Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135644 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gde Windar Lesmana
"Sektor jasa mengalami perkembangan yang pesat selama beberapa dasawarsa pada saat ini, sektor jasa menempati bagian yang besar dalam perekonomian dan negara-negara industri di dunia. Namun, sektor ini dinilai mempunyai kecepatan yang lambat karena terdapat pemborosan yang tidak hanya akan menyebabkan peningkatan konsumsi biaya namun juga penurunan kualitas jasa yang diberikan.
Pada studi kasus di departemen sales pada industri packing ini mempunyai tujuan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan proses di departemen sales pada PT. X Divisi Packing, kemudian berdasarkan hal tersebut disusun usulan sistem perbaikan yang bersifat efektif serta sistem kontrol yang menjaga kualitas perbaikan tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lean six sigma dalam perbaikan proses kerja pada proses purchase order dan proses pembuatan logo. Kedua proses ini, setelah dilakukan perhitungan nilai sigma mempunyai nilai masing-masing 1,48 dengan nilai DPMO sebesar 508.772 dan 1,29 dengan nilai DPMO sebesar 583.333.
Berdasarkan hasil tersebut dilakukan analisis menggunakan tahapan yang ada pada metodologi six sigma, yaitu analsis data dan analisis proses serta penggunaan konsep lean dalam mengidentifikasi pemborosan. Hasil analisis data dan proses menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan proses kerja dan berdasarkan hal ini disusun sistem perbaikan dan kontrol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Utama
"Peningkatan kualitas secara berkesinambungan adalah hal yang mutlak diperlukan untuk memenangkan persaingan industri. Asuransi sebagai industri jasa harus memberikan kualitas pelayanan yang baik dalam proses klaim kepada klien. Dengan menggunakan metode Lean Six Sigma yang merupakan kombinasi antara metodologi Lean Management dan Six Sigma, proses yang tidak menambah nilai di mata konsumen dapat teridentifikasi, serta variasi dari proses dapat diminimalisasi sehingga mengurangi cacat yang terdapat pada produk yang sampai kepada konsumen, dan biaya karena kualitas yang buruk dapat dikurangi.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Lean Six Sigma untuk meningkatkan kualitas proses klaim pada Perusahaan Asuransi PT.X. Sesuai dengan Customer Critical To Quality (CTQ), kecepatan proses merupakan kebutuhan yang paling penting dari proses klaim. Dari data yang telah dikumpulkan atas indikator kinerja proses, penulis beserta tim Six Sigma menganalisa atas akar permasalahan dengan menggunakan alat-alat statistik.
Akar permasalahan yang teridentifikasi sebagai permasalahan yang paling signifikan adalah jumlah staf klaim yang kurang, tidak adanya pihak yang mengingatkan bengkel untuk segera menerbitkan invoice atas jasa perbaikan, serta staf klaim yang tidak mudah untuk memantau status klaim. Usulan perbaikan yang diajukan berdasarkan analisa tersebut antara lain: penambahan jumlah staf klaim, pembuatan aplikasi berbasis web yang dapat memungkinkan staf klaim memantau status klaim secara rinci, serta monitor secara berkala terhadap proses yang dilakukan oleh bengkel rekanan.

Continuous quality improvement is absolutely required to win in the recent industry competition. Insurance industry as a service industry has to deliver good service quality in claim processing to the insured customers. Using Lean Six Sigma Methodology, which came from the combination of Lean Management and Six Sigma method, Non-Value Adding process can be identified, and the variation of process can be minimized. Therefore, the defect delivered to the customer can be minimized and the cost of poor quality could be reduced.
In this research, the author uses the Lean Six Sigma method to improve the claim process quality in PT X insurance company. Based on Customer Critical To Quality (CTQ), the short duration of processing is the most important need required. And by the data gathered based on the performance indicator, the author and Six Sigma team analyzed the root causes using statistical tools.
