Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeneva: World Health Organization , 1988
612.6 RES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pinon, Ramon
California: University Science Books, 2002
612.6 PIN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rafika Oktivaningrum
"Studi biomonitoring menunjukkan adanya pajanan Bisphenol A BPA terhadap penduduk dunia Aktifitas estrogenik BPA diketahui memiliki dampak kesehatan yang merugikan salah satunya terhadap sistem reproduksi dan perkembangan Oleh karena itu penelitian ini melakukan kajian sistematis terhadap dampak pajanan BPA pada sistem reproduksi dan perkembangan manusia melalui telaah terhadap berbagai penelitian in vitro dan observasional Hasil identifikasi studi dari 8 database jurnal Pubmed ACS ESCOHOST EHP JSTOR Proquest Science Direct dan Springerlink mengumpulkan 678 artikel Pemilihan studi dilakukan dengan melakukan tahap screening dan eligibility berdasarkan kriteria inklusi sehingga terpilihlah 36 artikel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan terdapat berbagai dampak pajanan BPA terhadap sistem reproduksi yang ditemukan pada studi observasional berupa gangguan fertilitas seperti penurunan kualitas semen dan disfungsi seksual bagi pria dan kegagalan implantasi pada wanita yang melakukan fertilisasi in vitro Dampak pajanan BPA yang ditemukan pada perkembangan manusia adalah perilaku depresi dan kecemasan pada anak perempuan dan agresif pada anak laki laki serta ukuran saat kelahiran berupa kejadian BBLR KMK dan peningkatan ukuran lingkar kepala Penelitian ini menyimpulkan bahwa ditemukan efek kesehatan yang merugikan akibat pajanan BPA terhadap sistem reproduksi dan perkembangan manusia namun hasil penelitian yang ditemukan masih bersifat tidak konsisten satu sama lain Kata kunci Bisphenol A BPA sistem reproduksi perkembangan kajian sistematis.

Biomonitoring studies have shown evidences of BPA exposure to world population Estrogenic activity of BPA might cause adverse impact on human health such as reproduction system and development Therefore this study did a systematic review about the impact of BPA exposure on human reproduction system and human development Identification of study collected 678 articles from 8 journal databases Pubmed ACS ESCOHOST EHP JSTOR Proquest Science Direct dan Springerlink Those articles were checked through screening and eligibility phase for some criterias 36 studies included in this systematic review Review of observational studies indicate adverse effect to human fertility For man population BPA decrease semen quality and sexual disfunction and for woman BPA cause implantation failure among woman undergoing IVF Review on development studies indicate some impacts of BPA exposure such as increase anxiety and depression in girl and agressive behaviour in boys also birth outcomes such as LBW SGA and increased of head circumference This study conclude that BPA might cause adverse effect on human reproduction system and development however the result of those studies are still inconsistent Key words Bisphenol A BPA reproduction system development systematic review."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wresti Indriatmi
"LATAR BELAKANG: Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) merupakan masalah yang berdampak penting pada wanita hamil. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ISR, namun jarang sekali dilakukan penelitian mengenai hal ini.
METODE: Dilakukan studi potong lintang dengan analisis kasus kontrol. Subyek ialah wanita hamil, yang tidak mengalami inkompetensia serviks, plasenta praevia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, atau karsinoma serviks, yang datang ke Poliklinik Antenatal Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Juni-September 1998. Dari duh tubuh vagina dan serviks dibuat sediaan apus dengan pewarnaan Gram, sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis, biakan untuk gonokokus, dan pemeriksaan enzyme immuno assay untuk deteksi infeksi Chlamydia trachomatis. Dari darah vena dilakukan tes serologi sifilis. Analisis data menu unakan cara regresi logistik multinomial.
