuan dan berbagai kegiatan pelaksanaan pembangunan. Karena sangat umum tersebut maka cakupan bidang bidang yang dikuasai menjadi sangat lebar. Bangunan dalam hal ini dapat diartikan harus jadi dengan berbagai atribut yang melekat kedalamnya, diantaranya akan termasuk instalasi listrik, mekanikal, dan jenis - jenis bangunan air pengairan yang sangat rumit.
Namun, kemudian dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama dengan berbagai temuan dalam bidang telekamunikasi dan elektronik yang menghasilkan perangkat komputer yang demikian canggih, maka bidang - bidang yang bersifat sangat umum dapat lebih diarahkan menjadi lebih spesifik. Hal inipun kemudian berpengaruh kepada sistim pendidikan yang harus menghasilkan tenaga tenaga akhi yang akan bekerja pada bidang bidang tersebut. Kebutuhan akhli makin menjadi lebih khusus, namun pendalaman materi menjadi lebih banyak.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 056/U/1994, mengenai Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar Mahasiswa memberikan definisi bagi pendidikan tinggi, yaitu (Pasal 1) pendidikan ,tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah pada jalur pendidikan sekolah. Selanjutnya dijelaskan bahwa Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat berhentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Dalam panyelenggaraan pendidikan tinggi ini beban dan masa studi program pendidikan akademik ditetapkan dengan satuan kredit semester (SKS). Jumlab sks yang minimal harus dijalankan adalah sebesar 144 dan sebanyak - banyaknya 160 sks untuk jangka waktu 8 semester, yang dijalankan untuk program pendidikan sarjana setingkat S-1. Pendidikan tinggi untuk Teknik Sipil diselenggarakan mengikuti peraturan sebagaimana tersebut dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
Dalam mendirikan bangunan tahap paling awal yang harus dilakukan adalah membuat atau merangcang jenis bangunan yang akan dibuat, dengan mengacu kepada kriteria teknis yang berlaku. Kemudian langkah yang dilakukan adalah rempertimbangkan bahwa bangunan tersebut secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung jawabkan serta memenuhi kriteria aman. Dan untuk mendapatkan alat yang dapat mempertimbangkan dan memperhitungkan konstruksi secara aman, umurnya dukungan ilmu dasar seperti ilmu matematika dan fisika menjadi masukan yang sangat penting.
Dari rangkaian tersebut nampak bahwa konsep membuat bangunan harus dimulai dengan mengetahui rekayasa bangunan. Hal ini perlu dilakukan dengan mempelajari masukan masukan terhadap fungsi, untuk prakiraan terhadap konstruksi dan unsur masukan terhadap kriteria estetik serta nilai ekonomi. Langkah ini perlu pula diikuti dengan cara - cara penyajian yang baik sehingga tidak terjadi salah pengertian terhadap hasil - hasil yang disajikan. Penyajian ini umumnya disampaikan dalam bentuk gambar-gambar kerja, sebagai salah satu bagian akhir dari rangkaian kegiatan pembangunan teknik sipil."
Universitas Indonesia, 1997
Prosiding - Seminar  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Adianto
"Kebutuhan akan informasi telah menjadi kebutuhan manusia. Melalui informasi, manusia dapat mengetahui dan memprediksi kegiatan yang harus ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui ruang cyber, informasi yang dibutuhkan dapat sampai dengan cepat, akurat dan tak terbatas secara geografis selama terhubung dengan jaringan telekomunikasi. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang manusia terhadap ruang dan tempat aktual serta lingkungan binaan dalam kaitannya dengan arsitektur.
Sesuai dengan pendapat Arendt, manusia memiliki tiga kondisi dasar yang menentukan kehidupannya. Dengan menggunakan teknologi ruang cyber, terjadi perubahan terhadap ketiga kondisi dasar tersebut. Perubahan kondisi dasar manusia menyebabkan terjadinya perubahan kegiatan manusia dan ruang arsitektural sebagai wadah kegiatan. Ruang dalam arsitektur terbentuk dari hasil hubungan sosial antar individu dalam sebuah lingkungan. Salah satu teori pembentukan ruang dengan adanya kesenjangan kondisi manusia adalah konsep pengetahuan kuasa-ruang. Manusia menggunakan teknologi ruang cyber untuk menjalin hubungan sosial berupa hubungan sosial antar anggota perusahaan. Hal ini menyebabkan berubahnya kondisi manusia setiap individu dan ruang kehidupan berkaitan dengan arsitektur sebagai hasil hubungan sosial tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik purposive sampling. Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan ini untuk memahami, mengangkat dan menjelaskan pengaruh dan peran teknologi ruang cyber yang menciptakan perubahan bentuk ruang kegiatan yang dapat muncul dalam kaitannya dengan ruang arsitektural. Analisis yang saya gunakan bersifat eksploratif, di mana membutuhkan penjelajahan berdasarkan pada teori dan data yang terkumpul.
