Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67773 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rivolinggo Pamudji
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Ujiarto
"Tesis ini tentang pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian. Permasalahan dalam tesis ini adalah pada pelaksanaan kegiatan pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian. Sedangkan yang dijadikan fokus tesis ini adalah fugsi pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian sebagai penanaman nilai-nilai kebudayaan organisasi Polri kepada para Taruna Akademi Kepolisian, agar mereka dapat menjadi petugas kepolisian yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan polisi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi. Dengan cara mengamati gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari Taruna Akademi Kepolisian dan pengasuh di lingkungan kesatrian Taruna. Untuk memperoleh suatu pemahaman yang mendalam terhadap obyek penelitian yang diamati, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data dengan cara (1) pengamatan, (2) pengamatan terlibat, (3) kajian dokumen, dan (4) wawancara.
Hasil studi menunjukan bahwa kegiatan pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian, merupakan transformasi nilai-nilai kebudayaan kepolisian kepada Taruna Akademi Kepolisian dalam rangka melaksanakan tugas pendidikan sebagai calon Perwira Polri. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata lingkungan pendidikan Perwira Polri di Akademi Kepolisian selain mengemban fungsi pengajaran dan latihan atau pendidikan yang memberikan transformasi ilmu pengetahuan atau transfer of knowledge, dan ketrampilan atau trartfer of skill; mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap transformasi nilai-nilai atau norma-nomia atau tranfer of value, kepada para siswanya yaitu Taruna Akademi Kepolisian. Sehingga hal-hal positif dan negatif dapat tertanam dalam diri para Taruna yang selama tiga tahun menjalankan pendidikannya. Tindakan atau perilaku yang diwujudkan oleh petugas kepolisian khususnya Perwira Polri lulusan Akademi Kepolisian tersebut, bisa merupakan pengaruh dari kewenangan yang dimilikinya, doktrin-doktrin dan nilai-nilai yang telah tertanam di dalam setiap individu anggota Polri semenjak dalam masa pendidikan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Sri Wijayanti
"ABSTRAK
Berbagai macam tuntutan yang ada dalam organisasi dapat menjadi
sumber stres bagi karyawan yang bekerja di dalamnya. Tuntutan tersebut dapat
ditimbulkan oleh adanya pembagian kerja dan tugas maupun aspek-aspek Iain
yang terdapat di dalam organisasi. Adanya pembagian kerja berdasarkan
pendekatan fungsional mempengaruhi sumber stres yang dirasakan oleh karyawan
yang bersangkutan. PT. Wijaya Karya (WIKA) sebuah perusahaan multi usaha
memiliki pembagian kerja yang khas berdasarkan pendekatan fungsional.
Berdasarkan adanya pembagian kerja tersebut, terdapat istilah karyawan Pusat,
Divisi- kantor dan Divisi-Iapangan. Penelitian ini tertarik unluk melihat gambaran
sumber stres karyawan WIKA secara umum maupun secara khusus pada ketiga
tempat kerja tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan alat berupa kuesioner SDS (Srress Diagnostic Survey) dari Matteson dan
Ivancevich (1982). Responden penelitian ini adalah karyawan WIKA yang
kebetulan bekerja di Jakarta dan sekitarnya Metode pengambilan subyek
menggunakan teknik non-probability dengan cara incidental sampling. Teknik
pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata (mean)
dari setiap aspek sumber stres. Untuk melihat urutan aspek dari yang paling
menimbulkan stres hingga kurang menimbulkan stres dilakukan pengujian perbedaan mean (t-test) untuk sampel berpasangan. Sedangkan untuk melihat
perbedaan sumber stres berdasarkan pembagian kerja, dilakukan pengujian
perbedaan mean untuk sampel yang tidak berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pengembangan karir,
kebimbangan peran, kepemimpinan, beban kerja kurang, konflik peran dan
kebijakan administrasi dirasakan sebagai sumber stres oleh seluruh karyawan
WIKA. Karyawan Pusat merasakan 12 aspek sumber stres, 6 aspek tercakup
dalam aspek sumber stres yang dirasakan oleh seluruh karyawan, dan 6 aspek
Iainnya adalah : tekanan norma, kurangnya kekohesifan kelompok, dukungan
kelompok yang tidak adekuat, struktur organisasi, tekanan waktu dan kondisi
kerja. Sumber stres karyawan divisi kantor ada 6 dan semuanya tercakup dalam
sumber stres umum. Sedangkan sumber stres karyawan divisi lapangan ada 8,
enam diantaranya sudah tercakup dalam sumber stres umum dan sisanya adalah :
aspek kondisi kerja dan tekanan norma.
