Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfredo Rimper
"Kita terlalu banyak berbicara tentang Tuhan akhir-akhir ini dan apa yang kita katakan sering kali dangkal. Dalam masyarakat kita yang demokratis, kita berpikir bahwa konsep Tuhan haruslah mudah dan agama harus dibuat mudah dimengerti oleh siapa saja. Tentu semua orang tahu bahwa Tuhan adalah: Wujud Tertinggi, Kepribadian Ilahi, yang menciptakan dunia dan segala sesuatu di dalamnya. Orang lain tampak kebingungan jika kita mengemukakan bahwa menyebut Tuhan sebagai Wujud Tertinggi itu tidak akurat karena Tuhan sama sekali bukanlah sebuah wujud, dan bahwa kita benar-benar tidak tahu apa yang kita maksud ketika kitamengatakan bahwa Dia ?baik?, ?bijaksana?, atau ?cerdas?. Orang-orang beriman tahu bahwa secara teoretis bahwa Allah sama sekali di luar jangkauan, transenden, tetapi kadang-kadang mereka sepertinya berasumsi bahwa mereka tahu persis tentang siapa ?Dia? dan apa yang Dia pikirkan, cintai, harapkan. Kita cenderung menjinakkan dan memelihara ?keberbedaan Tuhan?. Kita tak henti-hentinya meminta Tuhan untuk memberkati bangsa kita, menyelamatkan pemimpin kita, menyembuhkan penyakit kita, atau memberikan kepada kita hari yang cerah untuk beraktivitas. Kita mengingatkan Tuhan bahwa Dia telah menciptakan dunia dan bahwa kita adalah pendosa yang sengsara, seolah-olah hal ini barangkali tergelincir dari pikiran-Nya.
Ada juga kecenderungan untuk menganggap bahwa, walaupun sekarang kita hidup di dalam dunia yang telah berubah total dan memiliki pandangan dunia yang sepenuhnya berbeda, manusia sejak dahulu senantiasa berpikir tentang Tuhan dalam cara yang persis sama seperti yang kita lakukan hari ini. Tetapi terlepas dari kecemerlangan dan teknologi kita, pemikiran keagamaan kita terkadang sungguh-sungguh belum berkembang, bahkan primitif. Dalam beberapa cara, Tuhan zaman modern mirip dengan Tuhan Tinggi dari zaman dahulu kala, sebuah teologi yang dimana-mana sudah dicampakkan atau sudah ditafsir ulang secara radikal karena dirasa tidak lagi layak. Banyak orang di dunia pramodern tahu bahwa berbicara tentang Tuhan memang sangat sulit.
Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan Thomas Aquinas tentang kedudukan akal dan wahyu sangat penting untuk dipahami, karena akan menghantar kita kepada pemahaman filsafat ketuhanan dari Thomas Aquinas. Thomas Aquinas menggunakan argumentasi-argumentasi rasional dan filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh perhatian yang besar terhadap kebenaran wahyu sebagai argument tekstual yang bersifat adikodrati.
Tulisan dan filsafat Thomas Aquinas masih terus dan perlu diteliti dan bahkan masih tetap relevan sampai saat ini, walaupun Thomas Aquinas hidup pada abad pertengahan tetapi ajarannya hingga kini masih tetap dipakan dan dilestarikan serta terus di kaji."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28646
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Jibouri, Yasin T.
Jakarta: Al-Huda, 2003
297.211 2 JIB at (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Taimiyah
Jakarta: Bina Aksara, 2001
297.32 IBN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yusuf Mansur
Jakarta: Zikrul Hakim, 2012
297.21 YUS u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Sulaiman Al-Asyqar
Jakarta: Qisthi Press, 2007
297.312 ALA at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naupal
"Konsep mengenai Tuhan bersifat fluksitas atau mengalir. Makna kata "Tuhan" terus menerus mengalami pengayaan semantis dan sosio-pragmatis. Perjalanan konsep Tuhan berkembang sesuai dengan perkembangan alam pikiran manusia Sejarah perkembangan manusia memperlihatkan adanya aliran-aliran dalam konsep ketuhanan, misalnya dikenal konsep teisme, deism; panteisme dan lain sebagainya Aliran-aliran itu muncul sebagai keragaman cara pandang terhadap realitas yang tertinggi dari fenomena di batik dunia yang tampak.
