Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Rita Damayanti
1987
S2090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urfianty
"Latar belakang: Epilepsi merupakan salah satu penyakit kronik dan memiliki risiko
tinggi untuk mengalami gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Pemeriksaan Intelligence quotient (IQ) memerlukan waktu pemeriksaan yang lama dan
biaya yang mahal, diperlukan alat skrining untuk mendeteksi gangguan kognitif pada
pasien epilepsi anak yaitu School Years Screening Test For Evaluation Of Mental
Status-Revised (SYSTEMS-R)
Tujuan: Mengetahui seberapa besar nilai diagnostik dari School Years Screening Test
For Evaluation Of Mental Status-Revised (SYSTEMS-R) dalam mendeteksi gangguan
kognitif pada anak epilepsi usia 6-15 tahun.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta terhadap subjek berusia 6-15 tahun dengan epilepsi. Pada sampel dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dilanjutkan pemeriksaan fungsi kognitif dengan
School Years Screening Test For Evaluation Of Mental Status-Revised (SYSTEMS-R)
dan kemudian dilakukan pemeriksaan baku emas IQ oleh psikolog.
Hasil: Prevalensi gangguan kognitif pada pasien epilepsi usia 6-15 tahun sebesar
86,3%. School Years Screening Test For Evaluation Of Mental Status-Revised
(SYSTEMS-R) memiliki sensitivitas 84%, spesifisitas 91%, nilai prediksi positif 98%,
nilai prediksi negatif 47%, rasio kemungkinan positif 10,11, rasio kemungkinan negatif
0,17 dan akurasi 85%.
Simpulan: School Years Screening Test For Evaluation Of Mental Status-Revised
(SYSTEMS-R) memiliki nilai diagnostik yang baik dan dapat menjadi pilihan dalam
deteksi dini gangguan kognitif pada pasien epilepsi anak.

Background: Epilepsy is a chronic disease and children with epilepsy are at high risk
of cognitive disorders which can affect the quality of life. Intelligence Quotient (IQ)
examination requires a long examination time and expensive costs, a screening tool for
cognitive clearance is needed in pediatric epilepsy patients, which is School Years
Screening Test For Evaluation Of Mental Status-Revised (SYSTEMS-R)
Objective: To know the diagnostic value of School Years Screening Test For
Evaluation Of Mental Status-Revised (SYSTEMS-R) detecting cognitive impairment in
children aged 6-15 years with epilepsy.
Methods: This is a cross sectional study done in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
was conducted on subjects aged 6-15 years with epilepsy. We evaluated history of
illness, physical examination, and cognitive function using School Years Screening Test
For Evaluation Of Mental Status-Revised (SYSTEMS-R) and then a standard gold IQ
examination was carried out by a psychologist.
Results: The Prevalence of cognitive impairment in 6-15 years epilepsy patients is
86,3%. School Years Screening Test For Evaluation Of Mental Status-Revised
(SYSTEMS-R) has a sensitivity of 84%, specificity 91%, positive predictive value 98%,
negative predictive value 47%, positive likelihood ratio 10,11, negative likelihood 0,17
and accuracy 85%.
Conclusion: School Years Screening Test For Evaluation Of Mental Status-Revised
(SYSTEMS-R) has good diagnostic value and it can be an option in early detection of
cognitive impairment in paediatric epilepsy patients
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Patricia Lunanta
"Gambaran Hasil Wechsler Intelligence Scale for Children-
Revised (WISC-R) Anak dengan Keterbelakangan Mental Ringan.
Masa usia sekolah merupakan saat yang penting bagi perkembangan fisik,
kognitif dan psikososial Sebagian besar anak memiliki perkembangan
yang setara dengan rata-rata anak dalam kelompok usianya sehingga dapat memenuhi tuntutan dari tugas perkembangannya. Namun demikian
beberapa anak dapat memiliki perkembangan yang melebihi ataupun
kurang dari rata-rata, baik dalam satu maupun beberapa aspek
perkembangan. Keterbelakangan mental (mental retardation) adalah satu
fenomena yang terjadi pada masa perkembangan di mana perkembangan
aspek intelektual berada jauh di bawah rata-rata anak-anak yang seusia.