The root causes identified as significant causes of long time claim processing are inadequate claim staff quantity, no reminder function for invoice issuance, and the difficulty of claim staff to view the claim?s status. The recommendations proposed based on the analysis are the addition of claim staff, building an web-based application which enables claim department to view the detail of all claims status easily, and the last is monitoring and control periodically to the process done by the repairing shop partner.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ashri Boydalexa Bachtiar
"Penelitian ini dilakukan pada lini produksi tablet effervescent di sebuah perusahaan farmasi di Depok, Indonesia. Masalah berawal dari tingginya throughput time (8,89 jam/batch) lini produksi yang belum mencapai target yang diharapkan, yaitu sebesar 7,35 jam/batch. Setelah melakukan penjabaran komponen yang mempengaruhi, didapatkan kontribusi terbesar diberikan oleh reworking time atau jumlah barang defect. Oleh karena itu dibuatlah tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat mengurangi jumlah barang defect sehingga throughput time dapat ditekan. Untuk melakukannya, digunakan pendekatan lean-six sigma dan metodologi DMAIC yang secara sistematis dapat menentukan akar permasalahan serta memberikan rekomendasi perbaikan yang paling sesuai. Hasil pemantauan pelaksanaan implementasi empat (4) dari delapan (8) solusi perbaikan yang diajukan telah menghasilkan 21% penurunan throughput time menjadi 6,98 jam/batch, 12,54% peningkatan sigma level serta penghematan biaya sebesar lebih dari 600juta rupiah per tahun. Penurunan throughput time tersebut menandakan tujuan penelitian ini telah tercapai.

This study was conducted on effervescent line production in a pharmaceutical company at Depok, Indonesia. The main problem was the throughput time value (8.89 hours/batch) that was too high compared to the company’s target, 7.35 hours/batch. After pulling some historical data, reworking time or number of defect products was determined to be the component that had the largest non-value added time contributing to throughput time. Thus, the objective of this study was to recommend some improvement actions which reduce number of defect products and therefore minimize the throughput time value. DMAIC methodology from Lean-Six Sigma approach was used to specify the root cause and provide the most feasible improvement actions systematically. Controlling and monitoring session after implementation of 4 (out of 8) improvement solutions action resulted 21% reduction of throughput time to 6.98 hours/batch, 12.54% of sigma level enhancement and also over 600 million rupiah annual saving. The decreasing of throughput time finalized that the objective of this study was successfully achieved.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Nurafiati Hardiono
"Seiring dengan semakin menjamurnya klinik mata dan jasa kesehatan mata sejenis, marketing Klinik Mata XYZ harus meningkatkan performanya untuk dapat memenuhi target peraihan pasien yang ditetapkan manajemen. Oleh karena itu pengukuran pada aktivitas marketing perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas sebuah program marketing. Selain itu, proses marketing yang ada sekarang juga perlu ditelaah sehingga dapat diketahui akar masalah-masalah, serta diajukan usulan-usulan solusi yang akan membuat performa marketing menjadi lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan metode Lean Six Sigma dalam menelaah penyelenggaraan sebuah aktivitas marketing Klinik Mata XYZ, yaitu rangkaian seminar LASIK. Penerapan Lean Six Sigma diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan seminar, atau dengan kata lain menghilangkan aktivitas-aktivitas Non Value Added di rangkaian kegiatan seminar dengan tetap mencapai jumlah peserta dan conversion rate yang diinginkan. Seminar LASIK dianggap baik apabila berpeserta lebih dari 120 orang dan setidaknya 35% dari total peserta tersebut terkonversi menjadi pasien LASIK.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, ternyata rangkaian seminar LASIK pada tahun 2006 baru mencapai tingkat 1.36 sigma; atau 555.555,55 DPMO. Dari data-data yang ada dilakukanlah analisis dan didapatkan beberapa akar masalah dari kurang efisien dan efektifnya sebuah penyelenggaraan seminar. Lalu diajukan usulan-usulan solusi yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas seminar LASIK.

Along with the greater presence of eye clinics and eye health services of a kind, marketing division of XYZ Eye Clinic must improve its performance in order to be able to accomplish the specified management target of patients. Therefore measurement in marketing activities requires to be done to know the efficiency and effectiveness of a marketing program. Moreover, current marketing process also needs to be analyzed with the aim of finding the root causes and recommend solution ideas that will make marketing performance better.
At this research, Lean Six Sigma method is used in improving implementation of LASIK seminar which is expected that LASIK seminar will be more efficient and effective, or in other words reducing non value added activities but still accomplishing the target of audience and conversion rate. LASIK seminar considered as good seminar when it has more than 120 audiences and at least 35% from them converted into LASIK patients.
Based on the measurement, the baseline performance of 2006 LASIK seminar only positioned at 1.36 sigma; or 555.555,55 DPMO. From the existing data, analysis is conducted then the root causes of less efficient and effective seminar found. Next, the solution recommendations are proposed to improve the efficiency and effectiveness of LASIK Seminar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Feriadi
"Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi dari proses dan alat dari proyek perbaikan mutu. Menyediakan fase-fase beserta kegiatannya untuk menjalankan sebuah proyek perbaikan mutu. Studi ini juga menyajikan jenis-jenisalat dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam setiap tahapan proyek.
