Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lindri Tyasneki
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1982
S2214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutapea, Emelia Astuty
"Setiap tahap dalam kehidupan manusia memiliki tugas perkembangan masing-masing yang harus dipenuhi. Begitu juga dengan masa dewasa muda, masa dimana muncul tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan baru dari masyarakat, misalnya untuk mandiri, memiliki pekerjaan, menjalin hubungan intim dengan lawan jenis, dalam rangka membentuk keluarga. Dikatakan bahwa masa dewasa muda adalah puncak dari perkembangan fisik, sehingga kebanyakan orang dewasa muda mengandalkan kekuatan tersebut untuk memenuhi tuntutan yang ada. Namun, ada orang-orang yang mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak normatif (misalnya cacat fisik akibat kecelakaan) yang membuat mereka sulit memenuhi tugas perkembangan yang ada. Penyandang cacat fisik mengalami situasi psikologis yang baru karena ada hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan seperti sebelum mengalami kecacatan. Bagi pria hal ini menjadi lebih berat karena tuntutan masyarakat terhadap mereka untuk mandiri dan memiliki pekeijaan sangat besar, apalagi mereka akan menjadi kepala keluarga yang harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pandangan mereka tentang masa depan, dalam hal ini kemandirian, intimacy, dan pekeijaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi cara pandang tersebut. Juga untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada kepribadian mereka akibat amputasi tangan yang mereka alami, dan bagaimana bentuk perubahannya. Peneliti juga ingin mengetahui pandangan mereka tentang masa depan secara keseluruhan. Dengan mengetahui hal tersebut, dapat membantu mereka untuk bersikap positif tentang masa depan mereka dan membantu kita untuk bersikap dengan tepat terhadap para penyandang cacat sehingga tidak memperburuk pandangan mereka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara individual dengan dua pria dewasa muda berusia 20-25 tahun yang mengalami amputasi tangan.
Hasil penelitian menunjukkan bagaimana pandangan subyek tentang kemandirian, intimacy, dan pekerjaan. Kedua subyek merasa mandiri dalam bentuk self governance yang serupa dengan ketidaktegantungan secara fungsional. Namun seorang subyek merasa tidak mandiri dalam pengambilan keputusan, dan kedua subyek merasa belum mandiri secara finansial. Dalam hal intimacy, seorang subyek belum pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis, sedangkan subyek lainnya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis yang berada di kota yang berbeda. Hubungan ini dipandang sebagai sumber motivasi dan langkah untuk membentuk keluarga. Dalam pekerjaan, kedua subyek memilih pekerjaan dengan alasan untuk mempertahankan hidup dan disesuaikan dengan ketrampilan yang dimiliki. Bagi kedua subyek, faktor yang mendukung pencapaian kemandirian adalah motivasi dan kemampuan mental yang dimiliki, hal lainnya adalah ketrampilan. Sedangkan faktor yang menghambat adalah belum adanya pekerjaan, bagi seorang subyek cacat fisik juga merupakan penghambat dan subyek lain perlindungan yang berlebihan dari ibunya menghambat kemandiriannya.
Belum adanya pekerjaan dan sifatnya yang pemalu merupakan penghambat bagi seorang subyek untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Faktor pendukung bagi kedua subyek untuk mendapatkan pekerjaan adalah ketrampilan dan kemampuan mental, juga keberanian, hubungan dengan otoritas dan teman sejawat, sedangkan subyek lain menambahkan motivasi sebagai faktor pendukung. Sedangkan kecacatan merupakan faktor penghambat yang utama selain dasar pendidikan yang kurang, kesulitan mempraktekkan ketrampilan yang didapat, dan perasaan serba kekurangan. Seorang subyek merasa kurang mendapat dukungan dari keluarga, juga sikap orang-orang tertentu yang membuatnya merasa rendah diri serta kepribadiannya yang sensitif dan merasa serba kekurangan membuatnya memandang masa depan dengan pesimis dan sulit sekali untuk sukses. Sedangkan subyek lainnya memandang masa depannya dengan optimis karena adanya dukungan dari berbagai pihak, kepribadiannya yang optimis yang berusaha memandang segala sesuatu dari sisi positif. Seorang subyek merasa sulit untuk merencanakan masa depannya sedangkan subyek lain merasa sedang menuju masa depan yang diinginkannya, bahwa terjadi perubahan pada kepribadian subyek akibat amputasi.
