Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nittrasatri Handayani
"Kesinambungan topik dalam wacana tulis ekspositoris bahasa Indonesia ragam jurnalistik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sintaktis dan semantis. Berdasarkan hubungan sintaktis, kesinambungan tersebut muncul dalam bentuknya sebagai anafora nol, pronomina persona, pronomina demonstrativa, frasa nominal takrif, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial, sedangkan melalui hubungan semantis dapat dinyatakan dalam empat hubungan makna. Dari keempat hubungan makna tersebut, hubungan makna yang tertinggi pemunculannya adalah hubungan makna kesamaan, sedangkan ditempat kedua hubungan makna bagian keseluruhan. Hubungan makna ketercakupan pada urutan ketiga, dan terakhir hubungan ketumpangtindihan. Sementara itu, hasil pengukuran terhadap kesinambungan topik secara kuantitatif menunjukkan bahwa pronomina demonstrativa merupakan penanda bahwa topik tersebut memiliki kesinambungan yang tertinggi; anafora nol di tempat kedua, diikuti frasa nominal takrif yang bersusunan beruntun netral di tempat ketiga, pronomina tidak berte¬kanan di tempat keempat, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial di tempat terakhir. Hasil pengukuran ini tidak menentukan kualitas atau mutu wacana tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T39139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Jamaliawati
"Nita Jamaliawati. Analisis keutuhan Wacana Ragam Jurnalistik: Tinjauan Aspek Semantis,'Leksikal, dan Gramatikal, di bawah bimbingan Ibu Lucy R. Montolalu, S.S. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Kalimat-kalimat dalam sebuah wacana bukanlah merupakan sekumpulan kalimat yang terlepas-lepas, melainkan merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan karena ada unsur _unsur kebahasaan yang mengikatnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana dapat dibe_dakan atas aspek semantis, aspek leksikal, dan aspek gramati_kal. Aspek semantis adalah aspek_ yang memperlihatkan keutuhan wacana secara implisit; sedangkan aspek leksikal dan aspek gramatikal adalah aspek-aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana secara eksplisit. Dalam skripsi ini diteliti keutuhan wacana ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) melihat keutuhan wacana ragam jurnalistik secara implisit melalui hubungan_hubungan semantis yang ada dalam wacana dan melihat ke_utuhan wacana ragam jurnalistik secara eksplisit melalui alat-alat kepaduan yang dipakai dalam mempertautkan satuan_ - satuan wacana, (2) melihat hubungan semantis dan alat kepaduan yang paling dominan dipakai dalam mempersatukan satuan - _satuan wacana ragam jurnalistik, (3) melihat seberapa jauh konsep-konsep yang dipakai sebagai landasan penelitian ini dapat diterapkan pada data wacana ragam jurnalistik. Dalam membahas aspek semantis penulis berpedoman pada konsep yang dikemukakan Larson dan dalam membahas aspek leksikal dan gramatikal penulis berpedoman pads uraian yang dikemuka_kan Kridalaksana. Berdasarkan analisis data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) ditinjau dari aspek semantis, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dibangun berdasarkan hubungan pendukung yang bersifat nonkronologis. Janis hubungan semantis yang paling dominan ditunjukkan oleh jenis hubungan logic, (2) ditinjau dari aspek leksikal dan aspek gramatikal, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dipersatukan oleh tipe kepaduan leksikal. Alat kepaduan yang paling dominan dalam mempersatukan satuan-satuan wacana ditunjukkan oleh tipe kepaduan repetisi, (3) dari basil analisis aspek leksikal dan aspek gramatikal ditemukan dua tipe kepaduan lain yang tidak disebutkan di dalam uraian Kridalaksana. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikata_kan konsep Kridalaksana kurang memadai dengan tipe kepaduan yang ada pada data. Hasil analisis berdasarkan aspek seman_tis menunjukkan bahwa konsep Larson lebih memadai dengan hubungan semantis yang ada pada data yang diteliti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Setiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk anafor dan peranti kohesi dalam wacana tulis ilmiah bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk anafor dan kohesi itu dideskripsikan dan dijelaskan berdasarkan konteksnva sehingga akan diperoleh gambaran yang lengkap mengenai kedua bentuk tersebut dalam membangun teks yang kohesif. Korpus data penelitian ini adalah dua disertasi, yaitu disertasi yang ditulis oleh Dendy Sugono yang berjudul Pelesapan. Subjek dalam Bahasa Indonesia (1991) dan disertasi yang ditulis oleh Sudaryono yang berjudul Negasi dalam Bahasa Indonesia suatu Tinjauan Sintaksis dan Sernantik (1992). Teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik pencatatan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih.