Berdasarkan analisa hasil diperoleh kesimpulan bahwa aspek
pengembangan karir dirasakan sebagai aspek yang paling menimbulkan stres oleh
seluruh karyawan. Hal ini dapat terjadi karena hingga saat ini di WIKA belum ada
penetapan jenjang karir yang jelas dan pasti. Sedangkan aspek beban kerja kurang
disebabkan oleh adanya pembagian kerja secara fungsional yang memungkinkan
spesialisasi tugas, sehingga tugas yang dikerjakan terasa monoton dan
menimbulkan stres. Konflik peran dan kebimbangan peran boleh jadi disebabkan
karena kebijakan administrasi yang kaku dan ketat serta pemimpin yang kurang
mampu mendukung karyawan. Pembenahan aturan dan kebijakan dalam jenjang
karir merupakan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan sumber stres
yang dirasakan karyawan. Pengayaan dan perluasan tugas perlu dilakukan untuk
mengatasi kejenuhan dan rasa tidak berharga akibat beban kerja kurang.
Melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan serta peran aktif
pemimpin dalam mendukung tugas-tugas karyawan diperlukan untuk mengatasi
konflik peran dan kebimbangan peran. Ada baiknya pula memberikan perhatian
pada keluhan-keluhan sehubungan dengan kondisi fisik yang dirasakan kurang
memadai."
1998
S2667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Mitra Rachmawati
"Di masa pandemi COVID-19, para peserta didik di Akademi Kepolisian, yang disebut taruna, menjalani program pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selama PJJ, taruna memiliki tuntutan akademis yang tinggi dengan rutinitas yang padat. Kondisi ini berpotensi menyebabkan munculnya academic burnout yang berdampak negatif pada individu maupun lembaga pendidikan. Berdasarkan penelitian terdahulu, ditemukan bahwa academic burnout memiliki hubungan negatif dengan beberapa faktor, diantaranya adalah academic self-efficacy dan peran dari pengajar untuk memberikan dukungan dalam proses belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran academic self-efficacy dalam hubungan antara persepsi dukungan makna belajar dari dosen dan academic burnout. Sebanyak 279 partisipan diperoleh dalam penelitian yang menggunakan alat ukur ‘Academic Burnout’, ‘Academic Self-efficacy’, dan ‘Persepsi Dukungan Makna Belajar dari Dosen’. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Hayes Macro PROCESS untuk menguji model mediasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa academic self-efficacy secara parsial dan signifikan memediasi (ab = -.26, p <.001, 95% CI [-.40 s.d. -.11]) hubungan antara persepsi dukungan makna belajar dari dosen dan academic burnout. Temuan dari penelitian ini membuktikan bahwa persepsi dukungan makna belajar dari dosen berperan penting dalam meningkatkan academic self-efficacy pada taruna Akpol untuk dapat menurunkan potensi academic burnout yang dialami selama PJJ.