Hasil penelitian juga menunjukkan terjadinya perubahan pada kepribadian subyek akibat amputasi tersebut. Ada perubahan yang bersifat menetap dan positif, ada juga perubahan yang bersifat negatif dan sementara. Perubahan yang bersifat sementara dan negatif adalah timbulnya rasa rendah diri dan rasa malu yang berlebihan. Perubahan yang menetap dan positif dirasakan oleh subyek B yang merasa tidak manja lagi dan terjadi perbaikan dalam kehidupan beragamanya. Untuk melengkapi hasil penelitian .ini, sebaiknya dilanjutkan dengan melibatkan subyek yang bervariasi karakteristikanya dan data digali dari berbagai sumber yang terkait dengan subyek sehingga data yang diperoleh lebih kaya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrs Rethika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit kanker dewasa ini dirasakan semakin menonjol dibandingkan dengan
masa 20-30 tahun yang lalu. Dilihat dari banyaknya Iaporan bahwa penyakit kanker
cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif.
(Tjindarbumi, 1994).
Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa setiap tahun dijumpai paling sedikit
ada 9 juta kasus kanker baru, dimana 5 juta diantaranya berasal dari negara-negara
berkembang dan dari 5 juta orang yang meninggal karena kanker, 3 juta orang berasal
daari negara berkembang (Tjindarbumi, l994.). Di Indonesia saat ini diperkirakan
minimal terdapat 150 penderita kanker untuk setiap 100.000 penduduk per tahun
(Tjindarbumi , 1994).
Berdasarkan penelitian laboratorium, perempuan Iebih banyak terserang kanker
daripada laki-laki ( Tjindarbumi, 1994). Salah satu jenis kanker yang banyak ditemukan
pada wanita adalah kanker payudara ( Cancer Control First Report, 1993). Di Indonesia,
kanker payudara adalah kanker yang paling banyak terdapat pada wanita setelah kanker
mulut rahim ( Data Histopatologi Kanker di Indonesia, 1990).
Kanker payudara merupakan penyakit yang ditakuti oleh semua wanita. Bukan
saja karena dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya, tapi jenis kanker ini
menimbulkan dampak psikologis yang besar bagi wanita yang menderita karena adanya
resiko di lakukannya operasi pengangkatan payudara bagi si penderita.
Jika seorang wanita harus kehilangan payudaranya, dimana berfungsi sebagai
sumber ASI bagi bayi, juga sebagai simbol kewanitaan, keindahan dan merupakan organ
seksual sekunder akan mengalami masalah-masalah psikologis seperti rendah diri,
merasa tidak lengkap sebagai wanita, dan pandangan-pandangan negatif lain tentang
dirinya ( Gates, 1983) yang dapat berdampak pada hubungan seksual dengan suami atau
masalah dalam hubungan sosial dangan orang lain ( Gates, 1983). Untuk mengatasi
masalah dan tekanan yang dihadapi, wanita penderita kanker payudara mengembangkan
beberapa strategi penyesuaian diri (Gates, 1983) Strategi penyesuaian diri yang
digunakan ialah penyesuaian fisik dan mental (Gates, 1983).

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan
menyeluruh mengenai bagaimana wanita penderita kanker payudara menyesuaikan diri
dengan masalah-masalah yang dihadapinya. Mengingat penelitian ini ingin mengetahui
tentang pengalaman dan penghayatan pribadi, maka penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif melalui metode pengumpulan data wawancara
mendalam. Peneliti mengkhususkan untuk meneliti wanita kanker payudara yang telah
menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi) dengan alasan, masalah-masalah
yang dihadapi oleh mereka lebih kompleks dan beragam, yang disebabkan hilangnya
organ kebanggaan mereka. Peneliti tidak membatasi usia subyek, karena ingin melihat
bagaimana penyesuaian diri wanita penderita kanker payudara tidak hanya pada subyek
dengan usia produktif saja, agar dapat dilihat perbedaannya sehingga memperkaya
penelitian.
