Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Kriswandhono
"Ketika manusia kontemporer mulai mempertanyakan konsep berpikir para perancang-pembangun candi, muncul kegamangan meletakkan pendekatan yang akan dipakai untuk sampai pada pikiran manusia kuno. Berharap akan basil interpretasi yang dapat memuaskan dunia arkeologi pun menjadi hal yang terkadang menyulitkan karena temuan berupa tinggalan bangunan candi tidak selalu terdukung oleh penjelasan¬penjelasan lain bcrupa kitab, naskah atau pun prasasti.
Keterbatasan bukti tertulis memunculkan kreativitas arkeolog untuk menggagas pendekatan teknis karena perilaku teknik didefinisikan sebagai sosialisasi terhadap benda. Maka teknik dapat dipahami dalam tiga fakta, yakni: serangkaian gerak tubuh dan operasi (proses teknis), obyek (sarana dari tindakan pada benda) dan pengatahuan spesifik. Salah satu pendekatan teknis disebut chain operatoire, pendekatan chain operatoire adalah memasukkan kembali potensi-potensi yang menyangkut aktivitas teknis dalam membuat dimensi gerak isyarat, keruangan dan waktu sementara sehingga dapat dipahami oleh dunia arkeologi.
Mempertimbangkan (kembali) arkeologi kognitif sebagai salah satu cara mengungkap pemikiran manusia kuno merupakan upaya untuk sampai kepada tahap interpretasi arkeologi. Kemajuan teknologi industri turut mempengaruhi metode dan teknik penelitian, penggunaan komputer sebagai alternatif pengganti arkeologi eksperimental hendaknya dipandang sebagai langkah mangkus dan sangkil dalam menyikapi perkembangan ilmu arkeologi kognitif yang menggunakan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan.

When contemporary human being start to question the thinking concept of the "designers" who build the temples, it emerge acrophobia to put an approach which can be used to reach/to understand the human thinking in the ancient time. Hoping for the interpretation which can satisfy the archaeological world sometime become so difficult because the artifacts such as temple, has not always supported by other explanation resources such as books, manuscript or inscription.
The limited written resources has created the creativity of archeologists to develop technical approach because the "technical behaviour" can be defined as a socialization toward "things". Therefore, "technical" can be understood in 3 facts: chain of "body movement and operation (technical process), object (as a medium of human action toward "thing") and spesific knowledge. One of the technical approach is chaine operatoire. Chaine operatoire is an approach which re-consider all the potential technical activities in order to create gestural, spatial and temporal dimension so they can be understood by the archaeology world.
(Re-)considering the cognitive archaeology as one way to explore the thinking of man in the ancient time, it be seen as an effort to reach the phase of archaeology interpretation. The progress of industrial technology has also influenced the method and research technical, using computer as an alternative of experimental archaeology should be regarded as an effective and efficient step to response the development of cognitive archaeology which use the software which based on artificial intelligence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrich Oktober
"Kemunculan jenis-jenis kerusakan pada tiap candi yang ditunjukan oleh jenis-jenis kerusakan yang sering muncul pada bidang candi. Kecenderungan kemunculan jenis-jenis kerusakan dan pelapukan pada seluruh bidang candi di Dieng dapat memperlihatkan pola kemunculannya di Gugusan Bangunan Kura Dieng. Kemudian dapat diketahui juga besar kerusakan dan tingkat kelestarian candi-candi Dieng. Tingkat kerusakan rata-rata percandi di Dieng adalah 24,47%, dan tingkat kelestarian rata-rata percandi adalah 75,53%. Perincian besar kerusakan dan tingkat kelestarian rata-rata masing-masing candi di Dieng, yaitu: Candi Bima besar kerusakan rata-ratanya adalah 32,22% dan tingkat kelestariannya adalah 67,78%. Candi Gatot kaca besar kerusakan rata-ratanya adalah 11,59% dan tingkat kelestariannya adalah 88,41%. Candi Dwarawati besar kerusakan rata-ratanya adalah 20,70% dan besar kelestariannya adalah 79,30%; dan