HASIL: Dari 300 wanita hamil yang diperiksa, terdapat 28,4% menderita ISR dengan jenis terbanyak ialah kandidosis vaginalis (15%) , diikuti oleh vaginosis bakterial (9,3%), serta infeksi menular seksual (4%). Duh tubuh vagina bergumpal, dan duh tubuh vagina melekat di dinding berhubungan kuat dengan kandidosis vaginalis dengan berturut-turut odds ratio suaian (OR) 10,4 dengan 95% confidence interval (CI) 2,73 ; 39,59 dan OR suaian 4,05 (95% CI 1,16 ; 14,11) . Umur 17-24 tahun berisiko lebih tinggi mendapat PMS dengan OR suaian 9,91 (95% Cl 1,08 ; 90,68).
KESIMPULAN: Pada wanita hamil, lebih dari seperempatnya dapat ditemukan ISR, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menjadikan skrining ISR sebagai bagian dari pemeriksaan rutin antenatal. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian kandidosis vaginalis pada wanita hamil ialah duh tubuh bergumpal atau melekat di dinding. Risiko penyakit menular seksual paling tinggi pada kelompok umur 17-24 tahun.

Risk factors of reproductive tract infection among pregnant women in Antenatal Clinic Dr. Cipto Mangankusumo General HospitalBACKGROUND: Reproductive tract infection (RTI) is an important problem especially for pregnant women. However, factors that can affect the occurrence of this infection are not well known.
METHODS: We analyzed data derived from cross-sectional study. Study's subjects were pregnant women, who didn't experience cervix incompetence, placenta praevia, vaginal bleeding, premature rupture of the membrane, or carcinoma of the cervix, visited Antenatal Clinic of Obstetric and Gynecology Department dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta July-September 1998, and the vaginal and cervical discharge were examined with Gram staining and wet mount, gonococcal culture, and for Chlamydia detection with enzyme immuno assay technique. Serology test of syphilis was also done. Data were then analyzed using the polytomous logistic regression.
RESULTS: From 300 pregnant women examined, RTI was found in 28,4% with vaginal candidosis being the most prevalent (15%) followed by bacterial vaginosis (9,3%), sexually transmitted infection (4%). The thick and curdy vaginal discharge, and vaginal discharge adhered to vaginal wall were strongly associated with vaginal candidosis with adjusted odds ratio (OR) 10,40 with 95% confidence interval (95% CI) 2,73 ; 39,59 and adjusted OR 4,05 (95% Cl 1,16 ; 14,11) respectively. Pregnant women aged 17-24 years has a higher risk for sexually transmitted diseases with adjusted OR 9,91 (95% Cl 1,08 ; 90,68).
CONCLUSION: RTI can be found in more than one-fourth pregnant women visiting antenatal clinic, so it was recommended to screen every pregnant women for RTI. The associated factor of candidosis vaginalis was thick and curdy vaginal discharge or discharge adhered to the vaginal wall The risk of sexually transmitted infection was more prominent among young aged pregnant women."
2001
T3161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Kurniawan
"Proporsi kelompok usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 22,2 % dari total populasi, secara kuantitatif merupakan aset yang penting bagi pembangunan nasional di masa yang akan datang dan jika status kesehatan fisik dan mental mereka optimal akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa di mana terjadi perubahan fisik (organobiologik), mental dan psikososial yang cepat. Pada saat ini remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru. Adanya perubahan organobiologik disertai ciri khas remaja menimbulkan berbagai masalah, yang diantaranya adalah masalah kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Saat ini reproduksi remaja menjadi masalah karena angka kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit menular seksual dan pernikahan usia muda menunjukkan peningkatan yang bermakna.
Melihat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam menentukan kualitas hidup generasi berikutnya dan mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual mahasiswa baru yang berusia 17-19 tahun Unika Atma Jaya serta hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap terhadap kesehatan reproduksi dan lingkungan sosial mahasiswa baru tersebut dengan perilaku seksualnya. Hal ini berhubungan pula dengan akan dipersiapkannya mahasiswa Unika Atma Jaya, Jakarta menjadi sumber daya manusia berkualitas bagi pembangunan bangsa, sehingga harus mempunyai status kesehatan yang optimal, baik fisik maupun mental.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran perilaku seksual dan hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual remaja di antara mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta yang berusia 17-19 tahun.