Dari tujuh subyek yang berhasil diwawancarai, penulis menemukan bahwa
masalah-masalah yang paling banyak dialami subyek adalah masalah penurunan konsep
diri karena hilangnya payudara dan rambut akibat kemoterapi serta masalah menurunnya
aktivitas seksual. Selain itu juga ada masalah-masalah iain seperti masalah gangguan
dalam hubungan sosial, gangguan dalam hubungan dengan anak, serta gangguan pada
aktivitas pekerjaan.Selain itu juga muncul masalah dalam biaya pengobatan. Beberapa
masalah tersebut dihayati subyek sebagai sesuatu yang stressful.
Masalah masalah yang dihadapi subyek mempengaruhi strategi penyesuaian
dirinya. Pada saat didiagnosa menderita kanker, subyek cenderung melainkan
penyesuaian diri dengan melakukan mekanisme pertahanan diri seperti penolakan
terhadap penyakitnya dan berusaha untuk tidak memikirkannya. Masalah-masalah yang
timbul setelah menjalani mastektomi , terutama penurunan konsep diri diatasi subyek
dengan melakukan penyesuaian untuk mengembalikan konsep dirinya seperti memakai
penyangga payudara, memakai wig (penyesuaian Esik) mencari informasi tentang
penyakit yang dan penyesuaian kognitif seperti mencari makna positif dari penyakit
yang dideritanya dan mengembalikan self-esteemnya dengan membandingkan dirinya
dengan orang lain yang kurang beruntung (penyesuaian kognitif). Penyesuaian subyek
terhadap masalah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya dukungan sosial dari orang lain.
Subyek yang mendapat dukungan sosial Iebih dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap penyakitnya.
Yang menarik dari penelitian ini, ternyata tidak semua subyek menganggap
bahwa terhentinya aktivitas seksual sebagai suatu masalah. Ternyata reaksi subyek
terhadap penyakitnya tidak selalu negatif, ada juga subyek yang besyukur ternyata ia
masih diingatkan lmtuk menjaga kesehatannya melalui penyakit yang dideritanya.
Peneliti juga menemukan bahwa dukungan sosial tidak selamanya membantu subyek
dalam menyesuaikan dirinya, tapi juga dapat menimbulkan stres seperti perhatian orang
yang berlebihan terhadap penyakitnya
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengubah variabel
penyesuaian diri, misalnya meneliti mekanisme pertahanan diri pada wanita penderita
kanker payudara atau rnerubah subyek penelitian , misalnya meneliti penyesuaian diri
pada wanita kanker payudara usia muda atau yang belum menikah."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Kamala
"Terdapat suatu polemik yang mengatakan bahwa : Setelah tersedia sarana aksesibilitas pada suatu bangunan umum, apakah penyandang cacat akan banyak berdatangan? Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa selama ini penyandang cacat tidak datang ke bangunan itu karena tidak adanya sarana aksesibilitas. Membahas polemik itu sama saja seperti membahas pertanyaan, "Mana yang lebih dahulu, telur atau ayam?", jawaban seorang akan selalu saja berbeda dengan yang lainnya.
Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa untuk menghadirkan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi manusia normal saja sudah cukup sulit dan belum semuanya terpenuhi, apalagi untuk fasilitas yang dapat di akses penyandang cacat. Begitu banyak kendala yang akan ditemui, baik dari segi biaya, tenaga, ruang, serta pemikiran.
Kendala terbesar yang terjadi adalah dari segi pemikiran. Yang dimaksud dengan pemikiran di sini adalah kurang adanya kesadaran moral dari pihak-pihak terkait untuk rnemperhatikan kepentingan penyandang cacat. Padahal, walaupun jumlah komunitas penyandang cacat ini tidak terlalu besar, justru bagian dari masyarakat inilah yang sangat membutuhkan perhatian dan uluran tangan dari sesamanya untuk dapat menutupi kekurangan yang mereka miliki."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahma
"Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia kembali dilanda persoalan penyalahgunaan zat yang sebagian besar melibatkan kaum muda. Hal ini misalnya terlihat dari meningkatnya pemberitaan di berbagai media massa tentang kasus-kasus tersebut. Kenyataan ini dapat pula dilihat dari jumlah pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) yang dari waktu ke waktu semakin bertambah.