Studi ini mencatat bahwa berbagai jenis pendekatan manajemen mutu memiliki kesamaan dalam langkah proses dan alat yang digunakan dalam setiap proses. Terdapat empat langkah umum dalam sebuah proyek perbaikan, yaitu: 1. Identifikasi dan penetapan sebuah proyek perbaikan, 2. Mendiagnosa penyebab masalah, 3. Menghilangkan penyebab masalah, 4. Mempertahankan pencapaian dari hasil perbaikan. Disamping itu didapatkan juga bahwa sebuah alat sangat mungkin untuk dipakai di dalam lebih dari satu tahap atau proses.

This paper attempts to identify the implementation of process steps and tools in a quality improvement project. It provides phases and its activities to perform a project of quality improvement process. It also present kinds of tools and techniques are used to achieved goals in every steps of project.
This study note that various quality management approaches has a similarity in process steps and tools. There are four general steps in an improvement project. Those are identify and establish an improvement project; diagnose the cause of problems; remedy the cause of problem; and Hold the gains. It also provides most commonly tools applied in quality and a process improvement project.The application of a tool in more than one phase into a project is very possible.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asana Kusnadi
"To ensure the health and safety of their workforce and protection of their assets and the environment,
a global oil and gas company operating in Indonesia requires comprehensive identification
and evaluation of job hazards that were included in work permitting process prior work execution
in the field. Based on 20 data points obtained in August 2013, start-working time for contractors
who worked for Capital Project Management (CPM) Team in Facility B was in average at 09.05 a.m.
The aim of this paper is to present how the firm implemented Lean Six Sigma to reduce non-added
value activities while fulfilling to its safety requirements and to share lessons learned from practical
and theory testing perspective. The methodology used is Lean Six Sigma?s DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve, Control) as mandated by the corporate policy of the firm. This research adopts a
mix-methods approach, by using both qualitative and quantitative data. This study was a one year
longitudinal study of the Lean Six Sigma implementation to improve contractors? work preparation
process. The improvement resulted in reduction of non-value added activities and successfully increased
the available working time per day by 59.3 minutes in average. The results of this case study
reconfirm Lean Six Sigma as a good management theory since it shows a consistency between the
theory and the real practice in a global oil and gas company in Indonesia.
Untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pekerjanya dan perlindungan terhadap aset dan
lingkungan, sebuah perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di Indonesia membutuhkan
proses identifikasi dan evaluasi bahaya dalam pekeraan yang komprehensif yang tercakup dalam
proses perijinan kerja sebelum suatu pekerjaan dieksekusi di lapangan. Berdasarkan 20 data yang
diperoleh pada bulan Agustus 2013, rata-rata jam mulai kerja kontraktor yang bekerja untuk tim
Capital Project Management (CPM) pada fasilitas B adalah pada pukul 09:05 pagi. Objektif dari
makalah ini adalah untuk mempresentasikan bagaimana suatu perusahaan mengimplementasi-kan Lean Six Sigma untuk mengurangi aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah sedangkan
di saat yang sama juga memenuhi persyaratan keselamatan kerja, dan membagi pelajaran dari
segi praktikal dan teoritikal. Metodologi yang digunakan permasalahan ini adalah DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, dan Control) milik Lean Six Sigma yang diwajibkan oleh perusahaan
minyak dan gas tersebut. Penelitian pada makalah ini mengadopsi pendekatan gabungan dengan
menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Kajian ini merupakan kajian longitudinal selama
satu tahun terhadap implementasi Lean Six Sigma untuk memperbaiki proses persiapan kerja kontraktor.
Hasil dari perbaikan ini adalah pengurangan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah
(non-added value) dan berujung pada peningkatan jam kerja selama rata-rata 59,3 menit per
hari. Hasil dari kajian kasus ini mengkonfirmasi bahwa Lean Six Sigma adalah teori manajemen
yang bagus, karena menunjukkan konsistensi antara teori dan praktik sesungguhnya yang dalam
hal ini praktik di perusahaan minyak dan gas di Indonesia."