During the COVID-19 pandemic, students at the Indonesian Police Academy, called cadets, underwent a distance learning program. During distance learning, cadets have high academic demands with a busy routine. This condition can lead to the emergence of academic burnout, which has a negative impact on individuals and educational institutions. Previous research found that academic burnout has a negative relationship with several factors, including academic self-efficacy and the lecturer's role to provide support in learning. This research was conducted to see the role of academic self-efficacy on the relationship between perceived lecturer's meaning support in learning and academic burnout. A total of 279 participants were obtained in the study using measuring instruments 'Academic Burnout', 'Academic Self-efficacy', and ‘Perceived Lecturer's Meaning Support in Learning'. The data obtained were analyzed using Hayes Macro PROCESS to test the mediation model. The results showed that academic self-efficacy partially and significantly mediates (ab= -.26, p <.001, 95% CI [-.40 to -.11]) relationship between perceived lecturer’s meaning support in learning and academic burnout. This finding proved that the perceived lecturer’s meaning support in learning plays an important role in improving academic self-efficacy for police cadets, in order to reduce the potential of academic burnout experienced during distance learning"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Fahmi Mubarok
"Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis revitalisasi pola pengasuhan taruna akademi kepolisian berbasis teknologi informasi pada lembaga pendidikan dan pelatihan Polri. Upaya pola pengasuhan taruna akademi kepolisian berbasis teknologi informasi menjadi penting dilakukan, mengingat berbagai tantangan global yang mengharuskan para siswa akpol adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil Penulisan ini menjelaskan bahwa pertama, kondisi faktual pengasuhan taruna Akpol sebelum tahun 2022, pola pengasuhan belum berjalan secara maksimal karena berbagai faktor, diantaranya kurangnya jumlah pengasuh, adanya pengasuh yang kurang kompeten, pengasuh belum seluruhnya mendapatkan pelatihan dasar, masih adanya tradisi kekerasan serta pola hidup hedonism para Taruna Akademi Kepolisian dan tidak adanya pedoman pola pengasuhan yang dimiliki oleh para pengasuh dalam melaksanakan pengasuhan kepada para Taruna Akpol. Kedua, Revitalisasi Pola Pengasuhan Taruna Akademi Kepolisian Berbasis Teknologi Informasi dilakukan melalui berbagai tahapan. Pada revitalisasi proses pengajaran menggunakan platform aplikasi antara lain; email, e-calender, Drive, e-Classroom, Docs, SIA (sistem informasi akademik), Taruna Care, E-Learning, dan Blog Mahasiswa. Kemudian revitalisasi proses pelatihan salah satu aplikasi yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh jarak tempuh lari taruna Akpol. Revitalisasi proses pengasuhan dilakukan dengan aplikasi zoom meeting, seperti diskusi penugasan, konsultasi daring taruna dengan pengasuh, dan adanya ruang pusat pengawasan melalui CCTV disetiap area di sekitar Akademi Kepolisian guna menghindari terjadinya tindakan pelanggaran. Para Pengasuh juga selalu memonitor kegiatan Taruna pada saat pesiar/cuti melalui Whatsapp Group dan pengecekan melalui Video Call. Dari penjelasan tersebut, upaya revitalisasi dilakukan didasarkan juga pada kemampuan pengasuh untuk memanfaatkan teknologi informasi.

This research aims to analyze the revitalization of information technology-based parenting patterns for police academy cadets at National Police education and training institutions. Efforts to provide information technology-based parenting patterns for police academy cadets are important, considering the various global challenges that require police academy students to be adaptive to developments in information technology. This research uses a qualitative method with a case study approach. The results of this research explain that first, the factual condition of caring for Police Academy cadets before 2022, the pattern of care has not been running optimally due to various factors, including the lack of caregivers, the presence of caregivers who are less competent, caregivers have not all received basic training, there is still a tradition of violence and the hedonistic lifestyle of Academy Cadets. The police and the absence of guidance on parenting patterns that caregivers have in carrying out care for Police Academy Cadets. Second, the revitalization of information technology-based parenting patterns for police academy cadets is carried out through various stages. In revitalizing the teaching process using application platforms, including; email, e-calendar, Drive, e- Classroom, Docs, SIA (academic information system), Taruna Care, E-Learning, and Student Blog. Then revitalize the training process, one of the applications used to measure how far the Police Academy cadets have run. The revitalization of the care process is carried out using the zoom meeting application, such as assignment discussions, online consultations between cadets and their caretakers, and the existence of central monitoring rooms via CCTV in every area around the Police Academy to avoid violations. The Caretakers also always monitor Cadet activities while on vacation/leave via Whatsapp Group and checking via Video Call. From this explanation, revitalization efforts are also based on the ability of caregivers to utilize information technology."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hening Madonna