Terlibatnya anak dalam penyalahgunaan zat dan dengan segala konsekuensi yang ditimbulkannya tentu akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan keluarga. Hal ini tak terhindarkan lagi menuntut orangtua untuk menyesuaikan diri dalam menghadapinya. Rogers dan McMillin (1992), menyatakan bahwa orangtua peranan besar dalarn mendukung proses kesembuhan anak dari gangguan penggunaan zat yang dialaminya, tentunya apabila orangtua dapat melakukan penyesuaian diri yang tepat dalam menghadapinya. Dari sinilah peneliti tertarik untuk menggali lebih jauh tentang bagaimana orangtua melakukan penyesuaian diri terhadap gangguan penggunaan zat yang dialami anak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berarti bagi RSKO atau pihak-pihak lain yang terkait dengan masalah ini, dalam upaya memberikan dukungan pada orangtua sehingga orangtua diharapkan dapat melakukan penyesuaian diri yang semaksimal mungkin mendukung proses kesembuhan anak dari gangguan penggunaan zat yang dialaminya.
Penyesuaian diri keluarga dalam menghadapi salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan penggunaan zat menurut Kauffman (1991), Rogers, dan McMillin (1992), terbagi dalam dua macam, yaitu enmeshment dan detachment. Orangtua dikatakan mengalami enmeshment apabila menjadi sedemikian terpengaruh secara emosional sehingga perilakunya menjadi reaktif terhadap perilaku anak yang mengalami gangguan penggunaan zat. Perilaku reaktif orangtua ini tampil dalam bentuk perilaku provoking, di mana orangtua seolah-olah berperan sebagai polisi (the police) bagi anak, dan perilaku enabling, di mana orangtua seolah-olah berperan sebagai pelindung (the protector) bagi anak. Sedangkan orangtua dikatakan mengalami detachment apabila mereka dapat menguasai emosinya sendiri sehingga perilaku mereka tidak menjadi reaktif melainkan lebih terfokus pada pemecahan masalah yang sebenarnya. Perilaku orangtua yang mengalami detachment dinamakan perilaku detached-concern.
Subyek dalam penelitian ini adalah orangtua dari pasien RSKO yang telah beberapa kali menjalani pengobatan. Hal ini ditetapkan agar dapat menggali penyesuaian diri orangtua secara utuh dan menyeluruh. Pcngambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan pedoman wawancara berbentuk pertanyaan terbuka. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa tujuh dari delapan orangtua mengalami enmeshment. Hal ini terlihat dari gambaran keadaan emosional mereka serta perilaku provoking dan enabling yang ditampilkan dalam menghadapi anak yang bermasalah tersebut. Perilaku provoking orangtua terlihat dari adanya usaha-usaha yang terus menerus dalam mengontrol perilaku anak, misalnya dengan melakukan kekerasan verbal atau fisik terhadap anak, argumen-argumen sengit, pemonitoran gerak-gerik anak, atau tuduhan-tuduhan memakai zat. Perilaku enabling terlihat dari usaha-usaha yang ditujukan untuk menyenangkan anak serta melindunginya dari berbagai konsekuensi yang menyakitkan sekalipun itu akibat perilakunya sendiri. Misalnya dengan mernbebaskan anak dari penjara, memberi fasilitas mobil dan uang berlebih pada saat anak belum sepenuhnya terlepas dari gangguan penggunaan zat, merawat dan menjaga anak seperti bayi yang tak berdaya, atau memendam emosi demi menghindari konflik dan kekacauan yang lebih parah. Para orangtua tersebut terlihat mengalami tekanan emosional yang berat yang pada akhirnya seringkali membuat mereka menjadi tidak nafsu makan, gelisah, menarik diri dari pergaulan sosial, sulit tidur, darah tinggi, sakit kepala, bahkan terkena serangan jantung.