Diagnosis dan pengelompokan keterbelakangan mental diawali dengan
pengukuran taraf inteligensi di mana salah satu alat tes yang digunakan
adalah WISC-R. Berdasarkan hasil dari WISC-R dapat dilihat adanya
kekuatan dan kelemahan pada aspek-aspek inteligensi yang ditampakkan
oleh skor setiap subtest.
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
gambaran basil WISC-R pada kelompok anak keterbelakangan mental
ringan. Dengan demikian dapat bermanfaat dalam penyusunan program
intervensi bagi anak keterbelakangan mental, baik yang berupa pendidikan, pendampingan, atau pelatihan. Hal ini dapat memaksimalkan potensi anak keterbelakangan mental sehingga diharapkan mereka dapat berfunggsi secara lebih optimal dalam masyarakat. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis hasil tes inteligensi WISC-R dari sembilan anak dengan keterbelakangan mental ringan yang pemah menjadi klien di Klinik
Perkembangan Anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki IQ
Verbal dan IQ Performance yang setara dengan rata-rata skor yang
diperoleh berada dalam rentang 2, 67 (Picture Arrangement) hingga 6, 78 (Mazes). Pada Skala Verbal subtest yang memperoleh skor paling tinggi yang merupakan kekuatan adalah Comprehension dan subtest yang
memperoleh skor paling rendah yang merupakan kelemahan adalah
Vocabulary. Pada Skala Perfomance subtest yang memperoleh skor paling
tinggi yang merupakan kekuatan adalah Mazes dan subtest yang
memperoleh skor paling rendah yang merupakan kelemahan adalah Picture
Arrangement, Terdapat beberapa subtest yang saling berbeda secara
signifikan, antara lain pada subtest: Comprehension dan Information,
Similarities dan Vocabulary, Picture Completion dan Picture Arrangement,Comprehension dan Picture Arrangement, Serta Similarities dan Block Design
Dalam melakukan penelitian yang serupa sebaiknya digunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat diperoleh gambaran hasil WISC-R dari sampel yang lebih besar serta analisis yang lebih mendalam lagi mengenai kekuatan dan kelemahan anak keterbclakangan mental ringan Selain itu, pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara langsung oleh peneliti (menggunakan data primer) sehingga hasil yang didapatkan menjadi Iebih luas dan lengkap."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danah Zohar
London: Bloomsbury, 2000: London, 2000
153.9 ZOH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redatin Retno Pudjiati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Maria Gani
"Tujuan penelitian ini : 1) memeriksa nilai reliabilitas; 2) memeriksa urutan item berdasarkan tingkat kesukaran; 3) membandingkan data tingkat kesukaran pada saat mengadaptasi alat ukur dengan data yang digunakan sekarang; 4) meningkatkan validitas; 5) memeriksa Item Characteristic Curve (ICC) setiap item dan Test lnjbrmation Function (TIF) setiap subtes; 6) membandingkan tlngkat kesukaran (threshold) antara data politomos dan data politomos (Partial Credit Model) yang didikotomoskan; 7)memeriksa item-item yang tidak fit; 8) mcndctcksi DIF pada alat ukur Wecshler Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R). Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis tes klasik dan analisis tes modem, serta dilengkapi dengan pengecekan asumsi-asumsi pada tes modem yaitu unidimensional (dengan analisis faktor), invarian pada parameter tingkat kesukatan.
Metodologi yang dlgunakan untuk pendeteksi DIF adalah metode Mantel-Hacnszei. Rasch Model dan Item Response Theory Likelihood Ratio (IRT LR). Hasil yang diperoleh : 1) nilai reliabilitas baik; 2) urutan tingkat kesukaran perlu dipcrbaiki;3) syarat unidimensional dan asumsi invarian terpenuhi; 4) ada beberapa itcm yang tidak lit dengan model; 5) perlu dilakukan perbaikan untuk item-item yang terdeteksi mengandung DIF yaitu berturut-turut 7, 5, 5, 11, dan 6 item dari subtes Information, Similarities, Arithmetic, Vocabuiary dan Comprehension. lmplikasi dan keterbatasan dalam pcnelitian ini dapat digunakan untuk penelititan di masa yang akan datang.