Hasil analisis data menunjukkan ada dua bentuk anafor, yaitu anafor pronomina sebanyak 17 buah dan anafor zero sebayak 5 buah. 17alam hal ini, anafor pronomina terdiri atas dua bentuk, yaitu anafor pronomina persona -nya dan anafor pronomina pen unjuk itu. Anafor pronomina digunakan untuk mengacu nornina atau ide yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan anafor zero mengacu pada nomina yang mendahuluinya. Hasil analisis data juga menunjukkan ada 101 pemarkah kohesi yang rneliputi (1) pengacuan frasa dan kata kunci yang terdiri atas substitusi, elipsis , pronomina, dan pengulangan, (2) pemarkah transisional yang terdiri atas pemarkah transisional yang menvatakan hubungan pertentangan, perlawanan, sebab aid bat, penambahan, pemilihan, ciri atau contoh.

This research is aimed at describing and explaining the anaphoric forms and cohesive devices in Indonesian Sceintific Written discourse. The Cohesive and anaphoric forms arc described and explained based on the context so that a comprehensive description of the two forms is obtained. Data are obtained from two disertations written by (1) Dendy Sugono on Subject Deletion in Indonesian (Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia) (1991) and (2) Sudaryono entitled Negation in Indonesian : Syntactical and Semantical Analysis (Negasi dalam Bahasa Indonesia : Suatu Tinjauan Sintaktik dan Semnan.tik) (1992). Data are collected using obeservation and writing techiques which are then analysed using that method proposed by Sudaryanto called the 'agih methode'.
This Study reveals that there are two forms of anaphora, namely: Pronominal anaphora which consists of 17 forms and zero anaphora comprising 5 forms. In this regard pronomina anaphora is devided into two forms, that is : personal anaphoric pronominal nya and demonstrative anaphoric pronominal itu. Pronomina anaphora is used to refer to a noun or idea mentioned earlier, while zero anaphora refers to the preceding noun. This research also shows that there are 101 cohesive markers: (1) reference of phrase and key word, namely: substitution, ellipsis, pronoun, and repetition, (2) transisional markers consisting of that one refering to contradiction, apposition, cause and effect, addition, option, and feature or example.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T39175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Setiati
Yogyakarta : Andi, 2005
070.9 ENI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Seri Susanna Chandra
"Penelitian ini bertemakan tentang metafora dalam teks ragam ilmiah Grundlagen zur Organischen Chemie dari buku Organisehe Chemie: Aktualisierte Ausgabe cetakan kelima tahun 1999. Dalam skripsi ini, ciri-ciri umum ragam bahasa keilmuan dan metafora diteliti berdasarkan aspek morpho_sintaksis dan semantik. Landasan teori yang digunakan adalah teori Fluck tentang ragam bahasa keilmuan; teori Kurz, Ingendahl dan Lakoff mengenai metafora. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ragam bahasa keilmuan memiliki ciri-ciri yang khusus dan banyak metafora terdapat dalam teks ragam ilmiah. Metafora yang paling banyak adalah metafora verba dan personifikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S15150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Taufiqurohman
"Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dikaitkan dengan faktor panjang objek nomina, objek pronomina, dan makna idiomatis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang juga menggunakan data kuantitatif. Penggunaan data kuantitatif diperoleh dengan menngubah data kualitatif menjadi data dalant bentuk angka.
Ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dijadikan somber data adalah majalah Time dan majalah Newsweek. yang terbit pada tahun 2007. Setiap majalah secara acak diambil sebelas penerbitan. Dengan demikian, dari dua majalah tersebut diperoleh dua puluh dua penerbitan. Jumlah penerbitan tersebut merupakan 21,56% dari seluruh penerbitan pada tahun 2007. Dari jumlah tersebut diperoleh 148 verba frasal yang dapat dipisah, dengan rincian 122 verba frasal berobjek nomina, dan 26 verba frasal berobjek pronomina.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara panjang objek nomina dengan posisi penempatannya dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis bahasa Inggris. Objek nomina dengan panjang satu sampai empat kata dapat menempati dua posisi, yaitu posisi akhir dan posisi tengah- Posisi akhir ialaht posisi objek di belakang adverbia dan posisi tengah ialah posisi objek di antara verba dan adverbia. Objek nomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Objek nomina ditempatkan di tengah jika objek tersebut tidak memperoleh fokus. Objek nomina dengan panjang lebih dari empat kata hanya dapat menempati satu posisi, yaitu posisi akhir. Sementara itu. ojek pronomina tidak selalu ditempatkan pada posisi tengah. Dengan kata lain, objek pronomina juga dapat ditempatkan pada posisi akhir. Objek pronomina ditempatkan pada posisi tengah karena objek tersebut menunjuk kepada entitas yang telah diketahui, yaitu menunjuk kepada konstituen nomina yang telah disebutkan sebelumnya dalam sebuah konteks dan tidak memperoleh penekanan (fokus) atau penonjolan informasi yang dikandunginya. Objek pronomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut memperoleh penekanan (fokus) atau informasi yang dikandunginya ingin ditonjolkan. Pada basil analisis data yang berkaitan dengan makna, terdapat penempatan objek posisi akhir yang signifikan dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah yang bermakna idiomatis. Hal itu ditunjukkan dengan persentase penempatan objek pada posisi tersebut mencapai 54,73% dari empat makna yang rnuncul pada jenis verba frasal tersebut. Namun, asal itu tidak berarti bahwa makna tersebut sebagai faktor utama penempatan objek pada posisi akhir. Faktor utama yang mcnempatkan objek pada posisi tersebut masih tetap objek yang menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Sementara itu, makna idiomatis hanya berfungsi sebagai faktor pengiring dalam penempatan objek pada posisi tersebut.