Dalam penelitian ini saya menemukan bahwa adanya hubungan berbanding lurus antara peningkatan penggunaan teknologi ruang cyber dengan pengurangan jumlah individu dan besar ruang aktual kantor. Selain itu, tampak bahwa praktek konsep pengetahuan-kuasa-ruang sebagai akibat adanya kesenjangan tingkat kondisi manusia, mampu membentuk perkembangan kondisi dan ruang kehidupan masing-masing individu dalam perusahaan. Praktek tersebut menyebabkan munculnya ketidakterikatan manusia dengan tempat berlokasi tetap dalam berkarya. Namun demikian, hal ini hanya berlaku pada individu berkondisi manusia tertingi dalam perusahaan.
Saya berkesimpulan bahwa ruang cyber merupakan katalis dalam proses pembentukan kondisi dan ruang kehidupan manusia. Ruang cyber tidaknya berperan sebagai kendali manusia dengan lingkungannya secara individual, namun juga secara sosial. Individu berkondisi manusia tertinggi dapat menentukan tingkatan kondisi dan ruang kehidupannya dan mengendalikan kondisi dan ruang kehidupan individu lain yang berkondisi lebih rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Tjahjono
Jakarta: UI-Press, 2002
PGB 0408
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Safitri
"Keberadaan Kampung di Alas Air merupakan suatu fenomena perkotaan, dimana kehidupan tradisional kampung sebagai Salah Satu sisi kehidupan kota Balikpapan ini terancam eksistensinya, di tengah derasnya arus urbanisasi perkotaan yang lekat dengan ciri modernitas.
Kampung atas air Telaga Mas, adalah bentuk permukiman yang lokasinya berada di atas perairan, sehingga memiliki keunikan tersendiri yang mempengaruhi pola bermukim masyarakatnya yang berbeda dengan kondisi permukiman perkotaan lainnya. Hal tersebut juga melandasi kondisi sosial-kultural dalam masyarakat kampung air yang merupakan faktor-faktor penyebab berbagai kontradiksi antara kawasan kampung dan kota yang terserap melalui bentuk kontras diantaranya, berupa dualisme fisik, kultural, sosial-politik, dan ekonomi yang terangkum dalam bentuk tradisionalitas dalam modernitas perkotaan.
Kehidupan karnpung yang air unik ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman baru bagi khasanah arsitektural. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda kualitatif untuk mengungkap fenomena keruangan dengan menggali kehidupan didalamnya melalui observasi partisipan dan wawancara dengan menggunakan sistem penyimpulan cepat. Pembahasan menggunakan sualu kerangka teoritis yang melibatkan konsep vita aktiva, konstitusi sosial, dan daur hidup.
Dari analisis didapatkan temuan-temuan bahwa Permukiman Kampung Air Telaga Mas merupakan hasil dari konstruksi kultural yang mempengaruhi corak perekonomian berupa sektor perikanan yang merupakan modal strategis masyarakat untuk dapat bertahan di kota melalui sektor informal yang didominasi oleh sektor privat. Kampung menampung moda produksi yang dibutuhkan kota, melalui kekuatan ekonomi ini masyarakat kampung rnemainkan peran dalam sistem sosial sebagai agen yang menghasilkan suatu agensi dari hubungan-hubungan berupa praktik sosial yang bemlang antar aktor, yaitu pemerintah dan swasta dan masyarakat. Konstruksi sosial diwujudkan melalui konstitusi masyarakat kampung air dalam strukturasi kota yang mencerminkan suatu praktik sosio-spasial dan ekonomi yang saling terkait, hal ini berdampak pada kekuatan masyarakat kampung dalam kancah politik di kota. Hal inilah yang melandasi peran dari kampung di kota, yang kemudian berpengaruh pada posisinya dalam ruang perkotaan. Sehingga di masa depan kampung air Telaga Mas masih merupakan bagian dari kota dengan membawa tradisi dan kekhasannya yang akan menciptakan warna kota.

In the urbanization proces, kampung settlement that grows along the coastal line and has been built above the sea level is a unique phenomenon especially in the City of Balikpapan. It is unique since it develops off land and also has significant contribution to the city life as a whole.
This study seeks to explore such a kampung, namely Kampung Telaga Mas in Bdikpapan, East Kalimantan. It seeks to understand its existance relative to urban life in Balikpapan.