Hanya satu subyek orangtua dalam penelitian ini yang ditemukan mengalami detachment. Hal ini terlihat dari keadaan dirinya yang mampu menguasai emosinya sendiri sehingga tidak sampai menjadi reaktif terhadap perilaku anak, meskipun rasa marah atau kecewa tidak terhindarkan lagi dirasakannya. Subyek lebih memfokuskan diri dalam mencari solusi atas masalah yang sebenarnya. Hal ini misalnya terlihat dari perilaku detached concern yang ditampilkannya, antara lain konfrontasi yang tidak bernada menyerang atau menuduh, melainkan mengajak anak berdiskusi sambil dengan tenang mengungkapkan fakta-fakta tentang konsekuensi buruk yang terjadi akibat perilakunya tersebut. Konfrontasi dilakukan dengan tegas dan tanpa diulang-ulang lagi pada kesempatan berikutnya. Subyek juga tidak terjebak dalam perilaku yang terus-menerus mengontrol gerak-gerik anak, melainkan dengan tetap memberikan kebebasan pada anak namun juga memberi batasan-batasan yang harga dipatuhi. Selain itu, subyek tidak menjadikan masalah gangguan penggunaan zat sebagai tema utama dalam komunikasi dengan anak. Komunikasi lebih diarahkan pada kegiatan apa yang ingin dilakukan anak dalam mengisi waktu luangnya. Pada saat segala upaya telah dilakukan dalam memberi pengertian pada anak, namun anak tidak juga tergerak untuk mengubah perilakunya, subyek membuat suatu kesepakatan yang tegas dengan anak, misalnya dengan menyuruh anak memilih antara tetap tinggal di rumah dengan mematuhi aturan-aturannya, atau tidak perlu mematuhi aturan-aturannya tapi pergi meninggalkan rumah. Kesepakatan yang tegas ini dimaksudkan subyek agar anak belajar rnenerima konsekuensi buruk akibat aksi yang dipilih untuk dilakukannya, sehingga diharapkan anak dapat bertanggung jawab atas perbuatannya dan akhirnya mau mengubah perilakunya.
Hal lain yang ditemukan dari penelitian ini adalah timbulnya masalah baru di luar masalah penggunaan zat yang dialami anak, yang tampaknya memperparah tekanan emosional yang dialami orangtua, yaitu konflik antara sesama orangtua dalam hal cara mereka memperlakukan anak. Orangtua yang satu tidak setuju dengan cara orangtua lainnya memperlakukan anak.
Sehubungan dengan hasil penelitian, orangtua dianjurkan untuk membekali diri dengan informasi yang benar tentang gangguan penggunaan obat. Caranya antara lain dengan berdiskusi dengan orang-orang yang tahu banyak tentang masalah ini, misalnya dokter, psikiater, atau psikolog yang mengkhususkan diri dalam masalah tersebut. Orangtua juga dianjurkan untuk waspada terhadap emosi dan perilakunya sendiri dan mencari cara-cara yang dapat membuatnya memperoleh kenyamanan emosional, misalnya dengan mengembangkan karir, hobi, atau persahabatan. Dengan kenyamanan emosional yang diperoleh, orangtua kemudian dianjurkan untuk menerapkan perilaku detached concern seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengadakan cross-checked pada anak tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya terhadap diri orangtua dan cara orangtua memperlakukannya. Dan untuk lebih memperkaya data, ada baiknya pula bila dilakukan penggalian data melalui orang Iain, atau anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengan orangtua tentang bagaimana sikap dan perilaku sehari- hari ibu dan bapak di rurnah dalam menghadapi anaknya yang mengalami gangguan penggunaan zat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Januar Ichsan
"Penyesuaian diri merupakan komponen penting kehidupan manusia karena manusia akan selalu dihadapkan pada permasalahan dan memerlukan penyesuaian diri khususnya pada tempat rehabilitasi napza Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri Kedekatan seseorang yang memberikan dukungan tentu memiliki peran besar dalam sebuah rehabilitasi Konselor merupakan pedamping residen selama rehabilitasi Penelitian bertujuan melihat hubungan antara kedekatan dengan konselor dan penyesuaian diri residen penyalahguna napza selama rehabilitasi Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif survei Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada korelasi yang positif antara kedekatan konselor dengan penyesuaian diri residen penyalahguna napza di BNN Lido.

Self adjustment is an important component in human rsquo s life Because every human will always be face some kind of problems and needs self adjustment especially in a condition if you use drugs and live in a drug rehab There are some factors that affect human self adjustment A close relationship that always give some certain support surely have a big role for residents drug users in a rehab Counselor is the person who accompany residents everytime in a rehab This research goal is to see a connections between the counselor closeness with drug drug abuse resident rsquo s self adjustment along the rehab The methods that rsquo s been used is a survey quantitative methods The result of this research is there is a positive correlation between the counselor closeness with drug abuse resident self adjustment in BNN Lido rehabilitation
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiyatun Homisah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>