"ABSTRAK
Latar Belakang. Pendidikan dasar kepolisian merupakan situasi dan lingkungan yang penuh dengan penerapan disiplin yang tinggi. Situasi dan lingkungan tersebut diciptakan agar peserta didik terlatih untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi berbagai kondisi yang berisiko tinggi, bahaya cedera maupun trauma psikis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak negatif stresor psikososial dan berbagai strategi coping pada taruna-taruni Akademi Kepolisian (Akpol). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan korelasi antara dampak negatif stresor psikososial dengan strategi coping pada taruna-taruni Akpol.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subyek penelitian berjumlah 124 taruna–taruni Akpol (taruna 104, taruni 20). Subyek penelitian dipilih dengan cara stratified random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Life Experiences Survey (LES) dari Irwin G. Sarason yang terdiri dari 60 item yang dinilai dengan skala likert -3 sampai 3 dan Coping Orientation to the Problem Experienced (COPE) yang termasuk Religious Coping Scale yang terdiri dari 61 item dengan skala likert 1 sampai 4. Kedua alat ukur tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Pada instrumen LES untuk penelitian ini, hanya mngambil dampak negatif stresor psikososial. Data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, status ekonomi dan tingkat pendidikan juga dihimpun pada penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk windows versi 20. Tingkat kemaknaan yang digunakan untuk uji statistik adalah p < 0,05.
Hasil. Dampak negatif stresor psikososial yang terbanyak pada subyek penelitian antara lain adalah kematian dari anggota keluarga dekat (57%), perubahan yang besar dari pola kebiasaan tidur (55%), gagal dalam mata ujian yang penting (50%), anggota keluarga sakit berat (50%) dan putus pacar (43%). Strategi coping yang paling sering digunakan taruna–taruni Akpol adalah active coping (50,4±6,76) dan religious coping (40,44±4,79). Dijumpai adanya korelasi positif antara dampak negatif stresor psikososial dengan penggunaan emotion coping pada taruna–taruni Akpol (r=0,304, p<0,05).
Simpulan. Semakin besar dampak negatif stresor psikososial yang dialami taruna-taruni Akpol, maka mereka cenderung menggunakan emotion coping yang bukan merupakan strategi coping yang efektif di lingkungan pendidikan dasar kepolisian. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi psikososial untuk mengembangkan coping yang berfokus masalah pada taruna–taruni Akpol.

ABSTRAK
Background. Police academy is full of highly discipline situation and environment. This situation and environment is created so that cadets are trained to prepare themselves to face a variety of high risk conditions , the danger of injury or psychological trauma. Therefore, this study aimed to identify the negative impact of psychosocial stressors and coping strategies on cadets of police academy. In addition, this study also aims to obtain a correlation between psychosocial stressors negative impact and coping strategies in cadets of Police Academy.
Method. This is cross-sectional study with total 124 subjects from Police Academy cadets (104 males and 20 females). The subjects of this study were selected through stratified random sampling. The instrument used in this study is the Life Experiences Survey ( LES ) from Irwin G. Sarason which consists of 60 items that assessed the Likert scale -3 to 3 and the Coping Orientation to Problems Experienced ( COPE ) which includes Religious Coping Scale, which consists of 61 items with a likert scale of 1 to 4. Both the instruments have been translated into Indonesian. In LES instrument for this study, only the negative impact of psychosocial stressors were taken. Demographic data including age, gender, religion, ethnicity, economic status and level of education are also collected in this study. Data were analyzed using SPSS for Windows version 20. Levels of significance were used for statistical tests was p < 0.05 .
Results . The most common negative impact of psychosocial stressors were the death of a close family member (57 %), disturbance of sleep pattern (55 %), failed in the important eye exams (50 %), serious illness of family members (50 %) and romantic relationship break up (43 %). Coping strategies that most frequently used were active coping (50.4 ± 6.76) and religious coping (40.44 ± 4.79). We found a positive correlation between the negative impact of psychosocial stressors and the used of emotion coping in cadet of police academy ( r = 0.304, p < 0.05 ).