The analysis is based on Arendt idea of vita activa and Erikson?s life cycle, to understand socio-economic life of the inhabitants and the formation of Kampung Telaga Mas of which they are fisherman. Its therefore done by the research by using qualitative method to express the spatial phenomenon by explore life experiences in it through participant observation and interview.
Finding have shown that the people of Kampung Telaga Mas have their significant role of their contribute to Balikpapan?s economy especially sea foods and also trading beetween island in the archipelago. Therefore it makes Kampung Telaga Mas as important part of the Balikpapan?s urban fabrics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putika Yussi
"Pusat perbelanjaan dengan dunia impiannya, telah menarik para pengunjung, khususnya kalangan remaja wanita untuk melakukan kegiatan nongkrong. Walaupun setiap sudut pusat perbelanjaan dipenuhi dengan desain yang menarik, ternyata pengunjung remaja wanita, dengan kegiatan nongkrong-nya, hanya mendatangi tempat-tempat tertentu. Hal ini mempengaruhi pola kegiatan dan ruang belanja mereka.
Persoalan di atas membawa penelitian ini merumuskan permasalahan penelitian, berupa bagaimana bentuk pola kegiatan dan ruang belanja pengunjung remaja wanita, serta affordances dari ruang-ruang pusat perbelanjaan yang seperti apa yang mempengaruhi pola-pola tersebut. Sehingga untuk mengungkap permasalahan di atas, dalam penelitian lapangan, menggunakan metode partisipatori terhadap pengunjung remaja wanita yang menjadi responden. Dan untuk menganalisa temuan dalam penelitian Iapangan tersebut, penelitian ini menggunakan teori bahasa pola (pattern language) yang mampu mengungkap pola-pola belanja pengunjung remaja wanita, bagaimana kaitan dan bentuknya serta teori affordance yang mampu mengungkap, daya tarik -secara desain-yang seperti apa yang mampu mempengaruhi pola-pola tersebut. Penelitian ini menggunakan studi kasus berupa pola belanja remaja wanita di Plaza Semanggi dan Mal Taman Anggrek, yang keduanya terletak di Jakarta.
Berdasarkan analisa ditemukan bahwa kegiatan nongkrong menjadi bagian dari kegiatan belanja remaja wanita. Kegiatan nongkrong tersebut mempengaruhi bahasa pola belanja remaja wanita menjadi pola yang tidak terstrukrur. Bahasa pola remaja wanita tersebut juga dipengaruhi oleh aturan-aturan pribadi yang datang dari pengunjung remaja wanita itu sendiri, sehingga bahasa pola remaja wanita Iebih kompleks daripada yang ditawarkan bahasa pola pusat perbelanjaan. Bentuk bahasa pola pengunjung remaja wanita, yang didukung dengan affordances yang ada membuktikan bahwa teori atau pembahasan yang menekankan prinsip-prinsip yang sistematis atau terstruktur ternyata tidak selalu berlaku sama di lapangan. Sehingga sebuah desain arsitektur tidak dapat secara pasti menekankan bahasa pola dalam formasi spasialnya karena respon pengguna Iebih di tentukan oleh unsur-unsur affordances yang dicitrakan atau dicerap.

Shopping center with its accompanying dream world has attract visitors, especially female teenagers to nongkrong (detailing means to squat; or to hang around). In fact, female teenagers have found on nongkrong only in certain spots, despite the attractive architecture design in every single comer. Their nongkrong has a unique pattern in shopping center.
This study seeks to explore the spatial pattern of nongkrong and to examine whether such an activity is in accordance with space syntax as thought by the architect. To investigate such pattern, the study uses Alexander's method of pattern language. It will explore and understand randomly chosen respondents of whom their pattern of shopping can be observed, including their pattern of nongkrong in shopping center under study, Plaza Semanggi and Mal Taman Anggrek in Jakarta. It also explores affordances that influence certain pattern of shopping and nongkrong.
Findings show that nongkrong seems to become a part of female teenagers' shopping activity. Its pattern appears to be unstructured compared to the expected space syntax of the designers. The female teenagers' shopping pattem is affected by personal rules that come from the teenagers themselves. lt also depends on the affordances as part of the architectural settings. The affordances are sittng area which teenagers can sit and relax situation, consumption objects that are easy to be seen and to be tried without obligation for them to buy, and shops with self-service feature.
The unstructured shopping pattern -which supported by the affordances- proves that, theory- which apply the sistematic and structured principals- do not always happened in the real world. An architectural design can't merely apply the pattern language in its spatial formation because users' response are also affected by the affordances that are available.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>