Desain penelitian ini cross sectional. Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan jumlah sampel 395 orang mahasiswa baru angkatan 2000/2001 dan belum menikah. Hipotesis penelitian adalah "Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta".
Hasil penelitian menunjukkan 8,4 % mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual. Dari hasil analisis bivariat dengan Pearson Chi Square, komunikasi dengan kelompok sebaya dengan p = 0,042 dan komunikasi dalam keluarga dengan p = 0,011 mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual mahasiswa. Analisis multivariat dengan multi regresi logistik diperoleh bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual mahasiswa baru, setelah dikontrol variabel confounding jenis kelamin dan pendidikan ibu, dengan nilai p=0,007 dan OR =1,8. Artinya mahasiswa yang tidak aktif berkomunikasi dengan keluarga mempunyai kemungkinan untuk berperilaku seksual berisiko 1,8 kali lebih besar dari pada yang aktif berkomunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian itu kepada pimpinan Unika Atma Jaya, Jakarta disarankan agar diadakan seminar tentang kesehatan reproduksi bagi orang tua mahasiswa baru setiap tahun, melakukan pendidikan dan pelatihan kesehatan reproduksi melalui pendekatan kelompok sebaya dan menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti sejauh mana pengetahuan dan persepsi orang tua tentang kesehatan reproduksi serta kemampuannya berkomunikasi. Dan bagi pemerintah disarankan agar pendidikan kesehatan reproduksi diberikan di sekolah-sekolah, kegiatan Karang Taruna, pondok pesantren dan pengajian serta menyediakan informasi kesehatan reproduksi sebanyak-banyaknya melalui media massa.

The Relationship between Knowledge, Attitude and Social Environment with Sexual Behavior in Students of Atma Jaya Indonesia Catholic University, Jakarta In 2000Quantitatively Indonesian age of 10-19 years (adolescence group) is an importance asset for the future national development since they reach up to 22.2 % from over population. Therefore the quality of their mental and physical healthy should be taken care of or event improved.
Adolescent is a stage between childhoods to adulthood, when physicals, mental and psychosocial are changed rapidly. Within this adolescent stage has curiosity and tends to try new things. These changes can cause many problems. One of them is reproductive health.
Reproductive health is a stage of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity in all matters relating to the reproductive system and to its functions and processes. At the present time adolescents reproductive is becoming serious problem because of the increasing rate of unwanted pregnancy and early childbirth, unsafe abortion and sexual transmitted diseases.
Considering the complexity of reproductive health and its effect, the quality of life of next generation, so the writer interested to find out how far sexual behavior of the new student age of 17-19 years and also the relationship between their knowledge, attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior.
The research is conducted to obtain information about sexual behavior description and the relationship between their knowledge and attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior of the new student age of 17-19 years.
The research is cross sectional designed. The data is collected by questionnaires. The sample amount is 395 single new students year 2000/2001. The hypothesis is there are relationship between knowledge, attitude and social environment with sexual behavior of new student Atma Jaya University, Jakarta.
The result shows 8.4 % students ever do sexual intercourse before. The bivariate analysis result of with Pearson Chi-Square, show that the communication with peers (p value = 0.042) and communication with family (p value = 0.011) have a significant correlation. Based on multivariate analysis with Logistic Regression the most significant correlation is communication with family which has p value = 0.007 and OR = 1.8, and controlled by sex and mother education. It means that the students who have not active communication with their family have sexual behavior risk 1.8 times higher than the other one.
According to this research it is recommended to the head of Atma Jaya University to conduct a seminar about adolescent reproductive health for the parent of the new student every year, to educate and to train reproductive health with peer education and to provides a reproductive health service, such as counseling. For other researcher it is also recommended to research how far the knowledge and perception of parents about reproductive health and their communication ability. At last for the government it is suggested that reproductive health education should be taken at junior and senior high school, Karang Taruna activities, Pondok Pesantren and religious activities and provides more information of reproductive health in mass media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PS Kurniawati A.