Institut Teknologi Bandung, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ichwan
"Penerapan konsep manajemen mutu seperti Lean Six Sigma mulai diterapkan dalam industri jasa seperti pada industri telekomunikasi. Tesis ini dilakukan untuk menganalisis penerapan konsep Lean Six Sigma pada operator telekomunikasi dengan melihat kapabilitas proses BTS melalui kinerja Call Setup Success Rate (CSSR) dan Call Drop Rate (CDR). Parameter tersebut merupakan dua parameter utama jaringan seluler. Penerapan Six Sigma pada proses perbaikan kualitas layanan seluler dilakukan agar kedua parameter tersebut dapat mencapai nilai standar yang telah ditentukan. Kinerja parameter BTS dapat dilihat berdasarkan nilai kinerja proses Ppk yang kemudian dikonversi menjadi nilai sigma. Nilai sigma terbesar yang dapat dicapai setelah dilakukan perbaikan berdasarkan penelitian ini adalah 6σ untuk parameter CSSR area Jakarta Utara. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan implementasi Six Sigma dalam proses perbaikan kualitas jaringan seluler juga dianalisis dan didapatkan bahwa faktor kepemimpinan merupakan faktor utama keberhasilan implementasi Six Sigma menurut para responden. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa kinerja BTS dan data primer yang didapatkan dari kuesioner kepada Divisi Optimisasi.

The application of quality management concepts such as Lean Six Sigma was implemented in the service industry such as the telecommunications industry. This thesis is conducted to analyze the application of the concept of Lean Six Sigma in the telecommunications operator to see performance capability of BTS through the performance of Call Setup Success Rate (CSSR) and Call Drop Rate (CDR). These parameters are the two main parameters of the mobile cellular network. Application of Six Sigma in mobile cellular service quality improvement process is done so that these two parameters can achieve a standard value that has been determined before. Performance parameters of BTS can be seen by Ppk process performance values which then converted into a sigma value. The largest sigma value that can be achieved after improvement process by this research is 6σ for CSSR parameter in North Jakarta area. The factors that determine the success of the implementation of Six Sigma in the process of improvement of the quality of mobile networks is also analyzed and found that leadership is a key factor for the successful implementation of Six Sigma according to the respondents. This study uses secondary data such as the performance of the BTS and primary data obtained from the questionnaire to the Division of Optimization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Nisle Purada
"Penelitian ini bertujuan menganalisis proses discharge pasien rawat inap di RS St. Elisabeth Bekasi dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma melalui metode kualitatif dengan pengamatan pada 6 unit yang terlibat. Pendekatan Six Sigma mencoba mengurangi variasi waktu pada setiap tahapan discharge di masing-masing unit tersebut, pendekatan Lean mengidentifikasi aktifitas yang tidak menambah nilai dan berusaha menguranginya.
Hasil penelitian diperoleh, rat-rata waktu proses discharge pasien rawat inap adalah 238 menit dan faktor yang paling berperan untuk menurunkan waktu tersebut adalah disiapkannya instruksi pemulangan pasien oleh dokter, sehari sebelum pasien dipulangkan.

With the aim of streamlining the inpatient's discharge process at the Elizabeth Hospital Bekasi, this study analyzed the efficiency of discharge process using the Lean Six Sigma method. Six Sigma method tries to reduce time variation in each step of the discharge process followed by identifying the appropriate time. The Lean method identifies the non values activities (waste) to be reduced. For that, qualitative approach using observation was implied.
The study resulted with 238 minute as average total timing of discharge and the greatest impact to reduce it will be the one day earlier written discharge instruction prepared by the physician.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Rooslanda Putri Venesha
"Lamanya waktu tunggu pelayanan pasien pulang rawat inap di RSUD KiSA Kota Depok mengakibatkan lamanya perpindahan pasien dari IGD yang diindikasi perlu rawat inap, serta lamanya proses pulang dapat meningkatkan infeksi nosokomial. Hal ini merupakan alasan pentingnya pemantauan proses pemulangan pasien yang selama ini belum pernah dilakukan, dan perlunya ditentukan target waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap. Tujuan penelitian adalah mengetahui implementasi Lean Six Sigma pada proses pasien pulang rawat inap dalam upaya perbaikan mutu pelayanan rawat inap di RSUD KiSA, dengan tahapan Define, Measure, Analyze, Improve dan Control berfokus pada penurunan aktivitas non value added serta pemborosan dengan meningkatkan aktivitas value added. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain action research, menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, serta implementasi perbaikan proses pemulangan pasien rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan pendekatan Lean Six Sigma dapat diidentifikasi pemborosan tertinggi adalah waste waiting dan selanjutnya dilakukan upaya perbaikan waktu tunggu pelayanan pasien pulang rawat inap berfokus pada pengurangan kegiatan pemborosan. Kondisi awal proses pemulangan pasien diketahui ratio VA hanya 23,9% dan ratio NVA sebesar 76,1% dengan Lead Time 315,08 menit. Sehingga terjadi penurunan Lead Time menjadi 192,50 menit dengan peningkatan rasio VA menjadi 30,6%. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya penetapan alur proses pemulangan pasien serta dilakukan pemantauan waktu tunggu melalui indikator mutu unit rawat inap. Proses evaluasi dilakukan untuk menilai mutu layanan yang diberikan sudah memberikan manfaat bagi pasien dan operasional pelayanan rumah sakit.