This study aims at gaining the illustration of the use of separable phrasal verb word order related to the length of nominal objects, pronominal objects and idiomatic meanings in English journalistic written language. It uses the qualitative approach. It is purely qualitative since it solely involves the analysis and description of the data collected.
The source of data were Time magazines and Newsweek magazines published in 2007. Eleven publications of the two magazines were randomly taken. Thus. there were twenty two publications of the two magazines. The publications covered 21.56% of both magazines in 2007 which consist of 148 separable phrasal verbs of which are 122 separable phrasal verb with nominal objects and 26 separable phrasal verbs are pronominal objects respectively.
The study has come up with the following results. First, there is relation between the length of nominal objects and their positions in separable phrasal verb word order. Nominal objects consisting of one word to four words can be positioned in two different positions, end positions and mid-positions. Nominal objects are positioned in the end position if they are focused. The focused part of a sentence is typically new information which has not been previously mentioned. Nominal objects are positioned in the mid-position if they do not belong to the focus but to the background part of sentence. On the contrary, nominal objects consisting of more than four words can solely be positioned in the end position. Second. pronominal objects could occur ill two positions, end positions and mid-positions. Pronominal objects occur at the end position if they are focused. and they occur in the mid-position if they are not focused or not stressed. Pronominal objects are regarded as old information since they refer to a well-known entity to nominal constituents that have been previously mentioned in the contex. Third, there is significant tendency for idiomatic meanings in positioning objects in the end position. The percentage of idiomatic meaning of separable phrasal verb positioning object in the end position reveals 54.73 %."
2008
T24264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryanti Winata
"Analisis ini bertujuan untuk melihat pola kalimat pola hubungan antarklausa, dan penggolongan kalimat majemuk dalam ragam jurnalistik, (data kebahasaan dari sub-kepala berita harian Kompas, Desember 1989) dan ragam fiksi (data kebahasaan dari novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penulis berusaha mendapatkan gambaran kalimat majemuk seobyektif mungkin dari data kebahasaan yang ada. Berdasarkan relefansi yang di baca, secara ekletik penulis merangkumkan pendekatan teoritis untuk menganalisas data.
Hasil analisis menunjukkan pola kalimat: majemuk adaiah pola yang terdiri atas satu klausa lengkap (mengandung sekurang-kurangnya satu subyek dan satu predikat) serta klausa manasuka lainnya (mengandung sekurang-kurangnya satu predikat) yang terpadu secara subordinatif atau koordinatif. Pola hubungan antar klausa yang paling banyak dijumpai adalah hubungan penerang dengan klausa relative sebagai bagian yang menerangkan sutu fungsi klausa tertentu. Hubungan penjumlahan juga kerap dijumpai. Hubungan antar klausa sebaiknya bersifat semantis dan mengacu pada konteks makna seluruhnya. Penggolongan kalimat majemuk yang utama terdiri atas kalimat majemuk setara dengan atau tanpa rapatan, kalimat majemuk bertingkat dengan atau tanpa rapatan, dan majemuk gabungan. Penggolongan kalimat majemuk sebaiknya bersifat sintaksis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octoria Utami
"Skripsi ini membahas pengkajian mengenai realisasi konsep pasif sintaktis bahasa Prancis dalam ragam jurnalistik, sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk memerikan realisasi konsep pasif sintaktis Bahasa Francis dalam ragam jurnalistik. Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan analisis terhadap ujaran-ujaran berstruktur pasif sintaktis yang diperoleh dari l6 (enam belas) artikel dalam surat kabar dan majalah Prancis terbitan bulan Februari 2000 hingga Februari 2001. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan konsep yang dipaparkan oleh Jean Dubois dalam buku Grammaire Structurale du Francais : Le Verbe. Analisis yang telah dilakukan terhadap 283 ujaran pasif menunjukkan bahwa konsep pasif Jean Dubois dapat diterapkan pada sebagian besar data ; dengan demikian, ada sekelompok ujaran yang tidak sesuai dengan konsep pasif tersebut. Hal itu menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara konsep pasif dan realitanya dalam ragam jurnalistik. Dalam hal ini, kemunculan struktur pasif dalam teks ragam jurnalistik tidak lagi hanya dikaitkan dengan ciri-ciri penanda tertentu seperti dalam konsep Jean Dubois, namun juga merupakan salah satu cara efisiensi penggunaan kata dan cara untuk menjamin linearitas informasi dalam suatu teks."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wati Kurniawati
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas Republik Indonesia, 2009
808 WAT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>