"Remaja dapat menjadi sumber daya manusia yang sangat berharga disuatu negara khususnya bila mereka dapat tumbuh dengan baik secara fisik dan psikologis. Dari hasil penelitian terhadap remaja jalanan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan lebih dari separuh (54%) responden dilaporkan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual sesama temannya (n=657). Di Kota Bengkulu melalui evaluasi proyek Youth Center, 17% dari responden (n=341) menyatakan boleh melakukan hubungan seksual sebelum menikah, sebagian kecil (5,9%) dan mereka sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja diantara mahasiswa Akademi Kesehatan di Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini mahasiswa Akademi Kesehatan dengan rentang usia 18-24 tahun dan belum menikah. Sebanyak 238 orang mahasiswa laki-laki dan perempuan yang terpilih menjadi responden yang diambil secara acak sederhana dengan alokasi proporsional.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk mengukur aspek pengetahuan, sikap dan perilaku seksual dilakukan dengan mengisi kuesioner oleh mahasiswa Akademi Kesehatan yang sebelumnya telah dilakukan uji coba pada mahasiswa Akademi lain yang tidak terpilih sebagai lokasi penelitian. Dari hasil penelitian ini ditemukan tiga dari sepuluh mahasiswa (29%) mempunyai perilaku seksual relatif berisiko (berciuman mulut dan meraba organ sensitif dari pasangannya). Sebagian kecil (5, 08%) dari responden pernah melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
Dari hasil analisis data ditemukan bahwa kedua variabel yaitu jenis kelamin dan sikap mahasiswa terhadap kesehatan reproduksi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual mereka. Mahasiswa laki-laki mempunyai kecenderungan yang lebih besar dalam perilaku seksual relatif berisiko dibandingkan dengan mahasiswa perempuan (Odd Ratio : 3,06). Kesimpulan dua dari enam hipotesis dalam penelitian ini diterima. Disarankan agar pihak ademi membuat kegiatan ekstra kurikuler dengan muatan khusus kesehatan reproduksi dan kepada BP3 agar dapat menggunakan powernya untuk merangkul orangtua mahasiswa, dan dilakukan upaya untuk peningkatan kemampuan para orangtua dalam membicarakan masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja kepada anak remajanya.

Factors Related To The Adolescent Reproductive Health Behavior Among Health Academies Students In The City of Bengkulu, 2001In a country, the adolescents could be an invaluable human resource especially if they grow well both physically and psychologically. Based on results the research among the street adolescents conducted by Department of Health, it was shown that more than a half of respondents (54%) reported having sexual intercourse with their own friends (n = 657). In the city of Bengkulu, the results of the evaluation project of the youth center, indicated 17% of the respondents (n = 341) a great having premarital sexual intercourse, a small proportion of them (5,9%) actually had premarital sex.
The purpose of this research was to get information about factors related to the adolescent reproductive health behavior among Health Academies students in city of of Bengkulu. This research used a cross sectional study design. The population of the study was Health Academic students, aged 18-24 years of age and single. Through allocation proportional to size Simple Random Sampling 238 with male and female students were selected as respondents. Both validity and reliability of the instrument of the study was assessed.
The instrument which was intended to asses the several aspects of the knowledge, attitude and sexual behavior was pre tested. The self admistered questionnaires were Hied-up by the students. The results showed that three out ten (29%) the students indicated relatively high risk sexual behavior i.e. (mouth-kissing and touching sensitive organs of their partners). A small proportion (5,08%) respondents having sexual relationship with their partners. The results of the data analysis showed that both sex and attitude of students indicated a significant relationship with the sexual behavior. The male students were highly had a risky sexual behavior than that of their female countern parts (Odd Ratio : 3, 06).