The current study highlights several components on Weschler's Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R), including : 1) its reliability scores; 2) its item-ordering based on diliiculty level; 3) comparing the level of item difficulty before and aner the adaptation; 4) improving its validity; 5) looking at Test Infomation Function (TIF) on each subtest; 6) comparing the threshold between the original polytomous data and the modified polytomous data into dichotomous data (Partial Credit Model); 7) whether each item is fit or not; and 8) detecting its Differential Item Functioning (DIF). The analyses were conducted using the classical and modem test approaches, along with each approach assumptions such as unidimensionality (factor analysis) and invariant on the parameter ofthe difliculty levels.
The methodologies used to detect DIP were Mantel-Haenszel, Rasch Model and ltem Response Theory Likelihood Ratio (IRT LR). The results were: 1) acceptable degree of reliability; 2) the item-ordering based on difficulty levels needs re-ordering; 3) assumptions on unidimcnsional and invariant were lil; 4) several individual items were not fit; 5) serious consideration needed to modify the items containing severe DIF, including 7, 5, 5, 11, 6 number of items on Information, Similarities, Arithmetic, Vocabulary, and Comprehension, respectively. Limitations and implications of the study are discussed along with recommendations for future research.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Gustian
"Sejak tahun 1984 sistem pemasyarakatan digunakan untuk menggantikan sistem kepenjaraan sebagai institusi pembinaan bagi pelaku tindak kriminal. Tujuan ideal lemba- ga pemasyarakatan sampai saat ini ternyata belum sesuai dengan kenyataan yang ada. Selain program yang sangat sukar dijalani juga kondisi yang terbentuk dalam lembaga pemasyarakatan, baik situasi sosial dan lingkungan fisik, menjadikan lembaga pemasyarakatan sukar mencapai tujuan- nya. Kondisi ini memberikan dampak negatif bagi perkembangan aspek psikologis penghuninya.
Lembaga pemasyarakatan tidak hanya diperuntukkan bagi orang dewasa namun juga untuk remaja. Pada masa remaja ini, konsep diri adalah aspek terpenting dalam diri remaja yang harus diperhatikan.
Kehidupan dalam lembaga pemasyarakatan mempengaruhi tiga proses yang terjadi dalgm pembentukan konsep diri, yaitu "reflected appraisal", "social comparison" dan "role internalization". Lingkungan lembaga pemasyarakatan yang unik dengan norma dan penghuninya yang pernah melakukan tindak kejahatan serta kecilnya berhubungan dengan pihak luar mempengaruhi konsep diri yang terbentuk dalam diri remaja delinkuen.
Lamanya masa hukuman menjadi faktor yang menentukan dalam proses pembentukan konsep diri, karena faktor-faktor dalam lembaga pemasyarakatan akan semakin berperan berdasarkan lamanya kehidupan dalam lembaga pemasyarakatan yang dijalani. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilihat konsep diri yang terbentuk pada remaja yang menjalani masa hukuman dalam lembaga pemasyarakatan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan metode kuantitatif. Alat ukur berbentuk kuesioner, yaitu TSCS (tennesse Self Concept Scale). Subyek yang digunakan berjumlah 137 subyek.
Hasil penelitian menunjukkan subyek nemiliki konsep diri yang negatif. Konsep diri yang dimiliki oleh subyek juga cenderung semakin negatif selama menjalani masa hukumannya. Pendekatan cross-sectional yang digunakan memiliki kelemahan, yaitu tidak diikutinya seluruh proses yang terjadi untuk itu disarankan untuk melakukan studi dengan pendekatan "longitudinal"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>