Kekayaan makna konseptual Tuhan menimbulkan pertanyaan yang cukup menggelisahkan penulis. Apa yang menyebabkan keragaman tersebut muncul dan apakah ada suatu landasan dasariah atas keragaman tersebut. Pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari realitas empirik yang memperlihatkan bahwa konsep tentang Tuhan sernakin terpragmentasi dan multiperspektif; bahkan dalam satu agama pun orang mungkin memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhannya. Hal ini dapat terjadi karena konsep Tuhan tidak lahir dari ruang hampa budaya, melainkan dari interpretasi dan penalaran manusia yang terbungkus dalam konteks.
Cara pandang manusia tentang Tuhan dalam perjalanan selanjutnya dilandasi oleh dua sumber:
1. Akal budi (rasio), yang menghasilkan argumen filosofis mengenai keberadaan Tuhan
2. Pengungkapan (revelation) yang tertuang dalam teks-teks suci (wahyu) dengan argumen teologisnya.
Kedua sumber itu yang kemudian sering kali menjadi dua kutub yang saling bertubrukan dan bergesekan, yaitu kebenaran wahyu dan kebenaran akal budi. Kedua legitimasi kebenaran tersebut bagaikan pendulum selalu berayun dari satu sisi ekstrim ke sisi ekstrim yang lain sehingga ada kelompok yang menafikan kebenaran akal budi dan hanya mau menerima kebenaran wahyu, seperti kelompok aliran kebatinan dalam Islam atau yang terlihat pada masa dark ages sebagian umat Kristiani di Eropa pada abad pertengahan. Sedang sisi ekstrim kebenaran akal terlihat pada para filsuf positivistik yang menafikan segala yang berbau metafesik termasuk Tuhan.
Sikap berlebih-lebihan dari dua kelompok tersebut mendapat perhatian yang cukup mendalam dari para filsuf ketnhanan. Tesis ini akan menunjukkan bagaimana Al-Ghazali dan Thomas Aquinas sebagai tokoh filsuf ketuhanan dalam Islam dan Kristen berusaha mendamaikan kedua paham ekstrim tersebut dengan argumen-argumen yang kokoh. Baik Al Ghazali maupun Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan kedua filsuf tentang kedudukan akal dan wahyu sangat penting untuk dipahami, karena akan mengantarkan kita kepada pemahanan akan pernikiran filsafat ketuhanan mereka, seperti tentang konsep keesaaan, transendensi dan imanensi, nama-nama dan sifat-sifat Tuhan.
Walaupun ada beberapa hal yang berbeda tentang konsep ketuhanan dari kedua tokoh tersebut, karena perbedaan agama, budaya, dan latar belakang kehidupan dan gagasan dasar ide ketuhanan, tapi keduanya telah berusaha memurnikan ajaran agama masing-masing dari segala bidang, baik dari kaum filsuf dan kaum teolog. Keduanya telah menggunakan argumentasi argumentasi rasional dan filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh pertalian yang besar terhadap kebenaraan wahyu sebagai argumen tekstual yang bersifat adi kodrati.
Pemikiran-pemikiran filosofis tentang konsep ketuhanan dari Al-Ghazali dan Thomas Aquinas masih perlu untuk diteliti, bahkan tetap relevan hingga kini, walaupun keduanya hidup pada abad pertengahan, sebab ajaran-ajaran mereka hingga kini masih tetap dilestarikan dan terus dikaji. Di hampir seluruh Pondok Pesantren di Indonesia, karya-karya Al-Ghazali masih menjadi bacaan wajib, demikian juga ajaran Thomas Aquinas masih terus dipelajari, bahkan para mahasiswa di Sekolah Tinggi Driyarkara begitu akrab dengan Thomisme."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Air Mata, 2005
297.64 SEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Riza Sihbudi, 1957-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1996
320.092 RIZ m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Salam, Muhammad Zaghlul
"Ibn Qutaibah merupakan salah seorang sastrawan terkenal yang hidup pada masa kekhalifahan Abbasiyyah. Ibn Qutaibah memiliki nama asli Abu Muhammad 'Abdullah ibn Muslim ibn Qutaibah al-Dinawari. Beliau berasal dari Persia. Ibn Qutaibah terkenal dalam bidang sastra, hadits, kritik sastra, dan tafsir Al Qur'an. "
Kairo: Dar al-Ma`arif, 1957
928.927 Q 440 s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>