The long waiting time for inpatient discharge services at the KiSA Hospital in Depok City results in a long transfer of patients from the emergency room who are indicated to need hospitalization, and the length of the discharge process can increase nosocomial infections. This is the reason for the importance of monitoring the patient discharge process which has never been done before, and the need to set a target waiting time for the inpatient discharge process. The research objective was to determine the implementation of Lean Six Sigma in the process of inpatient discharge in an effort to improve the quality of inpatient services at KiSA Hospital, with the Define, Measure, Analyze, Improve and Control stages focusing on reducing non-value added activities and waste by increasing value added activities. This study used a qualitative approach with an action research design, using in-depth interviews, observation and document review, as well as implementation of improvements to the process of inpatient discharge. The results showed that after the Lean Six Sigma approach was carried out, it was identified that the highest waste was waste waiting and further efforts were made to improve the waiting time for inpatient services focusing on reducing wasteful activities. The initial condition of the patient's discharge process is that the VA ratio is only 23.9% and the NVA ratio is 76.1% with a lead time of 315.08 minutes. So that there is a decrease in Lead Time to 192.50 minutes with an increase in the VA ratio to 30.6%. The recommendation from this study is the need to determine the flow of the patient discharge process and monitor waiting time through inpatient unit quality indicators. The evaluation process is carried out to assess the quality of services provided that have benefited patients and hospital service operations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Purwani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya keterlambatan proses service akibat
prosedur service yang ada belum efisien. Oleh karena itu perlu dirancang
standarisasi peta proses sevice untuk menentukan durasi waktu optimal untuk tiap
aktivitas dalam sebuah proses service sehingga akan didapat durasi waktu proses
service yang optimal. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan
studi kasus Divisi Recovery pada sebuah perusahaan kontraktor telekomunikasi.
Berdasarkan studi kasus ini, waktu optimal proses service disebut sebagai Mean
Time To Recovery (MTTR). Penelitian ini menggunakan pendekatan lean six
sigma untuk memperbaiki aliran proses service dengan tahapan DMAIC. Hasil
yang didapat adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan proses
service dan peta proses service baru dengan MTTR yang lebih optimal namun
tetap merepresentasikan kondisi lapangan. Berdasarkan peta proses baru, MTTR
untuk proses service tanpa manuver adalah 4.8 jam dengan efisiensi waktu sebesar
57% serta kenaikan nilai PCE 23% dari 44% menjadi 54%. Untuk proses service
dengan manuver didapat MTTR optimal sebesar 4.36 jam dengan efisiensi waktu
sebesar 66% serta kenaikan nilai PCE 22% dari 41% menjadi 50%. Hasil
penelitian ini nantinya tidak hanya dapat diterapkan pada Divisi Recovery, namun
juga pada divisi lain yang memiliki karakteristik proses service sejenis.

Abstract
Background of this research is many delays in service process because the
procedures is not effisien. Therefore, it is necessary to standardize the service
process flow to determine the optimal duration for each activity in a service
process that will get the optimal of service prosess time. To conduct this research,
it is used case study from Recovery Division on the telecommunications
contractor. Base on this case study, we called optimal service time as mean time to
recovery (MTTR). This research using lean six sigma approach for construct
improvement of service prosess flow with DMAIC phases. The results is some
factors which affect the speed of service prosess flow and a flowchart of the new
service process flow with an optimal time, but it is still represent field conditions.
The new MTTR for service process without maneuvering is 4.8 hours by the time
efficiency of 57% and the increase PCE value of 23% from 44% to 54%. The new
MTTR for service process with maneuvering is 4:36 hours with time efficiency by
66% and the increase PCE value of 22% from 41% to 50%. The results of this
research will not only be applied to the Division of Recovery, but also in other
divisions that have similar characteristics of the service process flow."
2012
S42439
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>