Candi-candi Kelompok Arjuna besar kerusakan rata-atanya adalah 33,37% dan tingkat kelestariannya adalah 66,63%. Urutan kemunculan jenis-jenis kerusakan dan pelapukan dari yang terbesar sampai yang terkecil, di gugusan bangunan kuna Dieng, adalah: pertumbuhan lichen (13,81%), pertumbuhan lumut (12,65%), pengelupasan (11,27%), penggaraman (11,09%), pertumbuhan ganggang (10,61%), kerenggangan (9,20%), pecah hilang (8,46%), lubang-lubang kecil dan bisul batu (8,29%), keretakan (6,19%), pertumbuhan tumbuhan tinggi (5,83%), pengikisan (erosi) (1,78%), dan kemelesakan (0,82%). Faktor-faktor lingkungan yang diduga berperan dalam proses kerusakan dan pelapukan batuan candi di Dieng, adalah: geotopografi, flora-fauna, kiimatologi, dan polusi udara berbentuk uap belerang."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Nurhadi
"Berdasarkan pengamatan dan laporan penelitian arkeologi pada candi-candi di sekitar Prambanan, terdapat berbagai jenis bahan bangunan candi. Secara umum bahan bangunan candi di wilayah ini terdiri dari dua jenis batu, yaitu batu andesit dan batu tufa. Khusus mengenai pemakaian batu tufa pada candi-candi di sekitar Prambanan, rupa-rupanya telah menarik perhati_an peneliti terdahulu. N.J. Krom (1923) adal,ah peneliti pertama yang menelaah masalah ini, terutana pemakaian batu tufa pada Candi Lara Jonggrang, Plaosan dan Sajiwan. Krom melihat bahwa pada umumnya semua candi dibangun dengan batu vulkanis yang masif atau andesit, sedangkan pada ketiga candi tersebut ditemukan batu jenis lain yang tidak keras, yang digunakan untuk bangunan candi bagian bawah. Oleh Krom disebutkan batu itu adalah sejenis mer-gelsteen yang mempunyai struktur berpori (porous). Janis batu ini berasal dari bukit Ratu Baka, di sekitar kepurbakalaan Ratu Baka. Di sana ada bekas penambangan batu yang menunjukkan sisa-sisa batu yang seakan-akan tersusun membentuk anak tangga. Bahan-bahan itu mudah dikerjakan dengan alat penatah karena jelas terlihat batu-batu itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Archaeology resource in the Batu Goong site of Menes subdistrict, Pandeglang is an artifact containing several meanings, especially that dealing with the past human behavior in the region. The Geographically area is the hill named Kaduguling,and Citaman springs at the foot of mountain slopes. The character of the hill is higher in the back. The survey and observation results in this site record the traces of human activity in the past, especially the utilization of natural resources, and other activities related to religion and adaptation to the environment. In this paper, some of the theories used as approaches to various cultural activities are explaining about the cultural that used to grow in this site. Furthermore,it can be conclude that cultural's supporting human in this site in the past a reliving communities adapting to the environment by using the available natural resources."
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Salah satu bukti tingkah laku dan budaya manusia masa lalu yang menarik untuk diungkapkan adalah yang berhubungan dengan tradisi penguburan. Penguburan memiliki arti dan peranan yang penting dalam proses kehidupan manusia. Penguburan dianggap sebagai suatu perlakuan masyarakat dalam rangka memperlakukan dan mengantar seseorang yang meninggal kembali menuju ke alam kehidupan lain, yang disebut dunia roh atau dunia para leluhur.
Aspek-aspek dalam penguburan, khususnya penguburan primer, banyak yang menarik untuk dikaji. Penelitian ini mengkaji tentang penguburan primer dengan melihat aspek-aspek orientasi/arah bujur mayat/rangka yang dikubur, sikap badan dan anggota badan mayat/rangka, serta jenis dan sebaran bekal kubur yang disertakan dalam penguburan tersebut.
Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan, di mana data-data yang digunakan berdasarkan laporan-laporan yang telah diterbitkan. Data-data penguburan ini berasal dari situs Plawangan (Jawa Tengah), Gilimanuk (Bali), dan Liang Bua (Nusa Tenggara Timur). Data yang digunakan dalam kajian ini berjumlah 62 rangka, masing- masing 28 rangka dari situs Plawangan; 22 rangka dari situs Gilimanuk; dan 12 rangka dari situs Liang Bua.