In conclusion, out of six hypotheses two of them were accepted. Recommendations were made to enrich both the extra curricular activities and the role of Parent-Teacher Association (BP3) to entrance the communication between parents and students relevant to reproductive health issues.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T 3698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiati Sekaringsih
"Di tingkat internasional masalah kesehatan reproduksi menjadi isu penting yang dibahas dalam Konferensi Internasional Kependudukan di Kairo (1994) dan Konferensi tentang Perempuan di Beijing (1995) karena kesehatan reproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Sebagai tindak lanjut konferensi tersebut, pada tahun 1998 Departemen Kesehatan telah membentuk Komisi Kesehatan Reproduksi Nasional, yang di dalamnya terdapat Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja. Kelompok kerja itu terdiri atas beberapa program dan sektor terkait serta organisasi profesi. Tujuan Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja adalah untuk mengantisipasi masalah kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia. Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan mengembangkan materi inti KRR, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan KIE-KRR. Materi inti itu telah diuji coba di tiga Puskesmas, di antaranya di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan.
Perinasia merupakan salah satu organisasi yang berminat di bidang kesehatan reproduksi. Organisasi itu bekerja sama dengan WHO melakukan studi pengembangan pelayanan KRR di Puskesmas beserta rujukannya dan menetapkan Puskesmas Pasar Minggu sebagai wilayah uji coba. Dalam serangkaian kegiatannya, pada bulan Juni 1999, Perinasia melakukan pelatihan KIE dan konseling tentang KRR bagi Petugas Puskesmas Pasar Minggu dan Puskesmas Tebet. Setelah itu, dari bulan Agustus 1999 sampai Desember 1999, petugas Puskesmas terlatih diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman lapangan dengan jalan melakukan pembimbingan KRR pada siswa SMU Santo Fransiskus (SF) Asisi di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Tujuan memberikan pembimbingan KRR kepada siswa sekolah tersebut adalah meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif serta kemampuan siswa dalam memelihara kesehatan reproduksinya.
Metode yang digunakan oleh petugas Puskesmas pada saat melakukan pembimbingan tersebut adalah diskusi kelompok, kelompok siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan menggunakan media lembar balik, serta menggunakan materi inti KRR dari Departemen Kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembimbingan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang KRR pada siswa SMU SF Asisi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan intervensi pembimbingan KRR. Siswa SMU SF Asisi menjadi kelompok intervensi dan siswa SMU 17 Agustus sebagai kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi pembimbingan KRR. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah swasta yang berada di wilayah Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perubahan pengetahuan KRR pada siswa SMU SF Asisi lebih tinggi dibanding siswa SMU 17 Agustus dengan perbedaan yang bermakna secara statistik. Melalui analisis Anova MCA diketahui bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan KRR pada siswa ialah sumber informasi KRR yang berasal dari dokter, penyuluh kesehatan, dan buku.
Pembimbingan KRR tidak mempengaruhi perubahan sikap tentang KRR pada siswa SMU SF Asisi. Perubahan sikap pada siswa SMU SF Asisi tidak berbeda secara bermakna dibandingkan dengan sikap siswa SMU 17 Agustus. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan KIE-KRR petugas Puskesmas sebagai pembimbing. Perubahan sikap tentang KRR pada siswa di kedua sekolah tersebut dipengaruhi pula oleh faktor lain, yaitu karakteristik pribadi siswa dan sosial ekonomi. Interaksi siswa dengan sumber informasi KRR tidak mempengaruhi peningkatan sikap siswa tentang KRR.
Dengan demikian saran yang diajukan adalah peningkatan kemampuan KIE-KRR petugas pembimbing, antara lain melalui pelatihan yang disertai praktik lapangan. Media KIE yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembimbingan agar lebih besar ukurannya dan lebih menarik, materi KRR yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

The Impact of Reproductive Health (RH) Guidance Towards the Knowledge and Attitude of Adolescents Reproductive Health among the St. Fransiskus Asisi Senior High School Students in Tebet Subdistrict, South Jakarta, 1999At the international level, the RH problem had become an important issue during two conferences i.e. The International Conference on Population in Cairo (1994) and the Conference on Women in Beijing (1995). This was because the RH problem had a great impact towards the high Maternal Mortality Rate (MMR) in several countries, including Indonesia. As a follow up of the results of those two Conferences, in 1998 the Ministry of Health established a National Commission on reproductive Health, of which the Adolescent RH Working Group was one of its Working Groups. The members of this Working Group came from the concerned inter-programmed and inter-sectors representatives. The aim of establishment of this Working Group was to respond and anticipate the reproductive health problems in Indonesia. In 1999, the MOH had developed Core Material on Adolescent RH which could be used as a reference in conducting the Information, Education and Communication Adolescent Reproductive Health (IEC-ARH) activities. The Core Material was already field tested in three Puskesmas (Public Health Centers) including in Tebet HC, South Jakarta.