Conclusion. The greater the negative impact of psychosocial stressors experienced by Police Academy cadets , the more often they tend to use emotion coping that were not an effective coping strategy in basic police education environment. Therefore, it is necessary to develop psychosocial coping intervention that problems focused coping on the Police Academy cadets problems."
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Kusmawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Dianasari
"ABSTRAK
Pengangguran merupakan masalah rumit yang muncul di banyak negara. Di Indonesia,
data terakhir (Sakernas 1994) menunjukkan angka pengangguran sejumlah 1,5 juta.
Dari angka tersebut, 6,25 persen di antaranya adalah pengangguran lulusan perguruan
tinggi. Setiap tahunnya, lulusan perguruan tinggi yang terpaksa menganggur mencapai
70.000 orang. Angka tersebut menunjukkan bahwa gelar kesarjanaan yang
belum menjamin seseorang akan cepat mendapat pekerjaan. Kondisi menganggur
dapat menimbulkan tekanan atau stres. Stres, pada hakikatnya terdiri dari dua aspek,
yaitu sumber stres dan reaksi stres. Stres tidak akan muncul jika tidak ada sumber stres,
atau sebaliknya. Stres pada kondisi menganggur dapat muncul dari aspek-aspek atau
manfaat bekerja yang tidak dapat dinikmati oleh para penganggur.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hal-hal atau faktor-faktor apa saja yang dapat
menjadi sumber stres, serta bagaimana gambaran faktor-faktor sumber stres tersebut
pada sarjana penganggur di Jakarta dan sekitarnya. Secara lebih khusus, penelitian ini
juga mencoba melihat perbandingan antara pria dan wanita dalam gambaran
masing-masing faktor. Dari analisis faktor yang dilakukan berdasarkan data yang
terkumpul dari 102 sarjana penganggur pria dan wanita, ditemukan 8 (delapan) faktor
yang dianggap sebagai sumber stres oleh sarjana penganggur di perkotaan.
Faktor-faktor tersebut adalah Tekanan untuk memperoleh pekerjaan; Persaingan untuk
memperoleh pekerjaan; Perasaan negatif sebagai penganggur; Tekanan Finansial ;
Persepsi kemampuan diri; Proses pencarian pekerjaan; Perencanaan masa depan; dan Penerapan dan pengembangan ilmu. Kedelapan faktor tersebut dapat digolongkan ke
dalam dua bagian, yaitu sumber stres eksternal dan sumber stres internal. Dari
peringkat antar faktor, diketahui bahwa faktor tekanan untuk memperoleh pekerjaan
(sumber stres eksternal) dipandang sebagai faktor yang paling besar menimbulkan
stres, sedangkan faktor penerapan dan pengembangan ilmu (sumber stres internal)
dipandang sebagai faktor yang paling sedikit menimbulkan stres.
Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara pria dan wanita
dalam memandang tiga faktor, yaitu persaingan untuk memperoleh pekerjaan; perasaan
negatif sebagai penganggur; dan proses pencarian pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Becker, Horowitz dan Campbell (1973) bahwa jenis kelamin merupakan
salah satu karakteristik individu yang membuat individu memandang sumber stres dan
mengalami intensitas stres yang berbeda. Hasil ini juga sesuai dengan riset Silverman,
Eicher dan Williams (1987) bahwa pria dan wanita memiliki pandangan yang berbeda
terhadap sumber stres yang dihadapi. Pada ketiga faktor tersebut, wanita memandang
ketiga faktor ini sebagai lebih menimbulkan stres dibanding pria.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk melakukan penelitian kualitatif dengan
metode wawancara mendalam untuk mengetahui dinamika masalah yang dihadapi dan
memperbanyak responden. Disarankan pula untuk menyempurnakan alat ukur yang
dipergunakan dalam penelitian. Sebaiknya penelitian serupa juga dilaksanakan pada
penganggur dari semua tingkat pendidikan, tidak hanya sarjana saja. Selain itu juga
diberikan beberapa saran praktis agar para sarjana penganggur tidak terganggu
penyesuaian dirinya, serta membantu diperolehnya pekerjaan yang diidamkan."
1996
S2395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>