Sebagai hasil dari kajian ini diperoleh kesimpulan bahwa orientasi atau arah bujur mayat/rangka yang dikubur sebagian besar mengarah ke gunung yang dianggap suci dengan meletakkan bagian kaki searah dengan arah gunung. Mengenai sikap badannya, umumnya dalam posisi lurus berbaring, tetapi dengan bermacam-macam variasi sikap tangan dan kaki. Sedangkan jenis bekal kubur yang umum dijumpai adalah periuk. Suatu hal yang cukup menarik dalam bekal kubur ini bahwa rangka/mayat yang berjenis kelamin perempuan selalu ditemukan bekal kubur berupa periuk, sementara itu yang berjenis kelamin laki-laki selalu dijumpai bekal kubur berupa kapak atau tajak."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosita Prijoharijono
"Gambaran bangunan-bangunan cukup banyak dijumpai pada relief-relief candi, khususnya caudi-candi di Jawa, Pada dasarnya bangunan-bangunan yang digambarkan pada relief-relief candi tersebut dapat dibedakan men jadi beberapa macam bangunan, antara lain yang disebut sebagai bangunan konstruksi susunan batu dan bangunan konstruksi kayu (Atmadi 1979: 5-6). Penelitian serta pengamatan terhadap gambaran bangunan-bangunan pada relief candi-candi di Jawa sebelumnja telah dilakukan oleh beberapa ahli dalam usaha mengungkapkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gambaran bangunan-bangunaa pada relief-relief tersebut. Pengamatan terhadap bangunan-bangunan yang terdapat pada; relief candi-candi di Jawa mula-mula dilakukan aleh Parmantier,walaupun sifatnya masih terbatas tetapi cukup bermanfaat bagi_ penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam pengamatan terhadap gambaran bangunan-bangunan tersebut, Parmantier mengemukakan garis besar dari penggambaran bentuk-bentuk bangunan pada relief candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk kebutuhan perencanaan ketahanan gempa struktur bangunan gedung diperlukan parameter desain berupa percapatan puncak dan spectra desain di permukaan tanah. Untuk mendapatkan parameter tersebut diperlukan klasifikasi kelas situs sehingga parameter gempa di permukaan dihasilkan dari percepatan di batuan dasar atau pada kelas situs B (SB) dikalikan dengan faktor koefisien situs. Klasifikasi kelas situs ditentukan oleh SNI 1726:2012 untuk lapisan tanah setebal 30 meter dapat ditentukan berdasarkan hasil uji penetrasi standar (N), kecepatan rambat gelombang (V), atau kuat geser niralir (Su). Mengingat umunya uji penetrasi standa dilakukan di Indonesia, maka pada tulisan ini disampaikan evaluasi kelas situs berdasarkan data penetrasi standar sehingga kedalaman 30 meter yang dikumpulan dari kegiatan microzonasi Jakarta. Analisis awal menggunakan metode fungsi berbasis radial dengan fungsi spline Kernel pada data uji penetrasi standar di kategori situs E (tanah lunak) dengan nilai N<15, sedangkan beberapa bagian di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan terlihat area dengan N>15 yaitu kategori kelas situs D (tanah sedang)."
JURPEM 8:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk kebutuhan perencanaan ketahanan gempa struktur bangunan gedung diperlukan parameter desain berupa percapatan puncak dan spectra desain di permukaan tanah. Untuk mendapatkan parameter tersebut diperlukan klasifikasi kelas situs sehingga parameter gempa di permukaan dihasilkan dari percepatan di batuan dasar atau pada kelas situs B (SB) dikalikan dengan faktor koefisien situs. Klasifikasi kelas situs ditentukan oleh SNI 1726:2012 untuk lapisan tanah setebal 30 meter dapat ditentukan berdasarkan hasil uji penetrasi standar (N), kecepatan rambat gelombang (V), atau kuat geser niralir (Su). Mengingat umunya uji penetrasi standa dilakukan di Indonesia, maka pada tulisan ini disampaikan evaluasi kelas situs berdasarkan data penetrasi standar sehingga kedalaman 30 meter yang dikumpulan dari kegiatan microzonasi Jakarta. Analisis awal menggunakan metode fungsi berbasis radial dengan fungsi spline Kernel pada data uji penetrasi standar di kategori situs E (tanah lunak) dengan nilai N<15, sedangkan beberapa bagian di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan terlihat area dengan N>15 yaitu kategori kelas situs D (tanah sedang)."
JURPEM 8:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>