One of the IEC-ARH activities conducted by the HC personnel was providing guidance on reproductive health to the teenagers aiming to improve their knowledge, positive attitude and ability in order to prevent early and unwanted pregnancies leading to the reduction of MMR in Indonesia which was yet remaining as the highest among the other Asian countries. To improve the ability of IEC-ARH among the HC personnel, PERINASIA in collaboration with Pasar Minggu HC and Tebet HC conducted training of EEC and counseling on ARH to the health provider and paramedics in the two HCs in June 1999. After following the training and counseling, the trained HC providers and paramedics were given an opportunity to put their skills into practice by providing guidance on RH to the students of St. Fransiskus Asisi Senior High School from August to December 1999.
The method used by the HC providers during the provision of guidance to the High School students was group discussions using the Core Material on ARH released by the MOH. The research was undertaken to know the impact of the provided guidance on RH toward the knowledge and attitude of the High School students. The design used during the research was an experimental quasi with intervention (guidance on RH) to the students of St Fransiskus Asisi Senior High School as the intervention group and students from other school (17 Agustus Senior High School) as the controlling group i.e. a group which was not given intervention. The two schools were located in Tebet Sub district, South Jakarta.
The results of the research showed that the knowledge on RH among the students of school who received intervention (St Fransiskus Asisi) had meaningfully improved statistically compared to the students of the other school (17 Agustus) who did not receive intervention.
Through the Anova MCA analysis, it was understood that the improved knowledge on RH among the students was influenced by several types of sources of information from the doctor, health counselor and books. The guidance on RH did not influence the change of attitude of the students about the RH. This was due to the limitedness of ability on IEC-ARH of the HC provider.
The results of the research also mentioned about the change of attitude and knowledge on RH among students in those two schools which was influenced by the personal character, social-economic factor and communication behavior of the students towards the source of information.
One of the recommendations to be proposed is to conduct training on IEC-ARH to the HC provider which is more focused on the field practice. The IEC materials used should be bigger in size, and if possible, the electronic media should be used. The ARH material conveyed should be adjusted to the student's needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evie Kurniawati
"Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk meningkatkan kemampuan motilitas spermatozoa manusia golongan astenozospermia dengan pemberian senyawa digoksin in vitro dengan konsentrasi 10 pangkat -6 M, 10 pangkat -8M, dan 10 pangkat -10M. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari ketiga konsentrasi digoksin yang digunakan. Sampel semen astenozoospermia sebanyak 6 buah diperoleh dari pria pasangan infertil yang memeriksakan diri ke Laboratorium Biologi FK-UI. Sampel-sampel tersebut dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok eksperimen1(K1) yaitu semen yang ditambahkan larutan digoksin 10 pangkat -6 M, K2 yaitu semen ditambah larutan digoksin 10 pangkat -8M yaitu semen ditambah larutan digoksin 10"10 M10 pangkat -10M dan kelompok kontrol (K) yaitu semen ditambah larutan Hanks. Sampel yang telah diberi perlakuan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 20, 40 dan 60 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa digoksin berpengaruh terhadap persentase motilitas, viabilitas dan hasil uji HOS. Berdasarkan hasil uji statistik parametrik (ANAVA faktorial) dengan taraf nyata 0,05 menunjukkan bahwa hanya digoksin 10 pangkat -8M yang diinkubasi selama 40 menit yang mampu meningkatkan motilitas spermatozoa manusia golongan astenozoospermia secara maksimal.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>